'Jalanin saja apa yg sudah ada di buku takdir!'
~RAP~
。。。。。。。
。。。。。。。Ana menggeliat kecil saat alarm yg sudah ia setel berbunyi. Namun ada tangan besar yg menariknya membuat punggung nya terbentur sesuatu. Ahhh ya ana hampir lupa jika ia tidur berdua dengan kembarannya. Awal emmang sedikit canggung, tetapi ia harus terbiasa. Karna ini ada kehidupan barunya. Kehidupan berbedanya.
Ana membalikan badan nya melihat alatha yg masih memejamkan mata nya. Jika di liat seperti ini, alatha persis seperti dirinya dalam versi cowo.
Ana mengelus rambut alatha lembut. Cerita alatha semalam masih terngiang ngiang di dalam kepalanya. Bagaimana alatha bercerita dengan sendu, bagaimana alatha menangis terisak dan bagaimana alatha memintanya untuk tidak pergi. Itu lah yg buat ana ragu, dengan kondisi jantung yg seperti ini. Apa dirinya masih bisa bertahan? Ntahlah.
Ana hanya bisa menerima takdir yg sudah tuhan buatkan untuknya. Tugas nya hanya menerima dan menjalankan. Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk umatnya.
"Morning" Ucapan alatha yg tiba tiba membuat lamunan ana buyar.
"Morning to" Ana memejamkan mata saat alatha mengecup kening nya lembut.
"Sholat?" Tanya ana membuat alatha tersenyum lembut dan menganggukan kepala.
🌻🌻🌻🌻
Selesai mandi, ana di kejutkan oleh beberapa orang sudah ada di kamar nya. Dan itu bukan hanya satu, tetapi lima. Sudah sejak kemarin ia akan menemukan banyak orang di kamar yg kata nya adalah maid di mansion ini. Dan mereka mengatakan bahwa tugas kelimanya adalah membantunya berpakaian, membersihkan kamarnya dan membantu nya menguruskan semua kerperluannya.
"Selamat pagi nona" Sapa mereka semua.
"Pa-pagi" Ana di buat gugup dengan kekompakan mereka.
"Mari kami bantu nona" Ucap salah satunya yg sepertinya seumuran dengan papinya. Sarah. Itulah yg ana ketahui namanya. Sarah juga sempat bercerita bahwa dirinya sudah bekerja lama dengan keluarga radja.
Baiklah. Ana harus mulai membiasakan diri kepada kehidupan nya yg sekrang. Banyak perubahan memang, tetapi tak apa. Ana menyukainya. Ini berati keluarganya sangat memperdulikannya.
Setelah semua siap. Ana memandang dirinya yg sudah nemakai pakaian sekolahnya. Ana benar benar merindukan sekolahnya itu. Sudah seminggu ana tidak sekolah.
Sebenernya ana tau bahwa papi dan kedua abangnya keberatan dirinya sekolah di saat baru keluar dari rumah sakit. Tapi saat kemarin ia terus merengek mengingkan masuk sekolah, papi dan abang nya pun menganggukinya walpaun dengan anggukan paksa.
Rambut nya yg masih di sisir dengan halus, lalau di kuncur sebagian membuat nya terkesan manis.
"Terima kasih semuanya. Maaf jika merepotkan kalian" Ucap ana dengan tidak enak hati.
"Tidak apa apa nona. Ini sudah kewajiban kita semua untuk membantu nona" Jawab sarah dan di angguki dengan yg lain nya.
Mereka senang mendengar anak perempuan satu satunya keluar radja hadir. Selain sikap nya yg lemah lembut, suasana di manison pun seperti hidup. Memang ana ini sangat berpengaruh, pikir mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/209425133-288-k843418.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [END]
FanfictionAku gadis yg jauh dari kata sempurna. Aku gadis cacat yg akan sulit berjalan. Aku gadis yg hanya bisa bertahan hidup dengan segala macam obat. Aku gadis lemah yg akan selalu menjadi bahan bullyan teman temanku. Dan aku hanya gadis yg mengharapkan ke...