11.Serupa Tapi Tak Sama?

17.7K 1.1K 33
                                    

Sekrang ana sedang berdiam diri di ruangan nya. Ana sudah biasa dengan ini dari sejak kecil. Jadi ana tidak kaget lg jika tiba tiba saat ia kambuh dan saat ana bangun ya sudah berada di rumah sakit.

Ana bosan sebenarnya berada di ruangan ini. Bunda sedang makan di kantin rumah sakit. Lg dan lg ana merepotkan semua nya.

Tadi pagi ana bangun dan ia melihat tante masya dan om yuda sedang tertidur di sofa dengan posisi tante masya tertidur di pangkuan om yuda. Dan bunda yg tertidur duduk di samping tempat nya tertidur. Dengan selang infus yg menusuk punggung tangan sebelah kanan dan selang oksigen yg menutupi mulut dan hidung nya.

Namun tak lama ana bangun. Tante maya dan om romi datang dengan membawa kantong makanan.

Dan sekrang mereka semua sibuk dengan kerjaan masing masing. Ana merasa bersalah karna merepotkan semua nya lg. Padahal ana bukan darah daging dari bunda dan juga bukan saudara dari mereka tetapi mereka sangat baik kepada ana. Ana tidak akan pernah lupa dengan jasa jasa semua orang yg selalu membantu nya.

Ana yg sudah jengah dengan rasa bosan nya pun memencet tombol agar ada suster yg mau membantu nya. Ana membutuhkan udara segar. Sepertinya ana harus pergi ke taman yg biasa ana kunjungi di rumah sakit ini saat ana sedang dalam keadaan seperti ini.

Tak lama dokter pun masuk dengan senyum tulus nya kepada ana.

"Ada yg biasa tante bantu ana?" tanya suster tersebut. Namanya suster tersebut adalah mita. Suster mita ini sudah mengenal ana sejak ana berobat disini makannya tidak heran suster mita tau bagaimanan ana. Bahkan suster mita menyuruh ana memanggilnya tante sebab umur nya hanya beda 5 tahun dari bunda. Suster mita masih terlihat muda walapun sudah mempunyai suami dan anak.

"Tante ana pengen ke taman" rengek ana. Sudah biasa bagi mita melihat ana yg seperti itu.

"Kenapa? bosan yah?" Tanya suster mita. Dan ana hanya menganggukan kepalanya dengan muka yg di melas melaskan.

Suster mita terkekeh melihat wajah ana yg seperti itu. Menggemaskan sekali ana ini jika dalam mode merajuk nya.

"Baiklah baiklah tante akan bantu ana" ucap mita membuat ana senang. Suster mita pun membantu ana menuju kursi roda nya yg sudah tersedia di ruangan ana.

"Makasih tante mita" ucap ana dengan nada senang nya.

"Sama sama sayang" jawab suster mita dengan mengelus rambut ana. Suster mita pun mengambil isi infusan ke pangkuan ana.

"Mau tante antarkan?" Tawar mita kepada ana.

"Makasih tante. Tante lanjut kerja aja. Ana masih bisa ko kan ana sudah biasa" tolak ana dengan halus.

Suster mita pun tersenyum mendengar tolakan ana. Ana akan selalu menolaknya jika ia membantu nya.

"Yaudh ana ke taman dulu yah kalo bunda nyariin bilang ana di taman yah jangan samperin ana dulu soalnya ana masih betah disana" ucap ana panjang lebar.

"Ya sudah hati hati yah. Tante kembali ke kerjaan tante dulu" pamit mita dan pergi dari ruangan ana.

Ana pun segera keluar ruangan sebab ana sudah bosan berada disini. Ana melewati koridor rumah sakit. Cukup banyak suster, dokter dan pekerja lain nya yg menyapa ana. Sebab ana sering ke rumah sakit ini.

Walapun rumah sakit ini elite tetapi rumah sakit ini akan selalu memberikan diskon kepada anak panti asuhan dan anak yg kurang mampu. Rumah sakit ini memang sangat terjangkau kualitas nya membuat nya menajdi banyak pasien yg ingin berobat disini. Bahkan dokter di rumah sakit sini lengkap. Ada dokter anak. Dokter bedah. Dokter umum. Dokter psikologi atau psikiater. Dokter jantung dan banyak lg lain nya. Para dokter yg ahli dalam segala hal.

Different [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang