'Akan ada perpisahan disetiap pertemuan. Akan ada kesedihan disetiap kebahagiaan.
Akan ada telor jika ada ayam
Akan ada ayam jika ada telor'~G J~
。。。。。。。。
。。。。。。。。Semua menunggu dengan cemas di ruang operasi. Sudah hampir 5 jam mereka menunggu pintu ruangan operasi terbuka.
Sedari tadi arthur tidak bisa diam. Ia akan duduk, lalu berdiri dengan mundar mandir seperti setrikaan.
Arthur resah dengan keadaan ana. Ia sangat takut jika operasinya gagal. Dalam hatinya ia tidak berhenti untuk berdoa untuk melancarkan operasi ana.
Semua nya pun sama. Bahkan viona ada, ikut menunggu kabar. Sedari tadi ia diam dan tidak mengeluarkan banyk kata. Banyak hal yg ia pikirkan. Terutama pengungkapan dan perpisahan terakhir dirinya dan juga fian.
Masih teringat jelas perilaku fian dahulu yg datar dan cuek. Jelas saja ia pun melakukan hal yg sama. Jika tidak karna orangtuanya ia tidak akan sudi menikah dengan pria tersebut. Masih teringat jelas pula saat fian memaksanya untuk menikah.
Hubungan rumah tangga yg tidak ia inginkan pun berkahir tidak harmonis. Fian yg sibuk dengan perusahaannya dan dirinya yg sibuk memberikan kasih sayang untuk anak semata wayangnya. Belum lg ia harus mengajari silat agar hidupnya berkecukupan. Walapun fian selalu memberikannya fasilitas yg mewah, ia tak pernah memakainya. Mana sudi ia memakai uang dari pria yg sudah menghancurkan masa depannya.
Seketika pintu ruangan terbuka menampilkan perawat yg terburu buru membuat mereka bangkit dari duduknya.
"Ada apa sus?" Tanya alatha mewakili pertanyaan mereka.
"Pasien yg bernama kariana kekurangan banyak darah, sedangkan stokan darah dirumah sakit ini kosong karna darah pasien cukup sulit didapatkan" Ucap suster tersebut dengan sedikit cemas.
"Golongan darahnya apa sus?" Tanya alatha kembali.
"ABnegatif" Jawan suster tersebut.
"Golongan darahnya sama kaya saya. Ambil saja darah saya sebanyak ana membutuhkannya" Ucap alatha dengan jantung yg berdetak kencang.
"Baik. Kalo begitu mari ikut saya" Ucap suster tersebut.
"Mami ikutt. Mami mau donorin darah mami buat ana" Tiara mengikuti alatha dan suster. Alex pun mengikuti sang istri dan putranya.
Semuanya kembali duduk dengan perasaan yg resah.
Hingga 1 jam berlalu. Alex kambali bersama tiara dan alatha yg sedikit pucat.
"Papi beliin kamu makan dulu yah. Muka kamu pucet banget" Alex mengusap surai anaknya lembut. Alatha hanya mengangguk. Kepalnya pening sekali.
Tiara hanya duduk dengan kesal. Disaat ia ingin membantu namun suami dan anaknya melarangnnya.
"Kenapa ra?" Tanya clara melihat wajah sebal tiara.
"Sebell. Masa mau ikut donorin ga dibolehin" Kesalnya.
"Yaelah kirain apa. Lgian kan si all udh donorin" Ucap clara ingin membuat tiara mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [END]
FanfictionAku gadis yg jauh dari kata sempurna. Aku gadis cacat yg akan sulit berjalan. Aku gadis yg hanya bisa bertahan hidup dengan segala macam obat. Aku gadis lemah yg akan selalu menjadi bahan bullyan teman temanku. Dan aku hanya gadis yg mengharapkan ke...