'Melihatmu terluka adalah hal menyakitkan untukKu'
。。。。。。。。
。。。。。。。。Ana lg lg mengerjapkan matanya saat kesadarannya sudah ada. Saat membuka matanya yg ia lihat seperti ruangan kosong dan kumuh. Ia melihat kondisi dirinya yg di ikan, Walapun tak kencanh tetap aja ia tak nyaman. Mulutnya pun di lakban. Ia bergumam meminta di lepaskan. Namun ia tidak melihat siapapun disini.
Ana menghela nafas. Mau bagaimanapun usahanya untuk kabur, dirinya akan sia sia. Dengan kondisi cacat tak bisa jalan begini bagaiman bisa ia kabur?
Pintu terbuka menampilkan wajah pria paruh baya membuat ana bergetar takut. Mata nya memanas melihat pria paruh paya tersebut yg semakin dekat dengannya. Penerangan disini masih bisa ia lihat walapun tidak terang.
"Gadis malang!" Suara tersebut membuat ana semakin takut.
"Apa kau nyaman berada disini?" Tanyanya. Mata ana berkaca kaca saat melihat senyuman miring dari pria paruh baya tersebut.
"Jawab pertanyaanku gadis manis" Ucapnya dengan nada yg di lembut lembutkan.
"Owh maaf aku lupa jika mulutmu masih di lakban" Pria tersbut tertawa remeh. Dengan sekali tarikan pria tersebut melepaskan lakban di mulut ana. Ana meringis saat lakban tersebut di lepas secara kasar.
"Kau bisa bicara nak, aku sudah berbaik hati melepaskan lakban di mulutmu"
"O-om jahat!" Ana berucap pelan namun masih bisa di dengar oleh pria tersebut. Pria paruh baya tersebut tertawa keras mendengarnya.
"Kau gadis manis, tpi sepertinya mulutmu tidak. Apa aku harus membuat mulutmu menjadi manis?" Tanya nya dengan wajah pura pura berfikir.
Plakk...
Suara tamparan keras tersebut membuat ana memalingkan wajahnya kesamping karna sakin kerasnya. Bisa ana rasanya sudut bibir nya berdarah karan ia merasa ada rasa anyir.
Ana menitikan air matanya tak tahan. Pipi nya memanas, dan mungkin saja ceplakan tangan pria tersebut ada di area pipi putihnya. Jantung berdebar kencang. Nafasnya memberat membuat ia kesulitan bernafas. Mungkin ini efek dirinya tidak meminum obat seharian.
"Ow. Jangan nangis gadis manis" Pria tersebut terkekeh sinis menatap ana yg menangis.
Saat ia ingin menyentuh dagu ana, pintu ruangan terbuka membuatnya mengurungkan niatnya. Ia menatap pemuda yg sedikit mirip dengannya.
"Jangan pernah menyentuhnya dengan tangan kotor anda!" Tekan pemuda tersebut dengan tajam.
"Baiklah baiklah. Aku hanya menyentuhnya sedikit, agar mulutnya bertambah manis" Ucap pria tersebut santai.
Pemuda tersebut mengepalkan tangannya dan mendorong pria tersebut yg berstatus ayahnya dengan kasar. Ia menghapus air mata ana dengan pandangan merasa bersalah. Ia pun menghapus darah di sudut bibir ana.
"Maaf ana" Lirih nya merasa bersalah. Ana menggeleng dengan senyuman tipisnya tanda bahwa ia tidak apa apa.
"Wahh so sweet nya anakKu ini" Decak pria tersebut melihat adegan di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different [END]
FanfictionAku gadis yg jauh dari kata sempurna. Aku gadis cacat yg akan sulit berjalan. Aku gadis yg hanya bisa bertahan hidup dengan segala macam obat. Aku gadis lemah yg akan selalu menjadi bahan bullyan teman temanku. Dan aku hanya gadis yg mengharapkan ke...