27. Anak Mami?

18.6K 1K 11
                                    

'Aku tidak tau ini perasaan apa, yang pasti aku sangat menyukai perasaan ini'

~KarinaAgatha~


Ruangan ana sekarang ini sedang rame rame nya. Dan bisa saja suara mereka akan menggangu pasien lain. Tetapi mengingat ini kamar VIP membuat mereka biasa saja.

"Hehh bocah, lo tuh ga usah berlaga jadi anak gede kalo umur lo aja masih kecil" Ejek caca kepada raka yg sudah memasang wajah sebal nya.

"Gapapa umur bocah dari pada badan yg kaya bocah" Ejek raka balik. Dirinya tidak terima di katai bocah oleh caca. Tahun besok kan ia akan masuk ke SMA.

Caca melotot mendengar ejekan raka. Benar benar bocah satu ini. Berani sekali dia mengatai dirinya ini bocah. Padahal jelas jelas dirinya lah yg masih bocah SMP.

Niat nya ingin membalas ucapan raka tapi terhenti oleh suara lembut milik ana.

"Caca, Raka udah. Ga baik berantem terus" Ucap ana dengan lembut. Ciri khas ana sekali jika berbicara akan sangat lembut.

Sekarang ini kondisi ana sudah sangat membaik. Dirinya tidak selemas saat bangun. Dan ia pun sudah bisa makan dengan sendiri. Selain ana gampang sakit, ana juga gampang pulih itu lah yg membuatnya sampai saat ini bertahan dengan jantung yg tidak normal. Seimbang memang.

"Tau lo yaa. Tiap ketemu berantem terus ntr giliran ada yg ilang satu malah saling cari" Aletta yg juga kesal pun bersuara. Sedari tadi ia hanya menyimak saja melihat keduanya adu mulut. Dan adu mulutnya sangat tidak penting.

"Emang mereka selalu gtu ya na?" Tanya bayu heran melihat kedua orang itu. Ruangan ana rame hanya karna kebisingan mereka yg beradu mulut.

Ana hanya tersenyum kecil menanggapinya. Menandakan bahwa itu bukan lah hal yg besar.

Semua berkumpul di ruangan ana. Selain ruangan nya yg besar dan mampu menampung orang banyak, ana juga merasa kesepian. Oleh karna itu, bayu dan wahyu yg niat nya ingin ke markas ia urungkan. Selain menunggu arthur, mereka juga harus mengantarkan kedua gadis yg sudah di perintahkan arthur.

Pintu ruangan terbuka, membuat semua yg sedang sibuk dengan urusan nya mengalihkan tatapan ke arah pintu yg sudah menampakan wajah datar arthur dengan kantung plastik putih di tangannya.

"Pa ketu emang yg paling pengertian dahh, jadi makin sayang" Bayu dengan nada konyol nya melihat ke arah bungkusan yg arthur bawa.

Arthur hanya memandang bayu datar dan melemparkan bungkus plastik berisi cemilan itu yg dengan sigap di tangkap bayu. Wahyu hanya menggelengkan kepala melihat sahabt nya ini.

Arthur berjalan menuju ana. Menyodorkan bungkusan satu nya ke arah ana. Ana pun mengambilnya dengan senyuman tulus.

"Makasih" Ucap ana tulus. Arthur hanya mengangguk sebagia respon.

Arthur melihat ke arah aletta yg duduk tak jauh dari ana. Dirinya menatap aletta datar seolah berkata 'Minggir' dan aletta yg di tatap seperti itu pun memutar bola matanya malas dan pergi menuju raka dan caca yg sedang berebut cemilan dengan bayu.

Arthur pun duduk di hadapan ana. Melihat ke arah ana terus menerus yg malah membuat ana salah tingkah.

"Gimana?" tanya arthur memecah keheningan di antara keduanya.

"Hah?" Ana tidak mengerti, gimana apanya yg di maksdnya arthur? Kebiasaan arthur jika berbicara.

Arthur menghela nafas nya. Sepertinya ia harus berbicara lebih banyak jika bersama ana.

"Gimana keadaan lo?" Tanya arthur lg.

"Udah lebih baik" Jawab ana. Mengapa arthur ini pelit sekali soal bereksperesi. Menanyakan kabar saja datar, berbicara juga datar. Ana tidak mengerti mengapa arthur bisa bersikap seperti itu.

Different [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang