[DON'T FORGET TO FOLLOW]
haii sepertinya lama2 pembaca ini berkurang hehe
Kek makin sepi aja gituuu...jujur, sukaa ngerasa takut ceritanya ngebosenin:(
ngebosenin g sih cerita ini?🦋
(Namakamu) kini sudah berada di dalam ruang ICU. "Telphone Arkan!" pekik Zidny.
Iqbaal menatap Zidny. "Lo kenal Arkan?"
"Arkan abang sepupunya (Namakamu)? Kalo iya gue kenal." Zidny berucap sambil mengotak-atik telephonenya mendial nomor Arkan.
"Halo."
"..."
"(Namakamu) masuk rumah sakit lagi."
"..."
"Lebih parah dari yang kemaren."
Iqbaal menatap saat Zidny berkata demikian.
"..."
"Kalo gak bisa sekarang nanti aja pas balik."
"..."
"Ya udah."
Telephone pun dimatikan oleh Zidny.
"Lebih parah dari kemaren? Kapan?"
Salsha menatap Iqbaal sebal. "Waktu lo dorong (Namakamu) kedinding depan kelas!" ucap gadis itu tajam.
Iqbaal terdiam.
"Puas?" Zidny menatap sebal Iqbaal.
Sudah menunggu kurang lebih 30 menit tetapi belum ada tanda-tanda Om Zade keluar. Dari ujung lorong, Arkan berlari cepat kearah ICU.
"Adek gue gimana?" Arkan berucap dengan nafas yang tidak teratur.
"Dia sempet pingsan Ar," ucap Iqbaal.
"Pingsan!?" kaget Arkan. "Apa orang yang bikin adek gue kaya gini sama kaya yang waktu itu?" tanya Arkan menatap keempat sahabat adiknya.
Zidny melirik Iqbaal yang hanya diam. "Beda, gak sama."
Arkan menatap Zidny. "Lo tau siapa yang nabrak adek gue sampe kaya gini?" Zidny terdiam lalu menggeleng pelan.
"Gu-gue gak tau."
"Serius lo?" Arkan kini menatap intens Zidny. Lagi-lagi Zidny menjawab dengan Anggukan.
10 menit setelah Arkan datang, Om Zade keluar dari ruang ICU. "Om gimana keadan (Namakamu)." Arkan berdiri dengan cepat menghampiri Om Zade.
Mendengar panggilan Arkan membuat Iqbaal, Aldi dan Devano bingung.
"Ar, sebenarnya apa lagi yang terjadi dengan adik kamu." Om Zade berucap tegas.
Arkan menggeleng lemah, menatap sahabat-sahabat (Namakamu).
"(Namakamu) sepertinya kebentur Dok, tapi saya juga tidak tahu kronologinya." Zidny angkat suara.
Om Zade mengangguk. "Untuk kali ini, (Namakamu) benar-benar hampir mengalami keterlambatan seperti dahulu. Untung kalian dengan sigap menahan darah yang keluar dari dahi (Namakamu)." Arkan mengangguk lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy
FanfictionJangan pernah lupa kalau manusia punya batas lelah dan sabar