[DON'T FORGET TO FOLLOW]
WOWOWOWOWOWOW
RAME BGT PART 32 HEHEHEREMAIN LAGI YUKYUKYUK👉🏻👈🏻
🦋
(Namakamu) kini berada di rumahnya, setelah diantar oleh Abidzar dan Zidny dengan keheningan. Gadis itu sedang ingin sendiri saat Zidny bertanya apakah ingin ditemani.
Setelah pulang dari pusat perbelanjaan, sampai sekarang (Namakamu) belum keluar dari kamarnya. Ponselnya pun tak henti berdering.
"Hikss..Hiksss.."
Arkan yang telah diberi tahu Zidny tentang masalah ini dengan cepat menghampiri adiknya itu, pun membawa Hanggini sebagai penolong dirinya.
"Hei buka yuk pintunya, cerita sama abang." Arkan menggedor pintu kaca kamar (Namakamu). "Kalau gak mau sama abang , sama Ka Jeha aja nih. Dia ada disini."
"Iya sama Ka Jeha aja mau?"
"Aku gak apa-apa," teriak lirih (Namakamu).
"Kalo gak apa-apa cerita ya ke Abang, biar Bang Arkan percaya." Arkan masih berusaha membujuk (Namakamu).
"Aku gak kenapa-napa."
"Kalo ga keluar, abang samperin Iqbaal." ucap Arkan dengan tegas dan sedikit marah.
(Namakamu) menghela nafasnya, menghapus air matanya dan mencoba terlihat baik-baik saja. Membuka pintu lalu menampilkan senyuman yang terlihat jelas dipaksakan.
Melihat Arkan didepannya, (Namakamu) tak sanggup menahan lebih lama senyumannya. Menabrak tubuhnya pada tubuh Arkan lalu tangisan itu kembali terdengar. Hanggini pun sudah mengusap punggung (Namakamu).
"Hiks...hikss..."
Arkan dan Hanggini menuntun (Namakamu) agar terduduk di kasur gadis itu. "Kamu diapain, bilang sama abang."
(Namakamu) menggeleng dengan tangisan yang semakin pilu. Hanggini yang mendengar pun ikut berkaca-kaca.
"A-aku..." tak sanggup melanjutkan ucapannya, (Namkamu) semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku cinta sama dia bang, tapi kalau udah sahabat aku..." berbicara dengan nada pilu, (Namakamu) mengambil pasokan oksigen karena sesak yang semakin meruas.
"Aku gak mau, aku mau ikhlas aja." Setelah mengucapkan itu, (Namakamu) kembali mengelurkan isakkannya.
Hanggini semakin mengusap bahu dan punggung (Namakamu). "Terus kamu mau nya gimana sekarang?"
(Namakamu) menggeleng, melepas pelukannya menatap Arkan dan Hanggini. "Kalian gak usah khawatir, aku gak apa-apa." (Namakamu) bangkit berjalan menuju toilet.
"ARRRGHHHH." (Namakamu) tiba-tiba saja terduduk dengan jemari yang memegang kepalanya.
"(NAMAKAMU)!" pekik Arkan dan Hanggini bersamaan.
Arkan mengangkat tubuh (Namakamu) ala bridal style. "Je, tolong nyalain mobil." Hanggini berlari cepat diikuti Arkan.
Arkan dan Hanggini dengan cepat membawa (Namakamu) ke Rumah sakit milik keluarganya. Setelah sampai di Rumah sakit, dengan cepat (Namakamu) dibawa ke UGD dan Om Zade pun dengan cepat menangani.
Hanggini menarik Arkan kedekapannya, laki-laki itu menumpu dahinya pada bahu Hanggini. "Dia gak pernah kaya gini Je, gue takut banget."
"Udah Ar, sekarang berdoa supaya gak ada hal serius dan gak kenapa-napa." Arkan mengangguk mengeratkan dekapannya, dadanya bergemuruh takut.
