Cold boy :: tiga tujuh

4.1K 594 313
                                    

[DON'T FORGET TO FOLLOW]

after long long long long time akhirnya up cerita lagi aaaakkk!!

maafin ya jarang up:) karena emg jarang ngetik lagi sekarang😭

Btw ada yang masih nungguin cerita ini gg si:)

🦋

Kini Iqbaal menarik paksa (Namakamu) memasuki Apartemennya, menguncinya lalu membawa gadis itu kedalam kamar miliknya. "Baal..." ucap (Namakamu) takut Iqbaal melakukan tindakan bodoh pada dirinya.

Iqbaal tersenyum, menatap (Namakamu) yang kini terduduk takut di pinggir ranjang. Membuka kemeja sekolahnya menampilkan baju putih polosnya.

(Namakamu) dengan pakaian rumahannya yang minim menatap Iqbaal takut. "Ka—kamu mau ngapain!?" (Namakamu) berucap saat Iqbaal mendekat kearahnya.

Laki-laki itu semakin mendekat, menarik (Namakamu) pelan menuju sofa. Iqbaal terduduk dan menarik (Namakamu) kepangkuannya. "Aku kangen ini." Menyentuh bibir (Namakamu), ditariknya rahang gadis itu lalu menubrukkan bibirnya pada bibir (Namakamu).
Tenaga (Namakamu) tidak mempu melepas perlakuan Iqbaal kali ini.

Iqbaal terus melumat bibir (Namakamu) tanpa balasan, menggigit bibir bawah (Namakamu) membuat gadis itu mendesah pelan dan membuka mulutnya. "Ngh." Terbukanya mulut (Namakamu) membuat lidah Iqbaal dengan leluasa memasukan lidahnya, mengabsen satu persatu deretan gigi gadis itu. Mencecap berkali-kali hingga nafas keduanya memburu. Iqbaal melepas pengutannya saat dirasa gadis didepannya saat ini sudah benar-benar kehabisan nafasnya.

Jempol Iqbaal menghapus sisa liur yang ada di bibir (Namakamu). "Your lips makes me fuckin crazy," Iqbaal berucap dengan lengan yang memeluk erat pinggang (Namakamu) dan tatapannya yang fokus menatap bibir gadis itu.

"Kamu buat aku takut Iqbaal..." lirih (Namakamu), dirinya sangat takut dengan Iqbaal saat ini. "Gak usah takut sayang...." telapak tangan Iqbaal kini mengelus punggung (Namakamu) membuat gadis itu bergetar.

Iqbaal tertawa pelan. Mengangkat pinggang (Namakamu) lalu menduduk gadis itu di sofa sebelahnya. Menatap (Namakamu) yang berada disebelahnya dengan senyum yang tak hilang dari bibir tipisnya. (Namakamu) benar-benar tidak nyaman saat ini.

Tes...

Air mata Iqbaal terjatuh. "Aku bego..." ucap Iqbaal pelan lalu laki-laki itu menarik tambutnya sendiri. "AKU BEGO!!!!!" pekik Iqbaal kencang diiringi dengan jemarinya yang dengan kencang pula menarik rambutnya.

"Aku buat kamu takut... AKU BEGO!! LO BEGO IQBAAL! LO BEGO!" Iqbaal memukul kepalanya dengan jemarinya sendiri.

(Namakamu) yang melihat Iqbaal seperti itu ikut menetes kan air matanya. Ia merasa bersalah sekarang. Saat tangan (Namakamu) ingin menggapai lengan Iqbaal, laki-laki kdu berdiri mendekati tembok.

"BEGO! BEGO!!" Iqbaal dengan kencang membenturkan dahinya pada dinding kamar Apartemennya berkali-kali membuat dahi laki-laki itu mengeluarkan darah.

"IQBAAL!" (Namakamu) berdiri menarik Iqbaal kedalam pelukannya. "Aku bego kan?" tanya Iqbaal lirih.

(Namamamu) menggeleng, tanpa menjawab ia mendudukan Iqbaal di sofa semula lalu mengambil p3k yang ada di meja sebelah tempat tidur. Mengobati Iqbaal yang kini terisak, (Namakamu) pun meneteskan air matanya saat mengobati Iqbaal.

"Aku gak bisa kalo gak sama kamu. Please... aku mau kita balik lagi." Iqbaal berucap lirih dengan kepala tertunduk.

"Kamu harus ikhlas, gak semuanya bisa saling memiliki Iqbaal."

"Tapi kenapa? Kenapa harus kita!? Aku tau ini karma buat aku! Tapi gak bisa yang lain? Kenapa karma aku harus putus sama kamu!!?" Iqbaal berucap emosi.

(Namkamau) tidak mampu menjawab, hanya diam sambil mengobati luka di dahi Iqbaal. Setelah selesai, Iqbaal menaruh dahinya di bahu (Namakamu). Selalu, posisi ini salah satu posisi nyaman yang Iqbaal miliki.

🦋

Malam hari nya, Iqbaal kembali mengantar (Namakamu) ke Mansionnya. Walauapun keduanya hanya berdiaman di dalam apartemen Iqbaal tetapi setidaknya laki-laki itu bisa mengobati rindunya pada (Namakamu).

Saat mobil Iqbaal sampai didepan pintu utama, saat itu juga Arkan dan Abidzar keluar dari pintu itu.

"(NAMAKAMU)!!" pekik Arkan dan Abidzar bersamaan.
(Namakamu) keluar dari mobilnya diikuti Iqbaal yang juga keluar bermaksud ingin meminta maaf kepada Arkan.

Bugh...

Arkan memukul Iqbaal saat laki-laki itu baru saja sampai di hadapannya. "Bang Arkan!" (Namakamu) berlari kedepan Iqbaal guna menghalangi Arkan yang lagi-lagi ingin memukul Iqbaal.

"(Namakamu) minggir!" ucap Arkan tajam. (Namakamu) mengangguk. "Bang! Aku gak suka kekerasan."

Arkan tertawa remeh. "TAPI DIA UDAH KETERLALUAN!" teriak marah Arkan menunjuk Iqbaal. (Namakamu) terdiam, baru kali ini Arkan berteriak didepannya.

Arkan mengatur nafasnya yang memburu. "(Namakmau) masuk!" (Namakamu) menggeleng. "Masuk kalo lo mau Iqbaal gak kenapa-napa."

(Namakamu) menghela nafasnya mengangguk. "Bi, bawa adek gue." Abidzar mengangguk mendengar perintah Arkan.

Abidzar dan (Namakamu) memasuki Mansion (Namakamu).

"Maksud lo apa ngelakuin kaya gitu!? Gue gak suka adek gue diperlakukan kaya gitu!" Iqbaal bangkit. "Sorry Ar," lirihnya.

"Awalnya gue biarin adek gue berteman sama lo Baal. Tapi setelah kejadian tadi, gue gak akan biarin adek gue deket lagi sama lo!" Arkan berucap tajam.

Iqbaal bersujud pada kaki Arkan. "Gue mohon jangan jauhin adek lo sama gue." Arkan menggeleng melihat tingkah Iqbaal. "Sorry, gue gak mau narik perkataan gue." Sedikit dorongan membuat Iqbaal terlepas dari kaki Arkan.

Arkan dengan cepat berjalan memasuki Mansion dan menguncinya. Masa bodo dengan keadaan Iqbaal.

🦋

Arkan kini sedang berada di ruang keluarga bersama Abidzar dan (Namakamu). "Mulai sekang, kamu benar-benar gak boleh deket Iqbaal!"

(Namakamu) menatap sendu Arkan. "Bang... we are friend."

Arkan mengangguk. "Boleh kalo bareng yang lain, tapi kalo ada Iqbaal. Berarti harus ada Abidzar."

(Namakamu) menunduk dan menganggukkan kepalanya. "Iya bang."

Arkan menghampiri (Namakamu). "Maafin abang ya kalo terlalu ngekang kamu." Arkan memeluk adiknya.

"Gak apa-apa bang, aku ngerti kok."

Abidzar tersenyum melihat keduanya, hubungannya sangat dekat meski mereka hanya sepupuan.

"Tadi lo gak di apa-apain 'kan sama Iqbaal?" Arkan bertanya saat keduanya melepas pelukannya.

(Namakamu) terdiam sebentar lalu menggeleng perlahan. "Iqbaal orang baik, gak mungkin dia apa-apain aku."

Arkan mengangguk, kini pandangannya menuju Abidzar. "Gue titip (Namakamu) ya sama lo, karena kadang gue ga bisa mantau (Namakamu) terus menerus. Apalagi kalau di sekolah."

Abidzar mengangguk. "Santai Ar, gue pasti jagaian (Namakamu) 24/7." Arkan terkekeh. "Siap."

(Namakamu) memandang polos keduanya. "Kenapa aku pake dititip-titip sih? aku 'kan bukan barang!"

"Udah gak usah tau, urusan anak gede. Anak kecil diem-diem aja," ucap Abidzar menepuk puncak kepala (Namakamu).

(Namakamu) memasang raut wajah kesal. "Aku udah gede tau." Arkan dan Abidzar terkekeh bersamaan. "Iya deh yang udah gede."

"Iseng banget sih kalian!"

🦋

Kalo g rame mls wkwk mff🥺👉🏻👈🏻

Oiya jangan lupaa vote dan komen aw aw🥰

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang