AKHIRNYA NEXT LAGI HEHE
LAMA JUGA YA GA NEXT SETAHUN🤭🦋
Hari ini Arkan kembali ke Indonesia, pagi ini pukul 5 Arkan telah sampai didepan Mansionnya. Hari ini juga rencananya Arkan akan mengunjungi Mansion (Namakamu) untuk memberi tahu perihal rencananya.
Setelah membersihkan dirinya, tepat pukul 7 laki-laki itu mengendarai mobilnya menuju Mansion (Namakamu).Mematikan mesin mobil di depan pintu utama, membiarkan mobil itu terparkir disana. Arkan memasuki Mansion itu dengan keadaan sepi,
"Farah, dimana (Namakamu)?" tanya Arkan saat bertemu dengan Farah di koridor menuju ruang makan. Farah sedikit menundukkan wajahnya. "Nona (Namakamu) masih dikamarnya, tuan muda."
Arkan mengangguk lalu membalikkan tubuhnya menuju lift untuk sampai ke lantai 2. Sesampainya didepan kamar (Namakamu), Arkan sempat mengetuk beberapa kali sampai akhirnya ia membuka pintu kamar yang tak dikunci itu. Dengan keadaan gelap, ia tidak dapat melihat dengan jelas kearah kasur. Dengan perlahan Arkan berjalan kearah meja mengambil remote otomatis untuk membuka gorden besar yang ada di kamar (Namakamu).
Saat gorden terbuka sepenuhnya dengan cahaya matahari yang berlomba-lomba masuk, mata Arkan membulat melihat Iqbaal yang berada diatas tubuh (Namakamu) dengan keduanya yang tertutup selimut hingga sebatas leher.
"HEH IQBAAL! MODUSSS BANGET LO YA!" Arkan memekikkan suaranya, menarik lengan Iqbaal hingga jatuh disebelah tubuh (Namakamu). "Ck, Apansih!? Ganggu anjing."
Arkan menarik rambut Iqbaal, "bangun lo sialan." Iqbaal meringis. "Sakit babi!!" Iqbaal melepas paksa tangan Arkan, matanya masih menetralkan pencahayaan yang masuk ke pupilnya. Saat kedua matanya sudah sepenuhnya menerima cahaya, Iqbaal menatap Arkan dengan cengiran bodohnya. "Peace, damai." Iqbaal menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya di depan wajah Arkan.
Arkan menatap sinis Iqbaal. "Mumpung ga ada lo, masa ga gue ambil kesempatan emas, yakan?" Arkan mendecih. "Sialan."
(Namakamu) terbangun dengan kebisingan disebelahnya. "Ngh." Lenguhan gadis itu membuar Arkan dan Iqbaal menoleh, dengan cepat Iqbaal memeluk gadis itu, takut-takut Arkan menariknya. "Iqbaal!" ucap (Namakamu) dengan suara khas bangun tidurnya.
Arkan menarik Iqbaal, "mandi lo sana!" Semakin kencang tarikan Arkan, semakin kencang pula pelukannya pada (Namakamu). "Gak ah! Mau mandi bareng sama (Namakamu). Biasanya juga gue mandi bareng," ucap Iqbaal ngelantur.
Arkan menarik telinga Iqbaal. "Sampe beneran lo lakuin, gue tendang lo dari hidup adek gue. Udah cepet mandi!" Iqbaal mendesis kesal lalu dengan tidak relanya ia melepas pelukannya pada (Namakamu).
Menatap (Namakamu) sambil mengerucutkan bibirnya, meminta pembelaan dari raut wajah laki-laki itu. (Namakamu) terkekeh, lalu mengusap rambut Iqbaal lembut. "Mandi." Iqbaal yang mendengar ucapanan (Namakamu) pun semakin mengerucutkan bibirnya lalu dengan grasak-grusuk berjalan malas kearah kamar mandi.
Brak.
(Namakamu) terkekeh lalu menatap Arkan yang kini sedang menatapnya. "Sampe di Indonesia jam berapa?"
Arkan mengangkat bahunya, "pokoknya gue sampe didepan rumah subuh." (Namakamu) mengangguk. "Ada apa kesini Bang? Bukannya istirahat aja, baru pulang."
Arkan menggeleng. "Besok Jeha ultah, rencananya hari ini gue mau nembak dia, gimana?" (Namakamu) tersenyum simpul. "Akhirnya Ka Je ga digantungin lagi."
Arkan terkekeh, "kampret lo de." (Namakamu) ikut terkekeh. "Rencana mau nembaknya gimana?" tanya (Namakamu). "Kayaknya gue bakal kasih dia bunga aja sih, nanti gue sama dia nginep sini ya. Kan Iqbaal juga nginep."
