Welcome again! Chapter ini khusus bahas Evi yah.
Happy reading❤♡♡♡
Setelah mengembalikan sepeda milik Mbak Suci, Delora dan Letta bergegas ke rumah Evi menggunakan mobil milik Letta. Karena rumah Evi agak jauh dari Minimarket Sahabat, akhirnya mereka baru sampai setelah dua puluh menit bosan di jalan.
Letta segera turun, begitupula Delora.
"Rumahnya sepi banget sih Ra?" tanya Letta yang heran rumah sebesar ini tetapi tidak ada satpam di depan. Jika ia yang tinggal di sini, pasti akan memilih pindah saja atau menyewa apartemen.
Delora menggeleng, ia juga baru ke sini. Kan ia terpisah dengan Evi sudah lama, dan baru mendapat alamat rumahnya saat bertemu di SMA.
"Ya udah ketuk gih pintunya," perintah Delora yang langsung dilaksanakan oleh Letta.
Saat tiga kali ketukan, seseorang membukakan pintu-orangnya adalah Evi-dengan memakai kaos berwarna biru serta celana pendek selutut.
"Woho tuan putri baru bangun, padahal udah siang loh ini." Benar yang dikatakan oleh Letta, sekarang matahari sudah ada di kepala dan Evi baru membuka mata? Ah ya anak zaman now, mau bangun jam berapa pun tidak masalah kan-asal di hari libur.
"Masuk," ujar Evi tanpa menjawab ocehan Letta.
Delora dan Letta pun masuk lalu duduk di sofa ruang tamu. Sofanya sangat empuk membuat siapapun yang duduk tidak mau berdiri lagi, begitu pula dengan ruangannya yang amat luas dan nyaman, mungkin orang yang bertamu di sini enggan untuk pulang atau bisa saja ketiduran di sofa. Ah itu hanya tamu seperti Letta saja, karena Delora merasa biasa.
"Nih minum," ucap Evi yang baru saja kembali dari dapur untuk membuat tiga gelas es jeruk peras.
Letta langsung tergiur dan segera menghabiskan minuman itu, ia pikir supaya nanti Evi membuatkan minuman lagi. Sedangkan Delora hanya mengangguk tanpa menyentuh gelas di hadapannya.
"Jadi kalian mau apa?" tanya Evi tanpa basa-basi, ia pun tidak memedulikan Letta yang sudah menghabiskan segelas minuman jeruknya-seperti orang yang tidak minum satu minggu saja.
Sebelum Delora menjawab, Letta mendahuluinya. "Mau main lah! Penasaran sama rumah lo, ternyata bagus juga. Ada kolam renang nggak? Ada timezone nggak? Ada bar di dapur lo? Terus kamar lo di desain kayak real nggak? Terus ada-"
"Lo kira rumah gue tempat hiburan?" Kesal karena pertanyaan beruntun dari Letta, Evi pun memotongnya. Salah Letta sendiri yang kayak tidak pernah lihat rumah gede.
"Ya udah deh, katanya Delora mau nanya sesuatu nih." Mungkin karena dimarahi Evi akhirnya Letta menunjuk Delora, padahal Delora tidak mau bertanya apa-apa. Dasar Letta kurang ajar.
"Tanya?"
Delora memutar otaknya berharap ada hal yang enak dibahas, seketika cling.
"Iya aku mau nanya ke kamu, soal cerita yang nggak jadi waktu di kantin itu. Gimana?" (baca chapter Kantin)
Evi mendengus, ia kira Delora sudah lupa. Ingatannya bagus juga. Ya sudah Evi bercerita saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELORA ✓
Teen FictionNaskah sedang dalam tahap revisi, jadi mohon maaf apabila banyak typo dan sebagainya. Note : Hanya revisi kesalahan ketik dan beberapa kesalahan. ••• Namaku saja sudah menggambarkan kesedihan, bagaimana dengan kehidupanku? ~Delora Nadiya Chaiden. ...