Holla Hello Sobat! Maaf aku baru update, soalnya udah mulai sekolah aku jadi makin sibuk hehe. But chapter ini sebagai gantinya.
Happy reading❤♡♡♡
Delora tiba di rumah dengan raut kusut dan lelah. Ia tidak mampu menanggung semua masalah yang berdatangan, ia sudah tidak kuat lagi. Jadi untuk apa tetap dipertahankan. Namun apa ia akan dianggap pengecut jika menghilang begitu saja? Ah sudahlah pusing rasanya memikirkan hal ini, lebih baik segera ke kamar dan berkemas kan.
"Eh anak sialan, baru pulang lo?" Priza ternyata sudah menunggu kehadiran Delora, bukan untuk meminta maaf melainkan untuk mencaci maki kembali.
Delora tidak menyahut, rasanya tidak penting mengurusi kakaknya ini. Ia terus berjalan menuju kamarnya. Namun saat tangannya hendak menyentuh daun pintu, Arik menarik dirinya dengan kasar lalu mendorongnya begitu saja. Delora terkejut karena papanya tak pernah berbuat seperti ini, biasanya Olla yang akan turun tangan.
"Dasar pembawa sial! Gara-gara kamu, keluarga saya jadi terkena imbasnya. Gara-gara merawat anak yang gak pernah diinginkan, itu semua karena kamu!" Bentakan yang tentunya berisi amarah itu membuat dirinya menunduk, tak tau harus berbuat apa dan bagaimana. Ia benar-benar tidak mengerti akan dunia, yang tidak pernah memihaknya.
"Pokoknya saya mau kamu pergi dari rumah ini! Pergi sana! Saya gak mau kamu buat istri saya ini sedih."
"Iya lebih baik lo pergi, sana! Gak denger apa yang dikatakan sama Papah dan Mamah? Tuli lo?! Jawab dong, bisu apa? Oh apa sekarang diri lo lebih menyedihkan dari sebelumnya?"
Sakit rasanya dihina dan diusir oleh mereka, sosok yang sangat ia sayangi dan ia nantikan semangatnya. Namun, mereka tidak demikian. Karena ia adalah orang yang tidak diinginkan.
Yah tidak diinginkan. Jadi untuk apa tetap di sini?
Delora bangkit dan masuk ke kamarnya. Sedangkan ketiga orang itu masih menatap kamar Delora dengan sebal.
Tak ada yang berarti lagi di sini. Delora sudah tidak dibutuhkan oleh Mbak Suci, Letta pun membencinya, Grissham hanya pura-pura, Evi tidak menganggap ia sahabat lagi, begitupun dengan keluarganya yang kini mengusir ia terang-terangan. Delora pun menelepon dokter Aland, agar persiapannya dipercepat. Namun sebuah pesan mengurungkan niat Delora.
Erlan
Ra, dateng ke taman dekat sekolah ya. Ada yang mau gue bicarain.Setelah membaca pesan itu, Delora segera menggendong tas ranselnya lalu pergi dari rumah ini dengan melewati tiga orang di sana.
"Sombong banget kan, Mah."
"Ya, makanya sayang, Mamah sama Papah mau dia pergi dari sini secepatnya. Dia sudah buat malu keluarga kita, semua aibnya sudah tersebar di Skyler."
"Padahal baru kelas sepuluh."
"Ya sudah jangan didebatkan lagi, kita makan bersama saja untuk merayakan kepergian anak itu. Ayo."
Sukurin lo, pergi yang jauh aja sana!
♡♡♡
Di taman ini Delora dan Erlan bertemu, tidak hanya mereka, Rengga pun turut menyertai. Tidak ada sapaan atau pembukaan ceria, mereka justru terasa seperti orang asing yang sedang duduk di satu bangku.
"Ra, lo mau kemana?" Erlan berinisiatif untuk membuka percakapan dahulu, karena ia lah yang mengajak Delora ke sini.
Senyuman hanyalah senjata ampuh yang bisa Delora keluarkan, beserta kalimat, "Kemana aja asal aku tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
DELORA ✓
Teen FictionNaskah sedang dalam tahap revisi, jadi mohon maaf apabila banyak typo dan sebagainya. Note : Hanya revisi kesalahan ketik dan beberapa kesalahan. ••• Namaku saja sudah menggambarkan kesedihan, bagaimana dengan kehidupanku? ~Delora Nadiya Chaiden. ...