Holla Hello Sobat! Kembali lagi wkwk.
Happy reading❤♡♡♡
Satu tahun kemudian...
Tidak ada kabar jika Delora akan kembali, mereka pun kini sudah menjadi murid kelas sebelas. Grissham dan yang lain tidak bisa berbuat banyak, mau mencari pun tidak akan ketemu. Dan mereka hanya bisa merenung di rooftop saat ini.
"Gimana ya kabar Delora, apa dia gak ada niatan untuk pulang?" Pertanyaan Letta mewakili pikiran yang lainnya. Namun tidak ada yang bisa menjawab, karena hanya Delora lah yang patut menjawabnya.
"Tenang aja Let, kita bakal terus cari Delora. Kita pasti ketemu Delora."
"Ya tapi sampai kapan, Lan?"
"Kita gak boleh nyerah, Let. Udah sejauh ini kita bertindak, jadi jangan pernah putus asa. Oke?"
"Iya Ga, pasti."
Tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponsel milik Evi, ia membaca pesan tersebut dan sesegera mungkin menunjukkan kepada yang lain.
"Ini Kak Priza, dia punya kontaknya Delora."
"Lo yakin Vi? Priza itu jahat sama Delora."
"Iya Lan, dia udah baik kok. Coba gue telpon nomor ini ya."
Namun sayang, panggilan dari Evi ditolak. Entah kenapa. Saat Letta mencobanya pun sama. Begitu juga Erlan dan Rengga, kini giliran Grissham yang mencoba.
♡♡♡
Di apartemen sewaan dokter Aland ini Delora sedang bersantai sembari menikmati teh hangat yang selalu disediakan untuknya. Di depannya ada sebuah televisi yang menyiarkan tayangan berbeda dari televisi lainnya. Namun Delora tetap menikmati tayangan tersebut, walaupun belum sepenuhnya paham akan bahasa yang diucapkan.
"Hai Delora, bagaimana? Tinggal di sini enak bukan?"
Delora tersenyum mendengar pertanyaan dokter Aland. "Ya, tapi lebih enak di tanah kelahiran sendiri."
"Kamu akan terbiasa Delora, saya juga sudah terbiasa di sini. Ada keinginan untuk tetap di sini, tapi tugas saya masih banyak di Indonesia."
"Bukankah anda punya keluarga?"
"Benar, tapi kami sudah lama berpisah. Saya hanya tinggal dengan anak pertama saya. Kamu kenal dia kan? Dia juga murid Skyler, sepertinya dia mengenal kamu."
"Siapa?"
"Lion namanya, dia sangat terkenal di sekolah itu. Pasti kamu tau."
"Oh Kak Lion, ya saya kenal."
"Baguslah, dia anak yang pengertian kepada saya. Dia selalu bersama saya di saat Adofa lebih memilih bersama mamahnya."
"Adofa?"
"Apa kamu tidak kenal? Padahal sekolahnya juga sama dengan Lion, dia seumuran dengan kamu. Ah tapi dia tidak suka menjadi famous, mungkin kamu tidak kenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
DELORA ✓
Teen FictionNaskah sedang dalam tahap revisi, jadi mohon maaf apabila banyak typo dan sebagainya. Note : Hanya revisi kesalahan ketik dan beberapa kesalahan. ••• Namaku saja sudah menggambarkan kesedihan, bagaimana dengan kehidupanku? ~Delora Nadiya Chaiden. ...