Holla Hello Sobat! Ini adalah bagian akhir! Semoga kalian sukaa...
•••
Tiga tahun berlalu, selama itu pula banyak masalah kecil yang timbul. Mulai dari Olla yang bunuh diri dan mayatnya ditemukan oleh Arik, semua terpukul begitupula Delora. Tak ada seorang anak yang tidak merasa sedih kala ibunya telah tiada, sekalipun anak itu sudah disakiti. Tidak lama setelah itu, Priza menikah dengan Elang dan dianugerahi seorang puteri imut nan cantik. Delora pun kembali ke Indonesia, setelah ia berhasil menuntaskan kuliahnya selama dua tahun.
Kini semua sudah berubah. Delora sudah ikhlas dan mau menerima mereka. Begitupun Runi, kini ia sudah tidak membenci Arik, Priza, maupun mendiang anaknya. Delora pun sudah kembali tinggal bersama ayahnya, kini ia tinggal di rumah yang ia beli. Sedangkan Priza memutuskan untuk tinggal bersama Elang saja, supaya ia juga bisa mandiri dalam merawat puterinya.
Sekarang, di ruang keluarga, Delora dan Arik berada. Mereka merenung hal yang banyak terjadi di masa lalu. Kesalahan-kesalahan, keegoisan, dan kebencian, membuat hancurnya masa depan ini. Banyak yang terluka dan menjadi korban, tawa yang dulu ada kini tidak lagi sama. Namun Arik bersyukur, setidaknya ia masih bisa sadar di kala Delora berkenan memberinya kesempatan. Delora pun bersyukur, hatinya tidak begitu keras sehingga ia masih bisa merasakan kasih sayang dari ayahnya.
"Seandainya dulu Papah dan Mamah gak egois, mungkin keluarga kita masih utuh." Arik menerawang, ia membayangkan bagaimana kehidupan keluarganya saat tak ada keegoisan kala itu.
Mendengar ucapan Arik, tentu Delora sedikit setuju. Namun ia juga tak mau membuat ayahnya terus merasa bersalah. Yang lalu biarlah berlalu, kini tinggal jalani. Itu prinsip yang sudah ia pegang selama tiga tahun ini.
"Udahlah Pah, semuanya udah berlalu. Sekalipun dulu Papah dan Mamah gak egois, pasti ada aja badai yang akan menimpa keluarga kita. Sejatinya manusia akan tetap diuji Pah. Jadi Papah nikmatin aja yang udah dikasih sekarang ya," ujar Delora sembari tersenyum tulus. Delora mendekap Arik, begitupun Arik. Mereka tak ingin lagi merasakan kehilangan. Dan untuk Arik, ia tak mau membuat kesalahan lagi.
"Aduh Papah sama Delora pelukan gak ajak Priza sih." Suara itu membuat Delora menarik dirinya, ia terkekeh lalu segara menghampiri sang kakak dan memeluknya erat.
"Kakak kayak anak kecil deh, udah tau punya anak masih manja gini." Ucapan Delora setelah memeluk Priza hanya dibalas dengan raut cemberut.
"Iya, Mamah kayak anak kecil. Ala aja kalo mau meluk Mamah gak boleh masa Te," adu anak yang berumur dua tahun itu.
Delora tertawa, sedangkan Priza sudah menatap anaknya dengan kesal. "Siapa bilang, Aranya aja yang kelewat manja. Dikit-dikit peluk Mamah."
Bukannya takut, anak kecil itu justru membalas ucapan sang ibu. "Yee, Ala masih kecil jadi wajal. Papah juga bilang gitu ke Ala."
"Aduh Ara mau dipeluk? Sini Ante peluk, tapi jangan ngambek gitu sama mamahnya Ara. Gak baik ya."
Dengan semangat, anak kecil yang bernama Ara mengangguk. Ia lalu memeluk dan minta digendong oleh Delora. Lalu berucap, "Ante Del baik deh, gak kayak Mamah keljaannya malah mulu."
Lagi-lagi ucapan Ara membuat Delora dan Arik tertawa, sedangkan Priza hanya menghela napas. Untung anak gue.
"Udah ah Ra, Ante sama Kakek capek ketawa mulu. Oh ya Kak, Kak Elang mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DELORA ✓
JugendliteraturNaskah sedang dalam tahap revisi, jadi mohon maaf apabila banyak typo dan sebagainya. Note : Hanya revisi kesalahan ketik dan beberapa kesalahan. ••• Namaku saja sudah menggambarkan kesedihan, bagaimana dengan kehidupanku? ~Delora Nadiya Chaiden. ...