Holla Hello Sobat! Apa kabar? Hwhw aku baru muncul ya, maapkeun.
•••
Setibanya di Jakarta, Grissham bersama Delora pun mengantarkan Letta ke rumahnya. Ternyata di sana sudah ada Erlan, Rengga, dan Evi. Entah perasaan Delora saja atau memang benar, sepertinya Rengga dipenuhi kilatan emosi.
"Letta, lo kemana aja?" Evi segera menarik Letta lalu memeluknya. Rasanya senang saat Letta sudah kembali, apalagi Grissham dan Delora yang mengantarnya.
"Let, lo diapain sama dia?" Pertanyaan Rengga benar-benar memicu perselisihan. Delora pun sudah tau apa yang Rengga maksud.
"Aku ketemu Letta di Surabaya, kalau ngapain tanya aja ke orangnya."
"Eh ini tuh gara-gara lo! Lo bikin Letta pergi diem-diem. Gak tau diri banget sih."
"Ga, sabar."
"Gak bisa Lan, dia itu udah kelewatan. Semua orang aja dimusuhin, bikin gue emosi."
"Ga, itu bukan salah Delora. Gue yang mau ketemu Delora, jadi gue yang harus usaha. Lagian kalau gue bilang pengin cari Delora, lo belum tentu bolehin kan."
"Iyalah Let, ngapain lo nyariin orang kayak dia? Gak nganggep lo sahabat juga."
"Ga," panggil Letta.
"Kalian gak usah repot-repot cari aku, lagian aku juga gak mau ketemu kalian. Oke aku pulang dulu."
"Gue anterin, Nad."
"Gak perlu. Aku bakal pergi ke rumah Nenek. Makasih."
Delora pun pergi dari hadapan mereka. Tanpa mau menoleh lagi. Tanpa mau berhenti. Tanpa mau berteman lagi. Karena ia hanya ingin, ingin sendiri, sendiri dengan sepi, sepi yang selalu ia sukai melebihi segala hal.
Baru aja lo kembali Ra, sekarang pergi lagi.
Mungkin itu yang bisa bikin lo bahagian Ra.
Nad, semoga ini jalan yang terbaik.
Gue bingung sama ini semua.
Dasar pengecut, bisanya cuma kabur.
•••
Di kediaman Chaiden, tak ada lagi pelangi. Mereka kini semakin diam. Menanti kehadiran seorang puteri yang telah lama tak kembali. Namun penantian itu hanya sia-sia, karena nyatanya puteri itu lebih suka tinggal di luar sana. Tak ada yang bisa diperbaiki, nasi sudah menjadi bubur. Perbuatan mereka memang tak patut untuk dimaafkan.
"Pah, Priza, apa Delora gak mau ya kembali ke sini? Mamah kangen," ujar Olla dengan penuh kesedihan.
"Kesalahan kita cukup besar, Olla. Hanya doa yang bisa kita panjatkan."
"Sabar ya Mah, Priza yakin suatu saat Delora akan maafin kita dan keluarga kita akan utuh kembali."
Olla mengangguk. Sudah lama ia tak berpelukan dengan puteri bungsunya, bercanda ria, menyisiri rambutnya, menyiapkan bekal sekolah, dan tentunya menceritakan hal-hal lucu dan dramatis. Sungguh ia merasa gagal menjadi seorang ibu, dulu Priza yang ia acuhkan. Dan waktu itu Delora. Arik pun merasakan demikian, sebagai kepala rumah tangga seharusnya ia bisa membina keluarganya dengan adil. Namun nyatanya ia sendiri yang membuat keluarganya terpecah. Sedangkan Priza, ia masih menyesali perbuatannya dulu. Betapa bodohnya ia, sebagai kakak sudah seharusnya ia melindungi adiknya, bukan justru sebaliknya. Dan kini hanya penyesalan yang menyelimuti hatinya.
Maafin Mamah, seandainya Mamah lebih bersikap adil pasti gak akan jadi seperti ini.
Delora cepatlah kembali, kamu boleh pukul Papah sepuasnya. Asalkan kamu kembali.
Gue bodoh banget ya Delora, andai waktu bisa diulang pasti gue akan perakukan lo sebaik mungkin. Melindungi lo, merawat lo, selayaknya kakak ke adiknya.
•••
"Delora, apa kamu yakin untuk pergi?"
"Nek, aku sudah punya niat kan untuk ke sana. Jadi aku gak mau mengubur niat itu. Nenek jangan khawatir, di sana aku bakal jaga diri baik-baik. Nenek juga bisa kan telepon aku kalau kangen."
"Tentu sayang, kamu harus cepat-cepat pulang ya. Semoga kamu bisa menimba ilmu dengan baik, oke."
"Aamiin, terima kasih doanya Nek. Ya sudah aku berangkat ya Nek. Jaga diri Nenek baik-baik."
"Hati-hati Delora, cucu nenek. Jangan lupa kabari nenek selalu."
Delora tersenyum dan mengangkat jari jempolnya. Mungkin ini adalah jalan yang baik untuknya dan untuk mereka. Ia harus bisa melupakan semuanya, walaupun terasa berat. Memutus semua tali yang dulu terhubung rasanya sulit, tetapi menghubungkan kembali tali yang sudah putus karena kesengajaan lebih sulit lagi. Bukan karena ia ingin lari dari masalah, tetapi ia rasa sudah cukup penyelesaian semuanya. Tak perlu ada kenangan di sini. Ia akan mengubur semuanya. Membuka jendela baru dan membuat lembaran yang lebih indah, tanpa ada rasa sakit dan keterdiaman.
Satu-satunya orang yang ingin ia bahagiakan adalah neneknya, Runi. Sesederhana itu. Runi adalah sosok yang selalu mendukungnya, sosok yang selalu ada di saat ia terpuruk, sosok yang membangkitkan semangatnya, dan sosok yang sudah seharusnya ia jaga dan bahagiakan melebihi yang lain. Bahkan melebihi orang tuanya.
Aku akan mengenang lembaran indah, tetapi jika lembaran itu sudah ditorehkan tinta hitam maka perlahan-lahan air yang akan menghilangkannya. Aku bukan manusia yang baik, semua kesalahan tidak bisa kumaafkan begitu saja. Aku juga bukan manusia sempurna, cacat akan selalu ada. Namun siapa tau suatu saat nanti akan kembali seperti semula, bukan? Waktu memang tidak bisa menjawabnya, karena hati yang hanya bisa menentukannya. Mungkin semua lukaku akan sembuh, tetapi tidak secepat yang mereka inginkan. Lukaku masih terasa baru, bahkan mengering pun belum. Apalagi menghilang? Rasanya sulit. Tapi ya sudah, aku serahkan semuanya kepada hatiku dan Tuhan yang senantiasa menemaniku. Aku tidak pergi kawan, aku akan kembali. Di kala semuanya sudah sembuh.
• END~DELORA •
Holla Hello Sobat! Bagaimana kabarnya heyo? Uwuwu aku baru update nih hwhw. Sorry ya soalnya ada banyak kesibukan akhir-akhir ini. Jadi sekarang deh updatenya.
Seperti yang sudah aku katakan, kalau cerita ini akan segera tamat. Dan benar saja chapter ini adalah chapter terakhir...
Uwow! Terlalu cepat? Ah tidak, bagiku sedang saja. Hwhwh. Oh ya perlu ada extra chapter kah? Huhu, epilog?
Itu akan aku pertimbangkan nanti yaa!
Intinya terima kasih untuk semua pembaca cerita "DELORA"!
TERIMA KASIH....Semoga kalian terhibur dengan cerita ini, atau mungkin mendapatkan pengajaran (?)
Oke semua, sekian cerita "DELORA". Semangat menjalani hari-hari dengan riang gembira!
Ngeprank nih...
Enggak kok sobat, ini bener udah tamat hwhw. So stay selalu di akun wattpadku ya, karena masih ada projek lain yang akan aku selesaikan lagiii. Byebye sobat! Mahal kita!Salam, Junius♥️
Happy selalu yaa🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
DELORA ✓
Подростковая литератураNaskah sedang dalam tahap revisi, jadi mohon maaf apabila banyak typo dan sebagainya. Note : Hanya revisi kesalahan ketik dan beberapa kesalahan. ••• Namaku saja sudah menggambarkan kesedihan, bagaimana dengan kehidupanku? ~Delora Nadiya Chaiden. ...