Hai hai comeback!
Karena bosen banget di rumah, aku akhirnya nulis aja. Gimana ya, ngegame bosen, nonton tv bosen, semuanya serba bosen deh. Tapi kalau ngladenin kalian gak bosen kok *cia!
Happy reading❤♡♡♡
"Delora!" Semua murid kelas X Social 1 menutup telinga karena teriakan Letta yang begitu membahana. Sedangkan yang teriak, tidak tahu malu justru sekarang menambah keributan dengan menggebrak meja yang ditempati dengan kuat.
Semua murid menatap Letta heran, di pikiran mereka apakah meja itu baik-baik saja? Lah kok mejanya, tidak khawatir dengan tangan Letta? Buat apa khawatir, tangan kayak besi gitu kok. Nyatanya setelah menggebrak meja kini Letta memukul tembok dengan telapak tangannya, dan tangan Letta tidak kenapa-napa tuh.
Sedangkan Delora hanya diam, malas sekali menanggapi teriakan Letta. Biarkan saja nanti juga diam, ia sudah paham akan sifat bar-bar milik Letta. Mengenal seminggu tidak membuatnya kaget, sifat Evi pun akan sama tetapi Evi lebih menyeramkan sih. Kalau Letta mah bukannya seram, malah pada ketawa kalau lihat. Cuma ditahan, takutnya Letta menghancurkan segala barang di kelas ini. Bisa kena deh semua murid Social 1, karena motto wali kelas mereka "Satu bikin ulah, semua tanggung jawab!". Katanya supaya solid, padahal mereka tahu apa yang dilakukan wali kelasnya itu. Hanya saja mereka menunggu waktu yang pas untuk membongkar kedoknya.
"Siapa yang menggebrak meja tadi?! Siapa yang mukul-mukul tembok?!" Tuhkan baru dibicarain saja sudah muncul, murid Social 1 rasanya ingin tenggelam saja.
Delora menyenggol lengan Letta. "Kamu sih Let, ngapain gebrak-gebrak sama mukulin barang. Jadi kena kan."
"Kesel gue gara-gara kimia tadi, masa iya gue dihukum. Nggak terimalah! Lagian kenapa sih gebrak meja disalahin, mukul tembok disalahin, orang nggak ada yang rusak kok! Repot amat sih jadi wali kelas, songong banget Pak Blendung itu."
Karena keadaan kelas yang hening suara Letta sangat menggema, Delora diam, ia sangat kesal dengan Letta tidak tahu apa jika singa di depan sana sudah siap menerkam?
"Siapa yang kamu maksud Letta Damora Azokko?! Siapa!" Teriak Pak Bendung.
"Bapak lah, siapa lagi! Wali kelas yang sok suci, suka banget mintain duit ke muridnya kayak kekurangan duit aja."
Wow semua murid takjub dengan ucapan Letta, menohok banget tuh buat Pak Bendung. Namun dasarnya saja Pak Bendung yang muka tembok, tidak malu sama sekali. Pak Bendung justru menjewer telinga Letta lalu membawanya ke hadapan murid lainnya. Sedangkan Letta hanya pasrah dan meringis.
"Lihat! Ini salah satu murid tidak tahu malu, tidak tahu sopan santun, dan tidak punya etika jika berbicara dengan gurunya. Orang tua kamu ngajarin apa saja sama kamu? Atau kamu ini anak badung jadi orang tua kamu tidak memperhatikan kamu?"
Jika sudah menyangkut orang tua, anak manapun tidak rela. Begitu pula dengan Letta, ia menghentak tangan Pak Bendung yang menjewer telinganya lalu menatap Pak Bendung dengan tegas tanpa takut.
"Tahu apa Bapak sama diri saya? Bapak ini hanya wali kelas yang tidak seharusnya merendahkan orang tua murid didiknya, jika saya kurang ajar seperti ini seharusnya Bapak berkaca. Pasti ada yang salah dengan diri Bapak, jangan limpahin semua kesalahan ke murid Pak, karena nyatanya Bapak yang tidak tahu diri." Setelah itu Letta keluar dari kelas, hilang sudah moodnya dalam mengikuti pelajaran geografi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELORA ✓
Teen FictionNaskah sedang dalam tahap revisi, jadi mohon maaf apabila banyak typo dan sebagainya. Note : Hanya revisi kesalahan ketik dan beberapa kesalahan. ••• Namaku saja sudah menggambarkan kesedihan, bagaimana dengan kehidupanku? ~Delora Nadiya Chaiden. ...