"Kak, aku positif."
Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu.
Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...
SUARA mobil mengejutkan Ralinne yang baru saja selesai membersihkan diri, gadis tersebut menyibak tirai jendela yang langsung memberikan pemandangan depan rumah.
"Itu siapa?" Mata Ralinne menyipit, di depan sana ada seorang Wanita paruh baya tengah berjalan masuk ke dalam rumah, Wanita tersebut berjalan dibantu dengan tongkat dan diikuti oleh beberapa pria besar.
Ralinne menutup kembali tirai yang ia sibak tadi dan mundur sampai menyentuh ranjang. Pikirannya tidak karuan, Javier pun pergi entah ke mana.
Ya tuhan.
Ralinne mencari ponselnya berusaha menghubungi Javier. Tetapi sebelum menelepon Kakaknya, pesan masuk ke dalam ponsel Ralinne.
Kak Javier Kakak jemputsebentar lagi
"Huh ...." Ralinne bernapas lega, Javier akan menjemputnya. Ia kira, pemuda yang tak lain Kakaknya itu tidak akan menjemputnya.
Krek.
Hampir 30 menit Ralinne diam dengan mata yang lurus menghadap pintu, pikiran Ralinne tak henti-hentinya kalut, Javier belum sampai juga.
Ralinne mengangkat kepalanya, "Kakak?"
"Ra, maaf kelamaan. Kakak ngobrol sebentar sama Oma," ujar Javier. Ralinne mengangguk dan memeluk Javier, pun membalas pelukan Ralinne sembari mengusap punggung adiknya.
"Ayo pulang, Kak. Aku gak mau di sini sendirian," balas Ralinne. Javier mengangguk sembari melerai pelukannya pada Ralinne. Javier memberikan kecupan ringan di kelopak mata Ralinne.
"Ayo, Kakak kenalkan dulu sama Oma."
Ralinne menggeleng.
"Kenapa?"
"Badan aku gak enak, aku mau pulang, Kak."
Ralinne menitikkan air matanya, entah mengapa, hari ini badan Ralinne tidak enak dan ia lebih gampang tersentuh. Contohnya ajakan Javier tadi yang menyebabkan Ralinne menangis.
Javier tidak melakukan apapun. Tetapi gadis itu? Ah, sudahlah.
"Yaudah, yuk."
Ralinne mengikut dan berjalan beriringan bersama Javier.
--
Selama diperjalanan tidak ada satu pun yang memgeluarkan suara, Javier maupun Ralinne memilih diam sembari menikmati dunianya sendiri.
Badan Ralinne bertambah tidak enak. Gadis tersebut merasakan pusing yang menusuk-nusuk kepalanya. Perut gadis itu pun berputar-putar, ingin muntah tetapi tidak mengeluarkan apa-apa.
"Kamu kenapa?"
Javier sadar atas tindakan Ralinne saat ini. Gadis tersebut seperti menahan sakit, Ralinne membalas ucapan Javier dengan gelengan.
"Kamu sakit?" Javier meminggirkan mobil kesayangannya di depan apotek, Ralinne menggeleng lagi.
"Aku nggak kenapa-napa, Kak. Ayo pulang, kata kamu Mama udah pulang kan?"
"Benaran?"
"Iya." Ralinne mengangguk.
"Kamu mau sesuatu sebelum sampai rumah? Atau mau beli kado untuk Mama?"
Ralinne menggeleng. "Enggak, aku cuma mau istirahat di kamar," jawab Ralinne. Javier menanggapi dengan dehaman.
"Oh yaudah."
Tak terasa, setelah melakukan perjalanan hampir 50 menit. Javier dan Ralinne sampai di rumahnya, pemuda tersebut menyempatkan untuk membuka pintu mobil Ralinne.
Saat keluar, Ralinne hanya mampu menunduk. Wajahnya pucat dan kardigan di tubuhnya ia ketatkan.
"Assalamualaikum, Alin pulang!"
Ralinne berseru keras dan dapat Ralinne lihat sang Mama berlari menyambutnya.
"Waalaikumsalam, astaga, anak Mama cantik banget. Kamu habis dari rumah Agatha ya? Kata Abang kamu, kamu ngerjain tugas?" Ralinne sempat melirik Javier yang berada di dekatnya.
Lalu Javier memberi kode pada Ralinne agar gadis tersebut mengangguk.
Ralinne mengangguk sembari tersenyum. "Iya, aku habis ngerjain tugas di rumah Agatha."
"Lho, tasnya mana?"
"Tugas online, Ma. Aku pakai laptop Agatha," jawab Ralinne seadanya, gadis tersebut masih menyunggingkan senyumannya.
"Ma, aku izin ke atas dulu ya," pamit Javier. Mama mengangguk.
"Iya, Bang. Istirahat ya, Adek ayo istirahat. Mau di kamar Mama atau kamar adek sendiri?" Ralinne tersipu malu, Mamanya memang selalu memberikan kasih sayang lebih.
"Kamar sendiri aja, Ma. Aku mau istirahat." Mama mengangguk.
"Oalah, tidur ya sayang. Kelopak mata kamu hitam, sering bobo malam ya?" Mama mengecup kening Ralinne, pun membalas dengan anggukan.
"Iya nih, Kakak selalu ajarin Ralinne. Jadi kurang tidur deh," jawab Ralinne.
Mama membawa Ralinne menuju kamarnya, Ralinne tampak pucat. Mama---Zara---tidak berani memberikan pertanyaan banyak pada gadis satu-satunya.
Ia takut bila anak gadisnya sedang dalam keadaan mood tidak baik.
--
23 Juni
Jangan lupa vote dan komentar Mau Spoiler part selanjutnya gak?
Tapi jangan lupa Follow instagram aku ya^_^ Lebeluvland Javier__dylanm Patriciaralinne
Spoiler :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.