Lari kencang, jalan pelan.
Sepanjang jalan Ralinne tersenyum manis, mengingat perlakuan Javier barusan. Ada rasa bahagia di dalam hati kecilnya, raut bahagia pun terpancar di wajah perempuan yang berusia 18 tahun itu.
Niat awal ingin langsung masuk ke dalam kelas sirna ketika mendadak ingin mengeluarkan hajat. Akhirnya, ia memutar langkah ke kanan di mana ada toilet wanita tersedia.
Brak
Seusai menutup pintu toilet, Ralinne dikejutkan dengan beberapa perempuan cantik tengah berjejer. Ralinne tidak kenal perempuan-perempuan di depannya ini. Mungkin saja mereka hantu?
Tapi tidak mungkin. Ralinne bisa lihat kaki mereka——tiga perempuan itu——menapaki lantai toilet ini. Pun memberikan tatapan tajam untuk Ralinne.
Ralinne yang merasa tidak memiliki urusan dengan mereka hanya mengangkat bahu acuh. Setelahnya berjalan menuju bilik toilet untuk membuang hajatnya.
Saat keluar dari bilik sana ketiga perempuan tersebut ternyata belum pergi juga dari toilet wanita. Saat itu, Ralinne masih menganggap acuh. Ia merasa bahwa dia tidak memiliki urusan apapun dengan mereka. Jadi, ia menanggapi dengan santai.
Namun, saat Ralinne berjalan menuju westafel untuk membasuh tangan, salah satu perempuan yang tidak diketahui namanya oleh Ralinne itu menarik pergelangan tangannya dengan kasar.
"Ada masalah apa?" Ralinne bertanya pada ketiga perempuan itu. Dua dari tiga perempuan itu hanya diam sedangkan yang satunya memberikan smirk sembari mendekat ke arah Ralinne.
"Lo ga sadar?" Ralinne menggeleng. Toh, memang dia tidak merasa memiliki masalah dengan ketiga perempuan di hadapannya ini.
"Apa perlu gue buat lo sadar? Hah?!"
Ralinne diam, "lepasin tangan gue!" berontak Ralinne pada perempuan yang memegang lengannya.
"Sumpah ya! Lo itu maba, tapi lagak lo kayak kating!" ujar perempuan yang sempat memberikan smirk untuk Ralinne.
"Maksud lo apaan?!" Ralinne sudah tidak bisa membendung rasa kesalnya lagi. Maksud dari ketiga perempuan di hadapannya ini apa? Mengapa ia dipegang seperti ini?
"Haha, semua mahasiswa di sini tau kalo lo maba yang banyak gaya. Dari awal masuk kampus sini gue udah ga tahan sama kelakuan lo ya, bangsat! Lo seenak jidatnya deketin cowok gue!" bentak perempuan yang dapat Ralinne baca tanda pengenalnya bernama Gea. Gea memegang kerah kemeja Ralinne dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Ralinne.
"Jauhin Javier atau lo habis sama gue!"
Lalu setelah itu Gea dengan kedua teman perempuannya pergi begitu saja meninggalkan Ralinne.
"Javier ga punya cewek macam jamet kek lo. Jadi sadar diri aja ya, Gea!" ucap Ralinne memberikan smirk untuk Gea, dan Gea merasa terinjak-injak.
"Sialan!"
Gea memutar tubuhnya dan mendekat ke Ralinne, ia mengangkat tangan sebelah kanannya bersiap untuk memberikan ultimatum pada Ralinne.
"Lo memang perempuan sial——"
"MAKSUD LO APAAN, SIALAN! BALIK KE KELAS!"
"Bukan saatnya lo memberikan kekerasan ke adik tingkat. Apalagi maba, sadar diri! Sebentar lagi lo skripsi. Jangan sampai dosen dengar masalah lo yang kesekian kalinya ini. Lo sudah dewasa, sialan! Pergi lo anjing!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...