Jangan lupa ramein weh, aku nunggu komentar kalian😂
[]
"Javier? Baru pulang?"
Javier menutup pintu utama rumah megahnya pelan, di depannya ada Oma Ria sedang membaca majalah, baru saja ingin menghampiri Oma Ria tapi suara dari Oma Ria menginterupsi duluan.
"Oma tahu apa yang kamu lakukan hari ini untuk Ralinne, membeli sepatu dan kaus untuk janin di dalam rahim Ralinne dan mengirimkan lewat pos."
Javier menegang. Darimana Oma Ria tahu? Ah, Javier ingat, Oma Ria banyak memiliki pengawal. Tentu salah satu pengawalnya akan membuntuti Javier.
"Javier cuma mau peduli sama anak Javier, Oma."
"MAKSUD KAMU APA?!" Oma Ria membuang majalah yang dibacanya ke lantai. Ia bangun dan mendekat ke Javier.
"Javier cuma mau peduli sama anak Javier, Oma," sahut Javier pelan. Pemuda tersebut tampak biasa saja meski ada Oma Ria yang sejak tadi berbicara tinggi.
"Oma akan buat Ralinne keguguran, kamu benar-benar ...."
"Atas dasar apa Oma mau menggugurkan anak Javier? Oma, Javier lelah. Empat bulan dikejar rasa bersalah, Ja-Javier cuma kepingin hidup tenang ... Javier sayang Ralinne, Oma."
"Apalagi janin yang dikandung Ralinne."
Plak.
Oma Ria menampar pipi kiri Javier, cucu kesayangannya benar-benar kelewatan. Oma Ria menatap Javier tajam.
"Sampai kapan pun Oma gak pernah sudi melihat kamu dengan Ralinne. Cam kan baik-baik!"
Javier memegang pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh Oma Ria, Javier memegang erat tasnya yang berada di bahu kanan.
Javier masuk ke dalam kamarnya seraya merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur. Sudah banyak penyesalan yang Javier alami saat ini.
Menghamili Ralinne, tidak tanggung jawab, dan apa? Oma mau menggugurkan janinnya. Javier tidak bisa, ia akan membuat Oma Ria menyesal selama-lamanya bila berani menyentuh Ralinne atau janinnya.
Papa jemput kamu, kita tinggal di rumah Papa aja. Siap-siap Javier, Papa datang 15 menit lagi.
Javier menghembuskan napas lelahnya sembari mendekat ke koper hitam di depannya. Malam ini ia bersama sang Papa--Papa yang mengakuinya setelah Oma Ria menjatuhkan keluarga Pradipta--akan ikut tinggal di rumah keluarga Papa.
Papa Javier menikah lagi setelah Mama Javier meninggal.
Oke, Pa. Javier tunggu.
Membuka album kenang-kenangannya bersama Ralinne empat bulan yang lalu membuat hati Javier berdenyut.
Pemuda tersebut dapat melihat wajah Ralinne yang berseri dan menawan, tapi, wajah terakhir yang Ralinne tampakkan sebelum ia pergi dari rumah keluarga Pradipta membuat hatinya berdenyut lagi.
Betapa tersiksanya Javier melalui empat bulan ini. Apa Ralinne juga sama?
Entahlah.
"Kamu perempuan terbaik dan kuat. Aku harap kamu gak pernah melukai bayi kita. Aku sayang kalian."
[]
"Mama sudah bilang, jangan pernah meninggalkan barang-barang bayi kamu di sini! Mama muak dan benci."
"Cepat ambil! Atau Mama bakar sekarang juga?!"
Ralinne menundukkan tubuhnya dan meraih kotak-kotak pemberian orang tak dikenal di ruang keluarganya.
Ralinne menolak kotak-kotak tersebut, tapi orang Pos sangat menuntut agar Ralinne mengambil dan menyimpannya.
"Bawa itu ke kamar kamu! Mama mau pergi, bilang ke Papamu, Mama pergi ke Bali satu minggu!"
Ralinne mengangguk dan berjalan ke kamarnya. Ralinne merebahkan tubuhnya di atas kasur, kakinya sangat pegal apalagi ditambah menaiki tangga.
Ralinne memijat pelan. "Aku gak tahu ini dari siapa, tapi aku terima aja. Huh, aku mau kita bahagia setelah ini. Tapi kenapa sulit banget ya?"
"Aku pingin makan mie ayam ih, beli yuk?"
Ralinne bangun dan meraih kardigan di belakang pintu. Gadis tengah mengandung itu berencana membeli mie ayam di depan komplek.
Bi Ayu sudah pulang, ia terburu-buru karena anak gadisnya ada masalah.
"Aku mau cari angin juga. Kamu pasti temenin aku kan?"
"Yuk, kita cari mie ayam. Aku tahu kamu lapar, gapapa sih, ayok deh kita makan sepuasnya."
[]
7 Juli
Lanjut gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...