Hai ... Ada yang nunggu Gravity update?
----
Paginya, Javier masih berdiam diri di kediaman sang Ibu. Sang Ibu menyambut hangat kedatangannya, begitu pun dengan Kayla--Adik Javier.
"KAKAK?!"
Kayla baru saja bangun, Javier yang tengah menemani Ibu menyiram tanaman menoleh seketika. Di depan daun pintu ada Kayla yang menatapnya haru. Mungkin efek lama tidak berjua.
Javier menghampiri Kayla dan memberikan pelukan hangat pada sang Adik. Setelah itu, Javier melerai pelukan hangatnya dan beralih mencubit kedua pipi tembam milik Kayla.
"Ih kakak jangan dicubit bisa kan?!"
Javier menggeleng pelan, "Enggak, soalnya aku gemes sama pipi kamu," ujar Javier pelan sembari terkekeh.
"Tapi aku gak suka, tau gak?"
"Terus harus gimana biar kamu suka?"
Kayla tampak berpikir sejenak. "Beliin aku es boba di depan komplek sana. Baru aku suka," balas Kayla yang membuat Javier mendecih.
"Cih, itu mah kesukaan kamu."
"Hehehe tau aja."
"Udah-udah, lebih baik makan masakan Ibu aja. Lebih hemat dan praktis," lerai Ibu sembari menenteng ember berisi selang.
"Sana bawain." Javier membisikkan Kayla, sontak Kayla langsung mengangguk.
"Sini Bu biar Kayla aja yang bawain," ucap Kayla sembari mengambil alih ember tersebut.
"Kak Javier bantu Ibu ambil lauk di rak ya," ujar Ibu. Dapat Javier lihat sang Ibu tengah mengurut-urut pergelangan kakinya.
Javier tidak tega, di usia yang hampir menua seperti itu, sang Ibu tidak pernah absen bekerja. Selalu mengerjakan apa yang memang harus ia kerjakan. Padahal dapat Javier prediksi, sang Ibu sangat kelelahan.
Seperti saat ini, setelah makan bersama, sang Ibu pamit pergi bekerja di butik milik mendiang suami Oma Ria--sebenarnya butik itu sudah diwariskan untuk Ibu Javier.
"Bu, gausah kerja ya? Emangnya Ibu gak kasihan sama tubuh Ibu sendiri?" ucap Javier memecahkan keheningan di dalam mobil, Kayla hanya diam. Ia tidak bisa berkata sedikit pun bila berurusan dengan pekerjaan sang Ibu.
Karena, Kayla tidak ingin sang Ibu sedih.
"Ini memang sudah jadi kegiatan Ibu, Jav. Ibu gak mau pekerjaan terbengkalai dan menyebabkan sekolah Kayla terganggu. Ibu gak mau Kayla seperti Ibu, yang pekerja serabutan. Kamu paham, kan?"
Di mata sang Ibu, dapat mereka lihat ada kesedihan yang tertera. Mengingat zaman di mana masih menyandang keluarga Pradipta, belum mengetahui fakta apa-apa membuat hati Ibu berdenyut nyeri.
Omong-omong, nama Ibu Javier adalah Rahma.
Ibu Javier tidak ingin Kayla bernasib sama dengannya. Dibuang setelah terlena dengan melimpahnya harta yang jelas-jelas bukan hasil dari kerja keras sendiri.
"Kak, udah sampai!"
Javier menghentikan mobil dan mengangguk. "Hati-hati, Kay. Nanti pulang langsung ke butik temani Ibu."
"Iya siap!"
"Bu, Kayla pamit ya! Doakan Kayla agar dapat meraih beasiswa ke Jakarta!" Ibu mengangguk dan memberikan senyuman termanis yang pernah Javier dan Kayla lihat.
---
Sesampainya di Jakarta setelah melewati Hati-hati berat di Bandung membuat kepala Javier pening, hari ini ia dijadwalkan memimpin seminar kesehatan yang dijadwalkan siang hari.
Setelah menghubungi Faza dan meminta agar Faza membawakan jas kuningnya ke kantin, Javier kembali menyantap makanan di depannya.
Meski sudah dibekali makanan oleh sang Ibu, tetap saja Javier makan makanan kantin. Karena menurutnya, porsi nasi dan lauk yang diberikan oleh sang Ibu kurang.
Katakan Javier pekerja kuli. Karena setelah mengantar sang Ibu ke butik, ia tidak langsung pulang, melainkan berkunjung ke alun-alun Kota Bandung dan melepas penat sebentar di sana.
Lalu setelahnya ia kembali ke Jakarta. Sebelum sampai di kampus, Javier berkunjung ke kedai milik adik tingkatnya dan mengobrol sebentar.
"Widih, lapar amat lo, Bro," ujar Faza meledek.
"Hahaha iya nih," jawab Javier sembari terkekeh.
"Gimana? Ibu lo setuju?"
Javier menggeleng. "Enggak, sepertinya gue bakal nolak beasiswa itu, Za. Ibu gak mau gue kenapa-napa," tutur Javier membuat Faza mengangguk.
"Gue paham. Pihak kampus kasih dua pilihan buat lo kan?" Javier mengangguk.
"Dan pilihan lo tetap berada di kampus ini?" lanjut Faza lagi.
"Iya. Tanggung, sisa tiga semester lagi."
Faza meraih minuman yang sudah dipesan oleh Javier tadi. "Yaudah kalau gitu lo tolak aja. Padahal gue tuh maunya di Singapura, kebetulan lo mau dipindahin. Tapi gue sedih ...."
"Sedih kenapa lo?"
"Sedih karena gak bisa liat cewek bening di sana!"
"Heh."
---
"Hari ini lo ikut seminar gak, Lin?"
Ralinne tengah berkutat dengan buku-buku tebal di depannya. Sedari tadi Agatha sibuk bertanya padanya, tentang seminar yang diadakan nanti siang.
"Gak tahu, gue males."
"Parah lo, Lin. Yang mimpin seminar kan Bebeb lu, masa gak mau ikut seminar si?"
"Hah, siapa?"
"Javier tolol."
Seketika, wajah Ralinne berubah menjadi muram.
"Berisik."
---
11 November 2020Sudah puas kah dengan update-an hari ini? Kalau belum yuk kita bicarakan di grup Whatsapp Gravity.
Yang belum gabung, link sudah aku taruh di profil ya 😘
❌ Tandai bila ada typo ❌
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...