Gravity - 05

13.1K 703 12
                                    

RALINNE bangun dari tidurnya kala jam dinding menunjukkan pukul 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RALINNE bangun dari tidurnya kala jam dinding menunjukkan pukul 06.30, gadis tersebut berjalan menuruni tangga dan berniat membuka ventilasi di dekat dapur.

"Baru bangun?"

Ralinne menoleh ke samping kirinya di mana ada Javier tengah memasak. Ralinne mengangguk.

"Semalam kakak pulang jam berapa?"

Javier nampak berpikir sejenak. "Subuh."

"Subuh ...?"

"Iya, semalam Faza ajak Kakak ke Ancol sebentar."

"Oalah, kakak masak apa?" Ralinne mendekat ke Javier. Sontak membuat Javier terkejut.

"Ah, Kakak buat telur goreng campur sosis, kamu mau makan?" Ralinne mengangguk.

"Iya mau," jawab Ralinne.

"Hari ini ada jadwal apa di sekolah kamu?" tanya Javier tiba-tiba. Ralinne tampak berpikir, lalu tersenyum setelahnya.

"Free, Kak. Kayaknya hari ini cuma balikin buku perpus aja," jawab Ralinne.

Javier mengangguk pelan.

"Antar Kakak ke Minimarket mau? Sepulang dari sekolah lo. Tiba-tiba kepingin," ujar Javier. Kedua alis Ralinne mengerut.

Ada apa dengan Javier?

"Kepingin apa?" Ralinne bertanya pada Javier, pemuda tersebut membalas dengan senyuman misterius.

"Yang udah-udah, aku kepingin lagi."

Javier mendekat, kedua kaki Ralinne hampir saja melunak. Javier mengikis jarak di antara mereka, Ralinne kehilangan nafasnya.

Javier begitu tampan pagi ini.

"Gak bisa sekarang," lirih Ralinne yang dapat didengar Javier.

Javier mengangguk kecewa. "Terus kapan?"

"Nanti, setelah Kakak anter aku dari sekolah."

Setelah Ralinne mengatakan kalimat tersebut, entah mengapa Javier jadi bahagia. Ralinne-nya penurut.

--


Javier membantu Ralinne membawa tumpukan buku-buku di dalam kantung kresek. Ralinne tampak kesulitan dengan pakaiannya.

Memakai sweater kebesaran dengan rok sekolah.

"Kamu tunggu di lobby aja. Biar kakak yang antar ke perpustakaan," ucap Javier. Ralinne menurut.

Sembari menunggu Javier mengembalikan buku miliknya, Ralinne berniat membeli sebotol minuman untuk menetralkan energinya.

"Ralinne!"

Ralinne menoleh ke belakang dan mendapati Agatha bersama Kekasihnya, Aga. Ralinne memberikan tatapan kesal pada Agatha.

"Gue gak budek, Tha! Kebiasaan banget panggil gue sambil teriak-teriak!" Agatha membalas ucapan Ralinne dengan cengiran khas.

"Bomad. Parah lo ya ninggalin gue! Padahal gue sama Aga datang ke rumah lo! Dan apa? Kata satpam di komplek elo, elo gak ada! Sialan banget."

"Udah ngedumelnya?"

Agatha menggeleng. "Belum! Gue jadi kepo deh, elo ke sini sama siapa?"

"Emang penting gua ke sini sama siapa?"

"Penting!"

"Jawab gak?!" ucap Agatha lagi. Ralinne terkekeh pelan.

"Sama Kakak gue lah!"

"Tumben," balas Agatha sembari berpikir.

"Eh, eh, lo udah deket sama Kak Javier?!" Agatha memekik senang.

"Berisik!" Ralinne memberikan pukulan pada kepala Agatha. Seketika Agatha terdiam dan menoleh ke Aga di mana pemuda tersebut diam-diam tengah menyimak.

"JANGAN NYIMAK AGA! SANA BALIKIN BUKU AKU!"

Aga langsung kalap begitu mendengar teriakan Agatha memenuhi telinganya, Aga mengangguk dan meninggalkan Agatha.

"Iya, Bi. Bentar ya, tunggu aku di sini sama Ralinne, jangan ke mana-mana."

"Iya, kagak. Aku tunggu di sini sama Ralinne," balas Agatha membuat Ralinne mual seketika.

"Kenapa lo? Kelamaan jomblo sih!" Agatha meledek Ralinne.

Ralinne terkekeh, "enak aja. Gini-gini gue sama Kak Javier udah ada secret relationship!"

"Hah? Yang bener lo?! Gue aduin Kak Javier baru tahu rasa lo."

"Gak percaya yaudah, bye bye Agatha, gue mau balik!" Ralinne memberikan kecupan pada pipi Agatha, di belakang sana ada Javier tengah berjalan mendekat.

Javier amat sangat tampan dengan balutan sweater hitam dan celana polo selutut.

--

"Kok ke sini, Kak?"

Ralinne tampak bingung dengan tempat yang saat ini tengah disinggahinya. Ia dan Javier berada di depan rumah megah yang tak diketahui milik siapa oleh Ralinne.

Javier mengajak Ralinne untuk keluar dari mobil. "Ini rumah Papa yang lain, kita di sini aja sampai besok," jawab Javier.

"Bukannya rumah Papa di Singapura, Kak? Kok, ini? Di sini kenapa ad--"

"Udah, ikut aja gausah komen. Kamu mau di sini atau masuk?"

Ralinne mengangguk ragu.

"Mau masuk," jawab Ralinne.

"Ayo!"

Tanpa sepengetahuan Ralinne, rumah megah tersebut adalah milik Oma Ria, Oma Javier, Nyonya keluarga Melviano.

--

21 Juni

Maaf telat publish
Btw, aku tahu banyak yang ikuti kisah ini. Aku minta agar kalian memberikan bintang dan komentar, bukan sembunyi dan diam.

Tolong sangat, hargai aku.
Jangan lupa Follow instagram aku

Lebeluvland

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang