Gravity - 13

10K 515 4
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya!

[]

RALINNE mengedarkan seluruh pandangannya pada kamar Javier, pemuda tersebut sudah pergi. Ralinne menundukkan kepalanya sembari menahan tangis.

Gadis berumur 18 Tahun itu sangat terpukul, Javier adalah cinta pertamanya setelah sang Papa--mungkin cinta kedua?

Ralinne merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar milik Javier. Menghirup bau Javier yang tersisa di kamar tersebut membuat Ralinne nyaman.

"Kenapa ke sini?"

Ralinne mengangkat tubuhnya saat suara sang Papa menusuk indera pendengarannya, Ralinne menggeleng lesu lalu menunduk.

"Ngomong sesuatu sama Papa, kenapa Alin ke sini?" Diaz mendekat ke Ralinne dan mengusap rambut anaknya pelan.

"Cuma mau hirup bau Kak Javier."

"Papa jangan marah, ini bawaan dari dedek bayinya," lanjut Ralinne sembari memeluk perutnya.

Berjaga-jaga takut disentuh oleh sang Papa, apalagi disuruh meluruhkan janinnya bila tahu ia masih sangat mencintai Javier.

Diaz menghembuskan napasnya. "Papa gak akan suruh kamu gugurin janin yang gak ada salahnya sama sekali. Papa cuma tanya, Alin ngapain di kamar Javier malam-malam gini? Gak bisa bobo?"

"Alin gak bisa tidur, bawaannya cuma pengen cium bau Kak Javier," ujar Ralinne.

"Huh, yaudah, Ralinne bobo di sini aja. Papa mau mandi ya."

Ralinne mengangguk. Selepas kepergian Diaz, Ralinne meneteskan air matanya.

Takdir tuhan benar-benar nyata, tidak bisa dipungkiri oleh gadis itu bahwa dunianya kini sedang berada diambang kehancuran.

[]

"Kamu berhasil."

"Berhasil menghamili Ralinne dan kita lihat setelah ini berita di televisi."

Javier membulatkan kedua bola matanya. "Maksud, Oma?"

"Berita kehamilan Ralinne sudah bocor kemana-mana. Oma baru lihat berita, dilaporan tersebut Ralinne hamil anak kekasihnya. Bukan anak kamu, yang perlu kamu siapkan saat ini adalah mencoba biasa saja, berdiam diri seolah-olah tidak tahu apa-apa."

Oma Ria mengeluarkan ultimatumnya pada Javier. Cucu satu-satunya tidak segan-segan untuk kembali pada Ralinne meski sudah dipisahkan sekali pun.

Oma Ria tidak ingin melihat Javier yang memohon pada Ralinne, apalagi Diaz atau Zara. Oma Ria tidak segan-segan melukai ketiganya.

Atau perlu satu keluarga Pradipta.

"Oma ... Tapi, ini salah Javier. Seharusnya Javier gak sentu--"

"Sudah terlambat! Dia hamil dan kamu pergi. Sudah impas Javier!"

Teriakan dari Oma Ria membuat Javier terdiam seketika. Ia tidak sanggup untuk menyanggah ucapan Oma Ria lagi.

Javier hanya berdoa bahwa ada keajaiban pada Oma Ria dan menuruti kemauannya untuk kembali pada Ralinne.

Bertanggung jawab atas kesalahannya dan merawat janin yang ada pada Ralinne sampai besar nanti.

"Gak akan pernah Oma beri izin pada kamu agar kembali pada Ralinne. Kamu akan mendapatkan apa pun yang kamu inginkan, asal tidak dengan Ralinne."

"Tapi, aku cuma kepingin sama Ralinne sampai tua nanti. Aku bukan kakak kandungnya, aku bisa menikahi Ralinne kapan pun."

"GAK! GAK BOLEH! KAMU AKAN KENA IMBAS BILA BERANI COBA-COBA KEMBALI PADA RALINNE!"

Sedangkan di tempat lain, Ralinne bangun dari tidurnya dengan napas berat. Baru saja ia bermimpi buruk, sesuatu keras menghantam dirinya.

Ralinne menunduk dan mengusap perut ratanya. Gadis tersebut menginginkan sesuatu.

Tetapi susah untuk diungkapkan. Ralinne bangun dari tidurnya dan berjalan menuju dapur. Meminum jus jambu mungkin membuat pikirannya tenang.

Ia menuangkan jus tersebut ke dalam gelas dan meminumnya hingga tandas. Malas untuk kembali ke kamar Javier, Ralinne duduk sebentar di atas kursi pantri sembari memandang westafel di depannya.

"Hidup berdua gak akan buat kita kesusahan, tolong jangan pernah mencari atau merindukan dia. Dia gak pantas untuk kamu."

[]

5 Juli

Mencoba produktif lagi setelah sekian lama libur.
Hehehe

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang