Gravity - 33

5.3K 347 26
                                    

Alhamdulillah, akhirnya double up

Sesampainya mereka di kampus, Agatha turun terlebih dahulu sedangkan Ralinne──entah mengapa dada gadis itu tiba-tiba sesak. Akan kah ia kembali bertemu dengan Javier?

Bila iya, apa ia siap menceritakan semuanya? Atau justru bungkam dalam pilu yang melanda hampir enam bulan lebih ini.

"Lin, ayo turun!" Agatha mengetuk kaca mobil pengemudi, buru-buru Ralinne menetralkan detak jantung dan merapihkan penampilannya.

Ralinne turun dari mobil sembari menenteng totebag, gadis itu berjalan beriringan dengan Agatha.

"Tha, ke toilet dulu yuk," ajak Ralinne di tengah-tengah jalan menyusuri koridor utama.

Agatha nampak menurut, sebab, sedari tadi banyak yang memperhatikan mereka. Terutama Ralinne yang cocok dengan gayanya.

Merasa diperhatikan oleh orang-orang sekitar, Ralinne nampak risih. Terlihat dari raut wajahnya.

"Jadwal hari ini apa si? Pengenalan doang kan?"

Ralinne mengangguk. "Kayaknya, gue gak tahu juga. Mungkin ada beberapa rencana lain dari panitia ospeknya," jawab Ralinne.

"Gue si berharap liat abang-abang BEM, pasti keren-keren banget dah!"

Setelah Agatha melontarkan beberapa kalimat itu, Ralinne nampak murung. Javier adalah Ketua BEM di sini, apakah Javier masih menjabat?

Feeling Ralinne mengatakan tidak, sudah satu tahun kan? Mungkin saja Javier sudah lengser.

"Kenapa diam lo? Bisu?"

"Sialan!"

"Lo bawa roti berapa, Tha?" tanya Ralinne pada Agatha. Pun menunjukkan isi tasnya yang berisi banyak roti, sejak kecil memang Agatha menyukai roti, apalagi roti rasa coklat.

"Gila, mau jualan lo?"

"Enggak lah bodoh, gue mau kasih ke abang-abang BEM, sembari ngerdus bisa kali ya?"

"Kurang belaian lo?" Ralinne memberikan tatapan tajam untuk Agatha. Seusai itu, Agatha terkekeh pelan.

--

"Lo jagain belakang!"

"Lo aja!"

"Lo lah bodoh."

"Gue jaga venue samping, deket bu dosen."

"Maunya!" Faza memberikan tatapan tajam untuk Ais, sedari tadi mereka ribut memenangkan venue samping──tempat di mana para dosen muda berkumpul.

"Ae lah, gua aja napa Za, ngalah ngapa ngalah!"

"Gak bisa. Dari kemarin gue ngalah terus."

"Ribet banget si kalian?!" sela Javier. Mendengar Faza dan Ais yang ribut membuat telinga Javier panas. Pasalnya sangat menyesakkan, ditambah suara Maba yang berisik sedari tadi.

"Yaudah, kalian di Venue samping. Biar gue jaga belakang bareng Yuda. Dari tadi Yuda nyantai aja, kalian ribet tau ga?"

"Iya tau, Pak."

"Ampun, dah jadi bapak-bapak jangan bacot napa. Emosi gue lama-lama," gumam Ais.

"Gue masih denger ya!"

"Ampun."

Kegiatan pagi ini adalah upacara pembukaan OSPEK, Mahasiswa Baru diminta untuk berkumpul dan mengikuti upacara sesuai jadwal.

Karena Javier menjaga barisan belakang, ia memutuskan untuk membantu teman-temannya membawa kotak obat. Serta peralatan lainnya, Javier sangat gemar membantu kawan-kawannya.

"Bang Jav, di sana ada yang pingsan. Itunya berdarah!"

Javier menoleh ke adik tingkatnya yang sedang berlari menuju dirinya, Javier dengan tegas berlari mengikuti langkah adik tingkatnya.

Javier menarik gadis yang sudah pingsan itu ke belakangan, dibantu tenaga medis Javier membawa gadis tersebut ke ruang kesehatan.

Saat petugas membaringkan tubuh gadis itu, ada sedikit kejanggalan di sana.

Bentuk tubuhnya.

"Ra-Ralinne?"

Javier mendekat ke brankar setelah petugas meninggalkan ruang kesehatan, Javier menyingkap tirai yang menutupi sekat ruangan tersebut.

"Mas, tolong buatin teh hangat untuk mbak itu ya."

Javier menoleh ke belakang dan mengangguk. Segera ia melakukan perintah dari petugas medis tersebut.

Penglihatan Ralinne kembali pulih, segera ia mengarahkan pandangannya ke pemuda yang sedang membelakanginya. Entah apa yang sedang dilakukan pemuda tersebut.

Tetapi, melihat tampilannya dari belakang Ralinne merasa dejavu. Apa itu?

"Kamu sudah sadar?"

Suara itu.

Suara milik Javier.

Segera Ralinne mengangkat kepalanya dan berhenti memijat dahinya.

"Kamu?!"


--
09 Oktober 2020

Akhirnya double up 😀

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang