Gravity - 38

4.1K 256 53
                                    

Insyaallah mulai produktif lagi
Doain ya ^^

....

Siang ini semua mahasiswa berkumpul mengikuti seminar yang dipimpin langsung oleh Javier dan kawan-kawan. Semua mahasiswa diberi pengarahan untuk duduk di kursi yang sudah disediakan.

Ralinne dan Agatha duduk di kursi paling belakang. Sengaja karena mereka datang paling lamban, dan panitia pun memberikan ruang paling belakang juga untuk mereka.

"Lin, ke depan aja yuk. Liat tuh yang di depan pada keluar."

Ralinne menoleh ke sebelahnya di mana ada Agatha tengah memperhatikan mahasiswa-mahasiswi yang berlalu lalang keluar dari gedung seminar.

"Gak deh. Enakan di sini, Tha," jawab Ralinne pelan.

"Mmm, oke deh."

Selama seminar berlangsung, mata Ralinne tidak mengedip sekali pun, alasannya tentu ada Javier tengah presentasi——bukan presentasi melainkan memimpin seminar.

Pemuda itu rapih dan tegas dengan setelan yang ia kenakan, jas putih kebanggaannya serta sarung tangan yang memegang laser.

Jantung Ralinne hampir saja berhenti berdenyut, pemuda yang sedang memimpin jalannya seminar itu meliriknya. Mata mereka saling bertatap pandang, dan ada beberapa mahasiswa yang menyadari.

Namun Ralinne lebih memilih lebih dahulu memutuskan kontak mata tersebut. "Tadi dia ngeliatin lo ya?"

Ralinne menggeleng. "Hah, emang apa?"

"Iya. Tadi dia liatin lo!" Agatha mengangguk. Agatha tahu, Ralinne sangat gugup. Dan sejak tadi Agatha melihat interaksi antara Ralinne dengan Javier. Meski hanya kontak mata, namun bagi Agatha itu sudah lumayan ada kemajuan.

"Salah liat kali lo! Ada-ada aja."

"Iya kali ya, gue salah liat."

Dalam hati, Agatha tertawa.

Tertawa mengapa Ralinne selucu itu untuk mengaku bahwa ia memang berinteraksi dengan Javier tadi.

[]

Seusai seminar selesai, Ralinne pergi ke kantin bersama Agatha. Namun di tengah-tengah jalan menuju kantin, Agatha ditelpon oleh Aga, kekasihnya. Mau tidak mau akhirnya Ralinne melanjutkan langkahnya sendiri ke kantin.

Setelah langkahnya sampai di kantin, Ralinne memesan nasi goreng dengan jus mangga kesukaannya. Sembari menunggu pesanannya datang, Ralinne memainkan ponselnya.

Untuk sekadar melihat pesan yang masuk ke ponselnya.

Papa
Alin pulang jangan lama-lama ya

Ada yang mau papa sampaikan ke Alin

Ralinne
Waduh, alin masih lama nih pa.

Emangnya apa yang mau papa sampaikan ke Alin? Bisa lewat pesan aja gak?

Papa
Ga bisa. Papa tunggu alin aja deh.

Ralinne
Huft

Oke deh

Alin makan dlu ya, Papa jangan lupa makan 🥰

Papa
Selamat makan ya anak papa yg cantik. Papa udah makan kok 😇

Ralinne menutup ponselnya dan meraih piring nasi di depannya. Fyi, nasi goreng dan jus mangga pesanannya baru sampai tadi. Dan Ralinne sudah tidak sabar untuk menyantapnya.

Di tengah-tengah kegiatan makannya, seseorang meraih kursi di depannya. Ralinne tidak mempermasalahkannya, karena di kantin ini memang selalu padat dengan mahasiswa-mahasiswi yang mengisi atau mengganjal perut.

"Gimana kabar kamu?"

"Makin ke sini kok makin kurus?"

Ralinne mengangkat kepalanya dan berhenti mengunyah sebentar. Suara itu? Suara yang mengingatkan Ralinne ke peristiwa satu tahun lalu.

Akhirnya, mata mereka saling bertatapan untuk kedua kalinya setelah bertatapan di dalam gedung seminar. Javier tersenyum melihat Ralinne, sedangkan gadis di depannya menatap datar sekaligus terkejut.

"Ngapain ke sini?" tanya Ralinne dingin.

"Mau liat kamu, aku kangen kamu."

"Basi."

"Kok basi?" tanya Javier bingung.

"Selama aku hamil emang kamu pernah nanya kabar aku? Engga kan? Kok sekarang malah sok-sokan nanya sih. Situ sehat?" ucap Ralinne pelan saat mengatakan kata hamil.

"Sehat. Emang gak liat kalo badan aku agak lebaran? Gak kek kamu yang makin cungkring," jawab enteng Javier tanpa mau tahu respon Ralinne.

"Dih, buta mata lo? Badan situ tuh yang makin cungkring. Gue si makin cakep."

"Mata siapa yang buta? Kalo lagi ngomong sama kakak tingkat jangan pakai bahasa lo-gue. Emang mau nanti dihujat sama fanatik-annya aku?"

"Ampun kakak tingkat."

Kedua bola mata Ralinne berputar. Kesal dengan respon yang diberikan Javier. Akhirnya ia bangun dan membayar pesanannya.

"Eh ini makanannya belum abis!" Javier menunjuk nasi goreng dan jus mangga milik Ralinne. Ralinne hanya merespon dengan ucapan pelan.

"Makan aja, gratis biar badan lo tambah lebar. Kasihan gue lihat badan lo yang kek tengkorak hidup."

Javier yang mendengar itu hanya terkekeh pelan. Dan memberikan kode pada Ibu penjaga kantin agar menolak uang yang diberikan oleh Ralinne.

"Biar aku aja yang bayar, Bu!"

Ralinne yang mendengar hanya mendengus sebal. Lalu mendekat ke Javier, "Makasih."

"Sama-sama cantik."

AH JANTUNG GUEEEEEE.

Javier tersipu malu setelah mengatakan beberapa kalimat tersebut pada Ralinne. Jantungnya berdegum sangat kencang. Mungkin kalau ia bisa perlihatkan, detik itu pula semua orang yang berada di kantin terkejut.

Untuk hari ini, Javier akan mengenangnya.

[]
5 Desember 2020

Hi, balik lagi ketemu kalian!

Ada yang kangen Gravity ga?

Pasti enggak kan hahaha.

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang