Gravity - 21

9.1K 507 8
                                    

HAYO, JANGAN LUPA BINTANG DAN KOMENTARNYA YAK. BTW, HAPPY 5K, JANGAN BOSAN-BOSAN DENGAN KISAH INI, JANGAN JUGA JADI PEMBACA TERSEMBUNYI HEHE.

-o0o-

Keadaannya semakin memburuk, Javier memukul kepalanya di kemudi mobil. Hari ini begitu membuat energi Javier terkuras.

Mulai dari soal Ralinne, Oma yang mengusirnya karena dengan berani mencari informasi Ralinne, juga pengkhianatan yang dilakukan Anin dengan Gio, sahabatnya.

Javier mengusap kasar wajahnya.

Tidak ada satu pun kawannya yang mau membantu atau sekadar memberikan solusi untuknya. Javier semakin yakin bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya teman baik selain keluarga.

Javier terus melajukan mobilnya ke komplek di mana dulu ia diasuh oleh Diaz dan Zara, tentunya bersama Ralinne.

Namun, belum benar-benar memarkirkan mobilnya di depan rumah keluarga Pradipta, Javier melihat siluet perempuan tengah bertengkar dengan lelaki.

Semakin mendekat, Javier pun akhirnya berhenti di bawah pohon depan rumah keluarga Pradipta. Seketika mata Javier membulat.

Itu Ralinne tengah diseret lelaki yang hampir tua!

"Ma, plis. Alin gak mau ikut sama Om ini!"

"Alin mau ikut Papa!"

"Maaaaaa ...."

"TOLONGGGGGG!!"

Ralinne berteriak meminta tolong pada siapa pun yang berada di sana. Namun mengingat jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, Javier semakin gelisah.

Tidak mungkin kan dia berlari menolong Ralinne?

Bisa-bisa Zara akan memakinya.

"Ma, kalau Mama benci dengan kehamilan Alin, mama boleh usir Alin sekarang juga. Tapi, bukan berarti Mama harus kasih Alin ke Om-om hidung belang. Alin gak mau!"

"Lebih baik Alin mati daripada Alin harus sama Om-om ini."

Sudah cukup. Javier mendengar semuanya, pemuda tersebut sudah tidak memiliki batas kesabaran lagi. Dengan tergesa, ia menghampiri Ralinne dan memberikan bogeman pada pria hidung belang itu.

Ralinne mundur dan terduduk di lantai, perutnya kram karena sedari tadi Ralinne memberontak.

"Kak Javier ...," lirih Ralinne, Javier dapat mendengar suara Ralinne, namun ia menulikan pendengarannya. Dengan membabi buta, Javier memberikan pelajaran pada pria hidung belang tersebut.

Ralinne terkapar tidak sadarkan diri, Javier memutar tubuhnya dan menghampiri Ralinne yang hanya dibaluti pakaian rumah--daster.

"Lin, ini aku," ucap Javier sembari menangkup wajah Ralinne.

Ralinne menutup matanya dan samar-samar mengangguk pelan. Gadis tersebut mengeluarkan air matanya.

Diantara senang dengan kehadiran Javier, atau karena rasa sakit di perutnya yang semakin jadi?

"Kamu gapapa?"

Ralinne menahan napasnya. Berdekatan seperti ini dengan Javier membuatnya sangat terpukul.

"Tolong bawa aku ke rumah sakit ... Ini rasanya sakit banget, aku gak kuat," balas Ralinne dengan bibir yang bergetar, wajah Ralinne pun sudah pucat pasi.

"Lin, kamu harus kuat, ayo, sama-sama merawat bayi ini," ucap Javier lalu mengangkat Ralinne yang sudah berlumur darah.

Dapat Javier lihat juga Zara tengah dibawa ke dalam rumah oleh laki-laki hidung belang tadi. Apa keluarga ini jadi berantakan setelah ia menghamili Ralinne?

-o0o-

D

iaz berlari di dalam lorong rumah sakit dengan cepat, setelah mendapati kabar bahwa Ralinne pendarahan, ia langsung memutuskan untuk kembali ke rumah.

Sudah dua hari ia di Indonesia, sengaja tidak memberi tahu Ralinne agar gadis tersebut terkejut dengan kepulangannya. Namun, belum sempat memberikan kejutan pada gadisnya, Diaz malah dikejutkan dengan berita pendarahan Ralinne dari orang suruhannya.

Ditambah, katanya Ralinne dilarikan ke rumah sakit dibawa oleh lelaki muda. Diaz tidak tahu itu siapa, dan ia ingin memberikan ucapan terima kasih pada pemuda yang telah menolong Ralinne.

Soal Zara, Diaz sudah mengetahuinya semua. Dan dia berniat untuk menalak Zara setelah keadaan Ralinne membaik.

"Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Nona Ralinne mengalami pendarahan biasa, dan itu tidak membuat janinnya terluka. Hanya terbentur sedikit saja, lain kali hati-hati. Kandungan Nona Ralinne sangat rentan terbentur."

Dapat Diaz dengar suara pemuda di dalam bilik Ralinne. Pemuda?! Diaz membulatkan kedua bola matanya, suara itu, suara yang amat sangat Diaz kenal.

Suara milik bajingan sialan.

"Javier!"

Merasa dipanggil, Javier memutar tubuhnya dan mendapati Diaz tengah menatapnya dingin. Javier mempersilakan Diaz untuk melihat Ralinne yang masih terkapar tidak sadarkan diri.

Namun belum sempat melihat anak gadisnya, terlebih dahulu Diaz memberikan bogeman pada Javier.

"Kamu pemuda tidak tahu malu, Javier. Sudah saya peringatkan bukan jangan lagi temui Ralinne? Tapi apa? Kamu menemui putri saya."

"Dan setelah menemui putri saya, keadaannya langsung seperti ini?! Kamu sialan, kamu bajingan sialan!"

Dokter yang berada di dalam sana sekuat tenaga memisahkan mereka---terlebih Diaz yang membabi buta, karena dapat dilihat, Javier hanya diam merasakan panasnya pipi bekas bogeman dari Diaz.

-o0o-

4 September 2020.

Gak selesai-selesai juga ya? Wkwkwk.

Jangan lupa Bintang dan komentarnya ya. Masa udah hampir 6K, bintangnya masih 200-an.

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang