Jangan lupa ramaikan ya ~~
Seusai obrolan singkat antara ia dengan Faza, Javier memutuskan untuk ke rumah Ibunya di daerah Bandung. Meski memakan banyak waktu, namun mau tak mau tetap harus ke sana.
Sekali pun sekadar berkunjung.
"Hati-hati, ya. Nanti kabarin gue kalau sudah sampai di Bandung!"
Faza melambaikan tangannya ke Javier yang sudah berada di dalam mobil. Dari kaca dapat Javier lihat bahwa Faza sudah tidak bisa menahan dinginnya malam ini, karena malam ini diguyur hujan deras yang mengakibatkan perubahan suhu menjadi drastis.
Javier memberikan jempol untuk Faza dan dibalas lagi anggukan oleh pemuda berkulit putih itu.
Selama perjalanan, pikiran Javier teramat sangat kalut, di lain sisi ia tidak ingin pergi ke Singapura dan menetap di sana, di lain sisi pula ia tidak ingin berdekatan dengan Ralinne. Karena pastinya, gadis berambut sebahu itu akan terlukai lagi.
Dan Javier tidak ingin melukai Ralinne untuk kedua kalinya.
Pukul 23.00 Javier sampai di kediaman sang Ibu, dapat Javier lihat pagar rumah di depannya terkunci rapat dan padamnya lampu di ruang tamu.
Javier meraih ponselnya dan menghubungi sang Ibu.
Bu, ini Javier sudah sampai.
Tak lama, bunyi kunci pintu utama terdengar. Javier tersenyum melihat sang Ibu yang sudah kembali segar. Wanita yang hampir paruh baya itu terlihat memberikan senyuman manis untuknya dari teras rumah.
Javier turun dan memeluk tubuh kurus sang Ibu.
"Kamu kelihatan banyak pikiran ya, Nak? Wajah kamu tirus banget. Ibu gamau kamu kenapa-kenapa." Ibu Javier memegang kedua pipi Javier. Mata wanita itu nampak menitihkan air mata, mungkin efek rindu yang teramat besar pada anak laki-lakinya.
Omong-omong, setelah mengetahui fakta ia bukan bagian dari keluarga Pradipta. Javier mencari informasi tentang keluarganya sendiri, asal-usul dan lain-lain ia cari tanpa sepengetahuan Oma Ria.
Juga, Javier sempat memasuki ruang rahasia milik Oma Ria dan menemukan beberapa fakta mengejutkan tentang keluarganya.
Sampai saat ini, Javier tidak pernah melupakan keburukan Oma Ria pada keluarganya. Sampai mati mungkin ia juga tidak dapat melupakannya.
"Ah enggak, Bu. Perasaan Ibu aja kali. Kayla mana, Bu?" Javier mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin sang Ibu sedih.
Kayla adalah nama adik Javier. Pemuda itu baru mengetahui fakta bahwa ia memiliki adik kandung yang berjarak lima tahun dengannya.
"Kayla sudah tidur. Ayo masuk, Ibu buatkan sup buat kamu. Kamu lapar kan?"
"Nah dari tadi kek, Bu hehehe. Iya nih aku lapar banget," balas Javier yang diakhiri kekehan.
--
"Jadi kamu mau pindah ke Singapura? Kenapa bisa? Kamu gak buat masalah di kampus kan?"
Javier menggeleng. "Enggak tahu, pihak kampus yang minta aku. Jujur, aku ga bisa dan gak mau, Bu. Aku harus apa?"
Javier menunduk dan menekuk wajahnya. Sang Ibu yang berada di depan Javier nampak menarik napas.
"Kamu ikuti kata hati kamu saja."
"Kalau kamu mau berangkat, insyaallah Ibu kasih izin. Kalau enggak pun, Ibu lebih senang kalau kamu gak pergi. Nanti Ibu usahakan ke Jakarta," ujar Ibu Javier.
Javier menahan napas. "Serius, Bu?"
"Kalau gitu gausah deh, Bu. Aku ikutin kata hati Ibu aja. Ibu lebih suka aku berangkat ke sana atau tetap di sini?"
"Ibu ... lebih suka kamu di sini, Vier. Ibu gak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya," ujar Ibu Javier sembari menggenggam jari Javier.
"Oke, aku usahakan buat nolak perintah itu."
Dan Ibu Javier mengangguk.
--
25 Oktober 2020
HUHU maaf baru update lagi 😭 aku baru sempet buka Wattpad. Kemarin-kemarin aku sibuk sama pikiran dan hati-ku——ew apa banget 😭
Eh aku mau nanya, cerita ini gimana menurut kalian?
Dijawab ya guys:" aku butuh banget pencerahan dari kalian 🥺🥺🙏
Baca Dreaming di Wattpadku yuk :
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...