Gravity - 35

6.2K 336 24
                                    

Ada kah yang nunggu Gravity - 35 update?

Ralinne dan Agatha tidak langsung kembali, mereka lebih memilih datang ke toko buku dan berdiam diri di sana──membaca satu dua buku untuk sekadar melepas penat.

"Lo kenapa lagi?"

"Gue ketemu Kak Javier."

"LAH SERIUSAN?!"

"Iya serius, Tha."

"Gila, dia ngomong apa ke lo?"

"Dia nanya soal anak kita."

"What the fu──." Agatha nampak kesal dengan pernyataan yang diberikan Ralinne barusan.

"Gue harus apa?" ujar Ralinne.

"Gausah ngapa-ngapain, Lin. Biarin aja si kampret Javier tau sendiri kalo anaknya udah mati," tanggap Agatha.

"Ga mati!"

"Iya meninggal maksud gue."

Setelah obrolan itu selesai, Ralinne nampak murung. Pikirannya kembali kalut, padahal kemarin sudah baik-baik saja. Mungkin karena kejadian tadi pagi membuatnya kembali resah.

Entah lah.

Ralinne hanya berharap Javier tidak tahu soal kebohongannya. Kalau Javier tahu, apa Javier tidak membunuhnya? Argh.

Javier menyayanginya, tidak mungkin membohonginya.

"Lin!"

"Kenapa diem? Mikirin Javier lo ya?" tanya Agatha. Ralinne mengangguk pelan.

"Gausah dipikirin, itu malah jadi beban buat lo," lanjut Agatha.

"Iya, Tha," jawab Ralinne sembari memberikan senyuman untuk Agatha yang sudah menjadi pendengar baik belakangan ini.

--

OSPEK hari pertama sudah berjalan dengan lancar, seluruh tim bubar dan kembali ke asrama masing-masing. Javier, Ais, Yuda dan Faza pergi ke gazebo yang disediakan oleh kampus untuk mahasiswa.

Niat hati ingin melepas penat, suasana berubah menjadi panas seketika kala Ais tidak sengaja menyinggung tindakan Javier tadi pagi.

"Kenapa lo yang bawa Ralinne?"

Javier mengangkat kepalanya. "Emang salah sama tindakan gue? Enggak kan?"

"Salah besar. Emang lo gak lihat respon yang dikasih Ralinne buat lo? Dingin kan? Sadar diri Jav, lo udah brengsek, jangan nambah brengsek dengan tindakan sampah kayak tadi pagi," tutur Ais.

"Diam, Is. Lo gak tahu permasalahan inti gue, lo cuma tahu covernya aja, gue gak suka lo yang terang-terangan ngelarang gue buat dekat sama Ralinne lagi. Dia adik gue, gue berhak atas apapun."

"Iya, termasuk ngejadiin adik lo sebagai pemuas nafsu. Iya hak lo kok. Tapi sayangnya sampah!"

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Ais pergi meninggalkan Javier dengan Yuda dan Faza. Mereka──Yuda dan Faza──lebih memilih diam karena kalau ia ikut menimpali, yang ada perang antara mereka berempat.

Dan mereka tidak ingin seperti itu.

"Sabar, Jav. Ayo istirahat, pasti lo capek."

Javier mengangguk dan bangkit sembari membuntuti Faza, Yuda tidak bersama mereka karena ingin ke kantin terlebih dahulu.

"Tadi lo dipanggil Bu Vera?"

Javier mengangguk.

"Dia ngomong apa?"

"Pihak kampus mau drop out gue."

Faza menganga, "hah?!"

"Iya, mereka mau drop out gue. Tapi gue dikasih pilihan, pindah ke Singapura atau didrop out dari sini." Javier menghembuskan napas lelahnya, betapa banyak cobaan yang menghampirinya.

"Butuh bantuan Papa ga?"

Papa yang dimaksud Faza adalah ayah dari pemuda itu. Papa Faza juga termasuk donatur utama kampus ini.

"Gausah, Za."

"Atau gue ikut lo aja kali ya? Kita pindah ke Singapura aja? Kuliah di sana? Berdua? Lo mau?"

Faza nampak antusias dengan pernyataannya barusan. Ia lumayan bahagia bisa mendengar Javier akan dipindahkan ke Singapura, kalau boleh memilih, ia lebih memilih kuliah di luar negeri daripada di Indonesia.

Ia ingin menikmati suasana yang berbeda dari teriknya Ibu kota.

"Gue pikirin dulu. Gue harus izin ke Mama," ujar Javier.

--
20 Oktober 2020

GUYS, SORRY BANGET BARU UPDATE 😭💔

SEMOGA KALIAN PUAS YA. KALAU GA PUAS SINI BILANG KE AKU.

(( NANTI AKU KASIH DOUBLE UP DEH ))

TAPI JAN LUPA RAMEIN BAGIAN INI YA. KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA, BACA KOMENTAR KALIAN TU MOOD AKU BANGET 🥺🥺❤

SEHAT-SEHAT BUAT KALIAN SEMUA.

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang