Dari mata turun ke hati
Semudah itu untuk jatuh cinta.--
RALINNE mengangkat kepalanya kala pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok Javier. Ralinne menggeser tubuhnya tahu bila Javier akan mendekat.
Javier jatuh di atas ranjang milik Ralinne. "Kenapa, Kak?"
"Malam ini ikut gue yuk," ucap Javier. Ralinne membulatkan kedua bola matanya.
"Ke rumah temen gue yang di Bandung."
"Malam ini banget?" Javier mengangguk.
"Iya, ikut ya. Gue gak tega ninggalin elo di sini sendiri," ucap Javier meyakinkan Ralinne.
Ralinne tampak berpikir sejenak. "Langsung pulang kan?"
Javier mengangguk. "Iya, langsung pulang, gue ada keperluan sama Anin juga."
"O-oh yaudah."
"Siap-siap ya. Gue pakai hoodie dulu."
--
Javier memanaskan mobilnya di garasi. Pemuda tersebut tampak menggenggam ponselnya dan meminum susu coklat dari kulkas.
Sembari menunggu sang Adik kelar berganti pakaian, Javier menyempatkan memberi pesan pada Kekasihnya.
(Javier)
Aku bentar doang kok. Cuma antar box punya Yuda.(Anin)
Yakin kamu malam-malam gini? Sama Ralinne?(Javier)
Huum. Aku ajak dia biar sekalian meet sama Yuda. Kamu tahu kan Yuda suka sama dia sejak awal kalian main di rumah.(Anin)
Oh yaudah. Hati-hati ya.Javier masuk ke dalam mobil dan menyalakan musik dari ponselnya. Ralinne ke luar dari rumah dengan mengeratkan hoodie putih tulangnya.
Javier dapat melihat Ralinne dari kaca spion di sebelah mobilnya. Entah apa yang merasuki pikiran Javier, Javier tersenyum sinis melihat Ralinne.
"Kak, Mama bilang kalau kepulangannya ditunda?"
Javier menoleh dan mengangguk sebagai tanggapan.
"Iya, sekitar satu bulanan lagi. Kenapa?"
Ralinne tampak murung, "Gak kenapa-napa. Cuma kangen sama Mama, Papa apalagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...