Gravity - 12

10.9K 519 3
                                    

Jangan lupa bintang dan komentarnya~~!

[]

"SAYA gak nyangka kamu akan seperti ini pada saya dan Diaz. Sekali pun kamu benci kami, seharusnya kamu tidak menjerumuskan Ralinne ke dalamnya."

Tangan Javier berhenti bergerak mengemasi pakaiannya setelah sang Mama masuk ke dalam kamarnya. Zara memberikan tatapan kecewa pada Javier.

Javier membalikkan tubuhnya yang mematung untuk menghadap sang Mama, rasanya sangat berat untuk memandang Zara sedetik pun.

Javier merasa bersalah dan ... mungkin, menyesal? Pemuda yang kerap kali dipanggil Javier itu mengembuskan napas lelahnya.

"Maaf, Ma. Javier salah,"

"Tentu! Kamu salah, karena kesalahan kamu, anak saya harus mengandung benih kamu. Kalau pun saya suruh mengugurkan janinnya, anak itu pasti akan menolak."

"Karena cinta Ralinne sudah pada kamu. Dan saya benci, benci mengapa anak saya harus berhadapan dengan orang seperti kamu, sialan!" Zara menyela ucapan Javier.

Rasa benci dan kecewanya pada Javier teramat besar, kepercayaan yang ia tanamkan pada Javier sejak dulu sirna pada hari ini.

Pemuda yang membuat segala amarahnya memuncak.

"Ma, maafin Javier. Javier tahu ini salah, seharusnya Javier bisa menolak segala hasrat. Javier pecundang, tidak tanggung jawab atas kelakuan Javier ke Ralinne."

"Baru tahu kamu pecundang? Pecundang tetap pecundang, gak akan pernah jadi jawara. Kamu benar-benar memuakkan, pergi dari sini secepatnya!"

"Tidak disuruh pun Javier akan pergi, permisi."

Zara mengusap dadanya agar amarah yang menguasai dirinya sejak tadi hilang, nyatanya saat Javier pamit untuk pergi, amarah tersebut tidak hilang.

Zara sangat benci Javier. Sampai kapan pun.

[]

"Pa, apa sebaiknya Kak Javier tetap di rumah aja?" Ralinne memutar kepalanya ke sebelah kanan di mana ada Diaz sedang mengemudi.

"Tinggal bersama dan tidak ada ikatan sekali pun?" Ralinne mengangguk.

"Dengar Ralinne, Papa gak sudi lihat wajah bajingan Javier. Sekali pun kamu memohon ampun pada Papa, cukup dia yang jadi korban kebejatan kamu dengan Javier, kamu jangan. Papa gak suka--"

"Tapi aku juga korbannya, Pa! Aku sayang Kak Javier, tapi Papa malah usir Kak Javier. Mau jadi apa anak aku nantinya tanpa ada sosok Ayah?" ucap Ralinne menggebu-gebu, sepertinya hormon sialan ini menguasainya.

"... Cukup Kak Javier aja yang ditinggal sama Papanya. Jangan anak aku," lanjut Ralinne dengan suara pelan. Amarahnya memuncak--karena hormon sialan ini.

"Berisik!"

Setelah dibentak oleh sang Papa, Ralinne menundukkan kepalanya, ia merasa sedih. Apa ada yang salah?

"Dengarkan Papa untuk satu kali ini, anak kamu gak akan pernah mendapat pengakuan dari Javier. Lelaki yang kamu cintai itu pecundang, dia gak akan bertanggung jawab, Papa hanya minta satu syarat pada kamu."

"Hargai Papa dan Mama yang selama ini sudah membesarkan kamu, Papa dan Mama pasti akan memberi bantuan yang terbaik untuk kamu."

"Termasuk membesarkan anak kamu bersama-sama."

[]

Javier mengendarai mobil hitamnya ugal-ugalan, wajah melas Ralinne, wajah kecewa Mama, dan wajah marah Papa melintas melewati otak Javier.

Pemuda tersebut tampak menyugar rambut hitamnya.

"Benar. Lo pecundang, Vier. Seharusnya lo tanggung jawab sama Ralinne, janji lo ke mana?"

Javier mengeram mendengar suara Faza di seberang telepon sana, "Gue gak bisa Za, seharusnya gue gak rusak Ralinne. Ralinne punya masa depan yang cerah."

"Baru sadar?

"Gini, Vier ... Ralinne gak mungkin membunuh anak kalian, gue berharap gitu si. Ralinne baik, tapi lo tega manfaatin Ralinne."

"Gue gak butuh ucapan panjang lebar lo!" sela Javier.

"Oke-oke."

"Terserah lo, keputusan ada di lo. Gua cuma berdoa--"

"Gak berpengaruh. Omongan lo sampah! Gak memotivasi."

Javier menutup panggilan sepihak, dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Oma Ria.

[]

4 Juli

Sudah lama tidak berjumpa
Sudah berapa hari ya???

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang