Mendekati ending per-part bisa 1000-2000 word. Ayo vote dan komentarnya 👍
Ralinne memeluk guling di atas kasurnya dengan rintihan pilu, sedari tadi gadis itu menangisi nasibnya yang begitu buruk. Ia juga sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomor sang Mama berharap mendapat balasan dan kembali bercakap dengan sang Mama yang sangat-sangat ia rindukan.
"Mama ayo angkat, adek kangen mama," ujar Ralinne sembari menghapus jejak air di pelupuk matanya.
Selama seminggu terakhir, Ralinne mengunjungi kediaman Oma Ria, meski mendapat penolakan dari omanya ia tak gentar untuk menyerah. Ralinne mendapat banyak informasi dari Oma Ria.
Saat mengetahui fakta menyakitkan itu, Ralinne tidak gegabah dengan langsung melabrak sang Ayah. Ia mencari timing yang tepat.
Dan pada malam hari ini adalah waktu yang tepat.
Selama berkutat dengan pikirannya, Ralinne mendengar suara bising dari bawah. Tepatnya lantai satu, Ralinne buru-buru merapihkan penampilannya dan lari ke lantai bawah.
"BERHENTI SIALAN! KAMU BISA BIKIN SAYA MATI!"
"SAYA GA PEDULI BILA OM HARUS MATI, SAYA CUMA MAU RALINNE GAK KENAPA-KENAPA. TAPI KENAPA OM BIKIN DIA BERANTAKAN KAYAK GINI SIALAN?!"
"Saya dengar semuanya, Om. Saya kecewa Om buat Mama Zara juga berantakan seperti ini."
Netra Ralinne mendapati sang Papa tengah bergelut dengan Javier. Ralinne kira Javier sudah pulang dan tidak mendengar perselisihannya dengan Diaz, namun naas ia mengetahui.
"CUKUP!"
Ralinne berteriak di hadapan Diaz dan Javier. Kedua lelaki tersebut berhenti adu jotos karena melihat Ralinne yang bersimbah air mata. Merasa diperhatikan, gadis cantik tersebut berjalan menghampiri keduanya.
Ia memegang tangan Javier yang berada di kerah kaus Diaz, "Makasih, Kak."
"Lin, jangan pernah dekat dengan bajingan ini! Dia pembohong! Asal kamu tahu, dia membuat kamu hamil karena perintah dari Oma Ria. Bukan karena taruhan atau segala macamnya, dia cuma ingin lihat kamu menderita!" Diaz menunjuk wajah Javier.
Javier yang merasa tertohok pun menundukkan kepalanya. Itu benar, pada awalnya tujuan ia menghamili Ralinne adalah untuk membuat gadis di depannya ini menderita.
Namun setelah merasa ini salah, ia jadi merasa kasihan.
"Maaf, Lin," ujar Javier.
"Papa sama lo benar-benar bajingan, gak nyangka kalau permasalahan ini bermula dari lo!" Ralinne menyebut Javier dengan sebutan 'lo-gue'-nya lagi. Ia kira pernyataan yang Javier ucapkan tadi sudah sampai pada batas tersebut, ternyata satu fakta kembali terkuak.
Ralinne menangis sejadi-jadinya di depan Javier dan Diaz. Ia memukul kepalanya berulang kali untuk menetralisirkan rasa kecewanya pada orang-orang yang berani membohonginya.
"Lin jangan nangis." Javier merengkuh tubuh Ralinne yang terkulai lemas di lantai sembari menutup sebagian wajahnya dengan telapak tangan.
"Lin maaf, tapi aku gaada maksud." Javier menggumamkan beberapa kalimat di sebelah tubuh Ralinne yang bergetar.
"Lepas! Jangan peluk gu──"
"Ga, jangan pernah minta aku buat lepas ini, aku sayang kamu Lin."
Diaz muak, ia berdiri dan menarik tubuh Javier menjauh.
"Pergi!"
"Lin, ayo ikut aku. Kamu perlu bahagia Lin! Kebahagiaan kamu sama aku, bukan sama dia!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...