Gravity - 08

10.2K 566 7
                                    

Jangan lupa bintang dan komentarnya
Semoga kalian bisa menghargai saya

--

MEREBAHKAN tubuhnya di atas ranjang dan memandang langit-langit kamar membuat jiwa Ralinne tenang, menghirup udara seketika membuat Ralinne sesak.

Ralinne membayangkan Mama dan Papanya tahu hubungan antara Javier dan dirinya. Terkejut? Pasti, marah? Tentu, Ralinne mengusap air mata yang menetes dari pelupuk matanya.

Gadis tersebut memberikan segala kehidupannya pada Javier tanpa memikirkan nasib dan masa depannya, tetapi gadis tersebut tidak pernah sekali pun memikirkan nasib kedua orang tuanya.

Apa Ralinne menyesal?

Ralinne bangun dari posisi rebahan kala perutnya bergejolak ingin mengeluarkan sesuatu.

Ralinne berlari menuju westafel di dalam kamar mandinya dan mengeluarkan isi perut di dalam sana. Tetapi nihil, tidak ada satu pun yang keluar kecuali liur milik Ralinne.

Gadis tersebut mendesah sedih, sudah dua kali ia mengeluarkan muntahannya tetapi tidak ada satu pun yang keluar kecuali liur.

Ralinne berjalan dan meraih ponselnya, ia membuka google dan mencari sesuatu.

Tanda-tanda orang hamil

Sedikit ragu tapi yakin, Ralinne mengetikkan kalimat tersebut dan hasilnya membuat Ralinne ingin pingsan seketika.

"Muntah liur?" Ralinne menutup ponselnya dan menenggelamkan kepala di bantal.

"Gak, gak mungkin aku hamil."

"Gak mungkin!"

"Apalagi sama Kakak, gak mungkin. Gak mungkin," ujar Ralinne tak percaya. Namun seketika ia teringat pada siklus menstruasinya yang sudah terlewat satu minggu.

Ralinne dan Javier melakukan hal pertama kali setelah Ralinne selesai menstruasi, dan kedua kalinya setelah seminggu berlalu, dan terakhir. Kemarin, Ralinne dan Javier melakukan terakhir kali saat kemarin.

Biasanya Ralinne tanggal menstruasi Ralinne lancar, tidak mundur atau pun maju sedikit pun.

"Aku gak subur."

"Tanggal menstruasi mundur. Bisa aja kan?"

"Tiga minggu yang lalu aku menstruasi, dan Kak Javier melakukan selama tiga minggu berturut-turut."

"Astaga!"

"Semoga aja enggak." Ralinne mengeluarkan ponselnya lagi dan berniat membeli alat yang sering kali digunakan untuk mengetes kehamilan para perempuan.

[]

Javier menghubungi Anin dan memberikan kabarnya pada gadis tersebut yang tak lain adalah kekasihnya.

Anin tampak bahagia kala mendapatkan panggilan dari Javier yang sudah dua hari belum menghubunginya.

"Javier udah makan belum?"

"Mmm, belum nih. Anin udah? Makan yuk."

"Udah si, tapi kalau Javier mau ajak Anin makan, ayok. Anin mau banget, hehe."

"Yaudah, tunggu Javier ya. Javier matiin dulu panggilannya, dadah Anin."

Javier meraih sweater hitamnya di gantungan pakaian, pemuda tersebut ingin mengajak Anin makan bersama di siang ini.

Meski masih siang dan panas, tapi Anin sangat antusias dengan ajakan Javier. Ia menurut dan menunggu Javier di teras rumah.

"Ma, Javier izin jalan sama teman dulu ya."

"Ah, apa Bang?"

"Jalan, Ma."

Zara mengangguk, "oh yaudah, hati-hati ya Bang. Ralinne masih tidur ya?"

"Iya, Ma. Kamarnya sepi banget, kelelahan mungkin."

"Anak itu, yaudah, hati-hati ya."

[]

Ralinne memandang nanar alat di depannya, ia baru saja memesan alat tersebut dari aplikasi belanja online.

Ralinne benar-benar bingung ingin melakukan apa saat ini. Ia tengah kalut dalam pikirannya, Javier pun tidak menghubunginya.

Biasanya pemuda tersebut memberikan kabar meski sebatas sapaan atau panggilan singkat.

"Mau gak mau harus coba demi Mama dan Papa,"

Ralinne memejamkan matanya sejenak, di depannya ada mangkuk kecil yang berisi air seninya. Ia berada di dalam kamar mandi.

Tiga menit berlalu, setelah mencelupkan alat tersebut pada air seninya. Ralinne berani membuka matanya dan melihat hasil.

Dua garis merah.

Astaga, Ralinne benar-benar ingin menenggelamkan dirinya saat ini juga.

Apa yang harus Ralinne perbuat? Di dalam tubuhnya ada janin yang hidup bergantung padanya.


Ralinne gemetar, apa iya dia harus menghubungi Javier dan memberi tahu pada pemuda tersebut?

Tapi ia takut. Takut bila Javier akan menolak dan menyuruh untuk menggugurkan janin di dalam tubuhnya.

Kak, Alin mau bilang sesuatu sama Kakak.

Setelah mengetik kalimat tersebut, Ralinne kembali menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal lagi.

Selamat datang ke dunia baru, Ralinne.

[]

24 Juni

Maaf gak ngefeel
Jangan lupa Follow instagram aku

Lebeluvland
Javier__dylanm
Patriciaralinne

Next ga? Kalau enggak aku mau unpublish dari hari ini😊

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang