Jangan lupa vote dan komentarnya ya ^^
.
.
.Perasaan Javier semakin dilanda kegelisahan, sejak kemarin pikirannya hanya tertuju pada satu sosok yang mengganggu pikirannya. Pemuda berkaus hitam itu tampak menyugar rambutnya dan menunduk meratapi nasib.
Ditahan oleh pihak kampus, melanggar peraturan asrama, dan hampir dikeluarkan dari kampus karena satu kelalaian. Javier bingung, mengapa sedari kemarin begitu banyak masalah yang menghampirinya.
Padahal, ia hanya ingin bersantai sejenak.
"Jav, surat peringatan udah sampai di depan kamar tuh."
Javier menoleh ke belakang dan mendapati Ais tengah berjalan ke arahnya, Ais sama seperti Javier. Hampir didrop out oleh pihak kampus karena kedapatan membawa rokok elektrik, padahal, Ais membawanya hanya untuk menunjukkan pada Faza.
"Tolong ambilin dong," ucap Javier.
"Dih, males ah, kejauhan gila." Ais mendengus sembari merampas minuman milik Javier.
"Jangan kaya orang miskin napa. Beli sana," sembur Javier merampas kembali minumannya. Ais pun manut, selagi ditanggung oleh Javier, Ais akan membeli apapun yang ia inginkan.
Ingat, selagi ditanggung oleh Javier.
"Jav, itu si Anin bukan si? Pacar lo?"
Ais kembali dengan membawa susu coklat dan nasi goreng buatan Ibu kantin. Mendengar suara Ais, Javier mengikuti arah pandang Ais. Dan benar saja, ada Anin tengah bersama Gio.
Berita perselingkuhan Anin dan Gio memang sudah terdengar ke penjuru kampus, namun sampai saat ini belum ada yang berani bersuara soal perselingkuhan itu. Kata Faza, Anin dan Gio sudah selingkuh sejak lama.
"Mantan."
"Hah? Mantan?!"
Javier mengangguk.
"Sejak kapan lo putus?"
"Sudah lama."
"Kenapa bisa?"
"Gak ada yang perlu dibahas. Gue ke atas dulu."
[]
Diaz menatap nanar wajah tirus putrinya, Ralinne tampak menyedihkan sejak operasi kemarin. Diaz tidak bisa berkutik, sampai saat ini Ralinne belum sadar. Mungkin karena efek obat bius yang tahan hingga tiga hari.
"Kenapa batal didrop out?"
Suara Diaz menahan emosi yang hampir meluap. Anak buahnya baru sampai dan memberikan informasi Javier terbaru. Diaz kesal setengah mati karena ulah Javier yang katanya ingin merebut Ralinne.
Tentu tidak semudah itu untuk merebut Ralinne kembali. Diaz tidak akan memberikannya, apalagi melepaskan untuk Javier.
"Kami gak tahu menahu, Pak. Tapi pihak kampus menyatakan bahwa Javier tidak bisa didrop out karena ada banyak alasan."
"Alasan apa saja?"
"Pertama, keluarga Javier memiliki lima persen saham di dalam kampus sana. Kedua, Javier adalah Ketua BEM berprestasi yang tidak mungkin untuk dilepaskan. Ketiga, Javier akan ditukar ke Singapura."
"Ditukar ke Singapura?"
Anak buah Diaz mengangguk. "Iya, Pak."
"Batalkan semua rencana kampus untuk Javier. Saya hanya mau melihat anak itu merasakan apa yang dirasakan putri saya. Paham?"
Anak buah Diaz mengangguk lagi. "Oke, Pak. Saya permisi."
[]
"Jav, gue denger lo buntingin Ralinne ya?"
Javier menoleh ke sumber suara. Ada Ais tengah melahap sosis yang ia beli di kantin tadi.
Javier dibuat kaku oleh pertanyaan Ais, ia harus menjawab apa? Kalau ia katakan iya, apa Ais akan mengadu? Kalau ia mengelak, tentu Ais bisa membaca raut wajahnya.
Sudahlah. Javier semakin dibuat bingung, haruskah ia berkata jujur?
"Kalo gue bilang jujur. Lo marah ga?"
"Kenapa gue harus marah?"
"Kan lo yang ngelakuin. Bukan gue!" lanjut Ais.
"Iya juga si."
"Jadi?"
"Iya. Gue hamilin Ralinne."
"WHAT THE FUCK!"
[]
22 September 2020
Ternyata aku gak jadi PTS guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...