Hai
Ada yang nunggu bagian ini gak?
Jangan lupa ramaikan ya.
Komentar per-paragraf ada yang bisa ga? 🤭
-o0o-
"RALINNE! SIALAN KAMU JAVIER!"
Javier dan Ralinne menegang seketika mendengar suara dari Diaz yang baru saja kembali, Javier melerai dekapan Ralinne dan membalikkan tubuhnya untuk melihat Diaz.
Mata Diaz merah menahan amarah. Selepas pulang dari Pengadilan agama, Diaz disuguhkan dengan sosok Ralinne yang tengah memeluk pria──Yang tak lain adalah Javier.
"Saya bisa jelaskan."
"Saya gak butuh penjelasan!" Diaz menghempaskan tangan Javier yang menyentuh lengannya.
"Papa ...," lirih Ralinne.
Diaz mengalihkan pandangannya pada Ralinne. Gadis tersebut terlihat kecewa dengan perlakuannya terhadap Javier. Biarlah, toh ini juga kebaikan untuk gadis itu kan? Agar Javier tidak melakukan hal fatal lagi?
"Papa kecewa sama kamu," ucap Diaz pada Ralinne.
"Dan kamu, saya mau berbicara empat mata!"
Javier membuntuti Diaz, sebelum pergi, Javier memberikan tatapan pada Ralinne. Tatapan seolah-olah yang mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Diaz memilih mobil pribadinya untuk dijadikan tempat mengobrol empat mata dengan Javier, pun masuk ke dalam mobil bagian kursi penumpang sebelah pengemudi.
Javier berdeham. "Apa yang ingin anda bicarakan?"
Diaz menoleh ke sebelah kiri──di mana ada sosok Javier.
"Tolong menjauh dari Ralinne."
"Saya gak bisa."
"Saya akan membiayai kuliah kamu, kebutuhan kamu, rumah, pekerjaan kamu asal kamu pergi dan menjauh dari Ralinne."
"Saya gak bisa ...."
"Kenapa gak bisa?"
"Ada nyawa di tubuh Ralinne. Dan itu nyawa calon bayi kami," jawab Javier membuat Diaz naik pitam.
"Sialan!" Diaz memukul kemudi di depannya dan mengetatkan giginya berusaha menahan amarah agar tak membludak begitu saja.
"Tolong jangan jauhkan kami."
"Kenapa?"
"Saya dan Ralinne saling mencintai. Dan kehadiran calon bayi kami karena kami memang saling mencintai,"
"Omong kosong!"
Diaz sudah tidak tahan dengan omong kosong Javier. Segera ia menarik kerah hoodie milik Javier dan memberikan tatapan mematikan untuk pemuda yang sudah menghancurkan mimpi-mimpi putrinya.
Mimpi yang sebelumnya tertata rapih. Kini hanya tinggal angan-angan, dan Diaz marah akan hal itu.
"Kamu pergi dari kehidupan Ralinne atau saya hancurkan keluarga kamu?!"
"Pilih salah satunya!"
Javier, pemuda itu memang mencintai Ralinne. Tapi bila sudah berhubungan dengan keluarga, Javier tidak tega dan lebih memilih keluarga daripada Ralinne.
"Oke oke, saya pilih keluarga saya. Tapi ingat, saya akan rebut kembali putri an──"
"Gak akan bisa. Memangnya kamu siapa?" Diaz memberikan senyuman mengejek pada Javier.
"Bisa. Saya calon suami Ralinne. Dan ingat baik-baik, saya Javier, calon suami putri anda," lanjut Javier diakhiri dengan penekanan.
Setelah itu, sebelum Diaz memberikan bogeman padanya, Javier sudah terlebih dahulu keluar dari mobil. Ia membanting pintu mobil milik Diaz dengan keras.
Emosinya makin menjadi setelah Diaz memintanya untuk pergi menjauh dari Ralinne.
Sialan.
-o0o-
"Javier mana, Lin?"
Alan celingak-celingukan mencari sosok Javier di dalam ruang inap Ralinne. Sedari tadi Alan hanya mendapati Ralinne yang tengah melamun, pandangannya kosong.
Alan tidak tahu apa yang terjadi pada Ralinne.
"Lo kenapa si?" ujar Alan.
"Pa-pa tahu Kak Javier ke sini," balas Ralinne. Gadis itu menangis di depan Alan, segera Alan merengkuh tubuh saudarinya.
Ralinne terisak di dalam pelukan Alan, gadis tersebut sudah tidak bisa menahan air matanya lagi di hadapan Alan.
"Maaf, gua malah bikin ini semakin runyam."
"Bukan lo, tapi gua yang bikin masalah ini semakin runya," balas Ralinne. Ia mengaku salah, ia yang menyuruh Javier untuk datang kemari dan berakhir Diaz melihatnya.
Lalu saat ini pula, Diaz berbicara empat mata dengan Javier. Ralinne takut, takut bila Javier pergi darinya lagi.
-o0o-
11 September 2020
Gimana sama part ini?
Maaf kurang feel, aku baru bangun tidur hehe.
Jangan lupa komentar per-paragrafnya ya 😂
Nanti aku kasih hadiah deh wkwkwk.
Kalau aku buat grup whatsapp Gravity, kalian mau gabung gak? 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...