Gravity - 26

7.6K 444 22
                                    

Hallo, jangan lupa bintang dan komentarnya ya.

Ada yang nunggu Gravity update ndak?

[]

"Alin maunya sama Kak Javier, Pa!"

"Papa gak suka Alin bahas Kak Javier terus."

"Alin lebih gak suka Papa bahas tentang keburukan Kak Javier! Kak Javier gak sejahat yang Papa bayangkan!"

"Mulai berani kamu melawan Papa?"

Diaz mendekati ranjang rumah sakit milik Ralinne. Tampak raut wajah Ralinne yang berubah menjadi muram, sebelumnya gadis tersebut sangat ngotot pada sang Papa yang sudah mengusir Javier.

"Alin gak suka Papa gini terus. Kak Javier juga berhak lihat bayinya," lirih Ralinne. Gadis tersebut menunduk dan merebahkan kembali tubuhnya di atas ranjang.

Tanpa pikir panjang, Ralinne menutup tubuhnya dengan selimut dan membelakangi sang Papa. Diaz yang melihat itu hanya menggeleng pelan dan berlalu meninggalkan ruang inap Ralinne.

"Papa emang gak pernah peka. Selain gak pernah peka, Papa juga gak pernah mau mengalah. Selalu egois."

-o0o-

Diaz menyesap minuman di depannya hingga tandas, perkataan Ralinne beberapa menit lalu membuatnya hampir lepas kendali. Bagaimana tidak, putri satu-satunya menyebut dirinya egois dan tidak pernah peka.

Diaz semakin bimbang dengan perkataan sang Putri. Apa ia mengalah untuk kali ini saja demi Ralinne dan calon bayinya?

Tidak, tidak! Diaz tidak akan pernah mau mengalah dengan bajingan sialan yang membuat masa depan putrinya hancur.

Surat perceraian sudah sampai. Tolong tanda tangani dengan cepat. Aku butuh kebebasan.

Diaz menghembuskan napas lelahnya lagi dan lagi. Zara memang benar-benar sialan! Sama seperti Javier.

Zara bermain di belakangnya sejak lama. Sebelum peristiwa kelam menimpa Ralinne, dan Diaz benci pengkhianatan yang dilakukan Zara.

Oke

Meskipun membalas singkat. Diaz memikirkan pertimbangan yang akan ia dapat dengan melepas Zara, mungkin kah hak asuh anak jatuh pada Zara? Diaz semakin bimbang ketika pikirannya kembali berkelana saat mengingat Zara lah yang membuat Ralinne jatuh sakit seperti ini.

"Om, Zara pengin es krim katanya."

Tiba-tiba saja Alan datang menghampiri Diaz, pemuda itu membawa kue buatan sang Mama lalu diberikan pada Diaz.

"Yaudah kamu beliin. Ini buat Om?" Alan mengangguk.

"Uangnya mana, Om?"

Diaz mengangkat satu alisnya. "Emang harus pakai uang Om?"

Alan mengangguk. "Iyalah! Yakali pakai uang aku. Gak ada uang nih mon maaf aja."

"Huh, yaudah nih."

Alan menerima uang pemberian Diaz. "Sisanya buat aku?"

"Iya, buat kamu aja."

"Uwu, thank u Om, makin sayang deh."

-o0o-

Ralinne bangun merasakan kram di perutnya. Sudah tiga hari dirawat di sini, baru kali ini lagi ia merasakan kram di perutnya. Terlebih, ini lebih menyakitkan dari sebelum-sebelumnya.

Ralinne memegang perutnya dan turun dari ranjang rumah sakit tertatih. Diaz sampai saat ini belum kembali ke dalam ruangannya.

Terpaksa Ralinne bangun dan memencet alarm darurat. Setelah memencet alarm tersebut entah mengapa kepala Ralinne berputar berdenyut. Rasanya menyakitkan ditambah dengan rasa kram di perutnya semakin jadi.

Terakhir kali Ralinne dapat melihat Dokter dan Suster yang berlari mendekatinya. Saat itu pula ia jatuh dan menutup matanya.

Namun, ia dapat mendengar banyak suara yang mengerahkan tenaga untuknya.

"Pendarahan lagi."

"Tolong ambilkan selimutnya, darahnya semakin banyak!"

"Ambil tabung oksigennya."

"Ayo cepat!"

-o0o-

17 September

Yeay, akhirnya update. Gimana tanggapan kalian sama part ini?

Jangan lupa komentar ya hehe.

Btw, link grup whatsapp Gravity sudah aku taruh di profil ya. Coba cek dan jangan lupa gabung ya xixi

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang