Gravity - 29

7K 398 11
                                    

jangan lupa bintang dan komentarnya ya ^^

.
.
.

Biasanya di pagi hari seperti ini hal yang akan dilakukan Ralinne adalah menyiram tanaman di kebun belakang bersama calon bayinya, sudah dua hari terbaring lemah di atas brankar dan menyebabkan Ralinne sama sekali tidak bisa beraktifitas.

"Hari ini Alin pulang kan Pa?"

Suara Ralinne terdengar dingin, setelah sadar dan tahu apa yang ada di tubuhnya sudah hilang, gadis itu sulit untuk disentuh. Berdiam diri pula, Diaz semakin takut bila putri tunggalnya membenci dirinya.

Diaz mengangguk. "Iya, kalau kamu gak kuat jalan kaki, kamu bisa pakai kursi roda. Nanti Papa ambilkan," ujar Diaz pada Ralinne.

"Aku bisa jalan kaki!"

Ralinne menjawab ucapan Diaz dingin.

Kak Alan
Gue punya kinderjoy nih.

Mau ga?

Ralinne sama sekali tidak memiliki niat untuk membalas atau pun sekadar membaca pesan dari Alan. Gadis yang baru siuman dari pengaruh obat bius itu nampak berbeda.

"Mau ke mana, Lin?"

"Ganti pakaian."

"Hati-hati, jahitan di tubuh kamu belum kering."

Ralinne mendengus pelan, "terus aku harus berdiam diri gitu? Aku capek. Mau hirup udara segar."

Diaz menghela napas lelahnya. "Yaudah, hati-hati, Papa mau rapihin baju kamu dulu."

[]

"Konser band SMA nih, ada yang minat nonton gak?"

"Cek harga."

"Murah bang, cuma lima puluh ribu. Kalo gak mampu mending kita nongkrong aja di Kafe saudaranya Javier."

"Mending nongkrong aja lah daripada nonton konser."

"Gas ga?"

"Gas lah."

"Gimana dengan Bapak Faza yang terhormat? Bersedia ikut atau mau jadi sponsor aja?"

Faza menggeplak kepala Ais. "Bersedia ikut lah su! Daripada gue jadi sponsor, mending ikut lah. Itung-itung cuci mata."

"Skip skip skip."

"Asu."

Ais beralih memandang Javier. "Lo gimana, Pak? Ikut gak?"

"Pak Pak Pak, lo kira gue bapak lo," jawab Javier kesal.

"Kan calon bapak," balas Ais.

"Ups! Keceplosan. Ikut ga lo, Jav?"

Javier mengangguk sebagai jawaban.

"Oke. Nanti malam ya! Pakai mobil Faza."

"Dih, kenapa ga pakai mobil gue aja?" celetuk Yuda.

"Gak mau. Mobil lu bau parfum cewek," balas Faza.

"Itu parfum emak gua!"

"Gak percaya."

"Yaudah."

Dosen

Javier, tolong bilangin sama temen-temen kamu. Kalau lagi di kantin jangan berisik, suaranya sampai lantai dua!

"Lebay!"

[]

Ralinne meraih novel yang baru ia beli dari dalam totebag-nya. Meskipun jahitan di bawahnya belum kering, namun gadis itu sudah berani pergi ke mall tanpa ditemani oleh Diaz.

Biarlah, Ralinne hanya ingin melepas penat dan memperbaiki pikirannya yang kacau selama lima bulan belakangan ini.

"Kamu dari mana?"

"Abis beli novel."

"Sendiri?" Ralinne mengangguk.

"Kenapa ga minta antar sopir?"

"Males."

"Kamu kenapa si?" tanya Diaz sembari mendekat ke Ralinne.

Saat Diaz ingin mendekat, Ralinne menjauh.

Ralinne sudah muak berdekatan dengan Diaz karena sudah memisahkan ia dengan Javier. Dan juga, calon anak mereka.

Seharusnya Diaz bisa kan tidak menyetujui proses pengangkatan janin miliknya? Tapi, malah menyetujui dan bersemangat untuk melihatnya rapuh.

"Aku mau sendiri."

"Oke, sekarang kamu istirahat. Besok kamu harus jelaskan semuanya ke Papa."

"Ya."

"Selamat malam."

Gue gak tahu. Rasanya gue mau kabur ke rumah lo aja Kak.

Ralinne menaruh kembali ponselnya.

Sini, gue siap tampung.

[]

26 September 2020

Maaf gak ngefeel. Aku lagi gak enak badan.

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang