Haiii
Siapa yang nunggu Gravity update nih??? Yok cung-in jempol.
Btw, yang mau gabung ke grup Gravity bisa banget. Link-nya udah aku taruh di profil ya, jangan lupa bintang dan komentarnya 🖤
[]
Prang!
Javier memungut pecahan beling di atas lantai, baru saja ingin menyesap air dari dispenser namun urung ia lakukan karena gelas yang mewadahinya hancur lebur.
Saat memungut pun, salah satu Javier tidak sengaja mengenai pecahan beling tersebut. Dan menyebabkan berdarah, untung saja ia pintar dalam melakukan pertolongan pertama seperti ini.
Javier langsung mengobati lukanya dan bergumam di atas ranjang.
"Ini kenapa lagi? Perasaan gue ga enak."
"Barusan gue mimpiin Ralinne, dia kayak kesakitan gitu," celetuk Faza bangun dari tidurnya. Otomatis Javier menoleh dan memberikan pertanyaan untuk Faza.
"Gue gatau, coba lo ke rumah sakit sana."
Ting!
Jangan datang lagi setelah masalah ini semua berlalu.
Javier menautkan kedua alisnya bingung. Nomor tidak dikenal memberikan ultimatum untuknya——Peringatan berisi jangan datang lagi. Javier tidak paham dan hanya menyodorkan ponselnya pada Faza.
"Gausah dibales. Lo kenapa jadi bego gini si Vier? Biasanya lo pinter soal ginian," ucap Faza terlampau kesal, biasanya Javier yang membantunya untuk lepas dari Mbak Mantan, namun hari ini, saat ini pula Javier malah yang tidak bisa mencari solusi dan jalan keluar.
"Gausah bahas itu bisa ga? Gue lagi butuh solusi, bukan hujatan," balas Javier kesal.
"Kalo menurut gue sih, lebih baik lu gak usah samperin Ralinne. Kayaknya itu antek-anteknya Ralinne, gue gak mau lo kenapa-napa."
"Antek-antek gimana maksud lo?"
"Dengerin gue, Jav! Lo tau kan kalo cinta ga bisa dipaksakan?" Javier mengangguk.
"Mungkin hari ini, nomor yang gak dikenal itu Ralinne. Dan dia udah gak mau lo ada di sisinya, gue berharap lo paham meskipun gue ngawur gini. Lo kan tau sendiri kalo gue baru bangun."
"Ikan hiu makan tomat."
-o0o-
"PAPAAAA SAKIT BANGETTT! ALIN GA KUATTTT."
Dapat Diaz lihat, Ralinne yang tengah berbaring lemah di atas brankar ruang operasi, gadis yang tak lain anak kandungnya itu meraung kesakitan meski di bawah pengaruh obat bius.
Diaz hanya dapat melongok dari luar ruangan, ia merasa gagal menjadi sosok ayah untuk Ralinne.
"Benar dengan Tn. Pradipta?"
Diaz menoleh dan mendapati dokter kandungan yang selama ini membantu Ralinne sedang mendekat ke arahnya. Bahkan Dokter tersebut menyodorkan laporan kesehatan milik Ralinne.
"Boleh saya berbicara sebentar dengan Tuan?"
Diaz mengangguk.
"Mari, berbicara di dalam ruangan saya saja. Banyak hal yang akan saya tunjukkan untuk Tuan."
Sesampainya di dalam ruang milik Dokter Fani, Diaz duduk di hadapan Dokter muda itu.
"Jadi begini Pak, janin yang dikandung Ralinne sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Janinnya sudah tidak berkembang karena Ralinne yang stress berat dan berimbas pada calon bayinya."
"Saya meminta persetujuan Bapak untuk melakukan operasi pada janin putri anda. Ini adalah jalan terbaik untuk Ralinne dan janinnya, bila tidak segera ditangani, ada kemungkinan Ralinne juga ikut tidak selamat."
"Apa bapak setuju?"
"Lakukan yang terbaik untuk putri saya."
Sekali pun harus anaknya yang menjadi korban.
Dokter Fani mengangguk dan memberikan selembar surat persetujuan dan langsung ditanda tangani oleh Diaz.
"Lakukan secepatnya, saya gak mau putri saya juga harus terseret. Biar lah bayi itu saja," ucap Diaz yang disanggupi oleh Dokter Fani.
"Baik, saya permisi."
"Bapak boleh keluar dari ruangan saya, terima kasih."
-o0o-
20 September 2020
Aku bakal off update seminggu ke depan, aku PTS. Jadi untuk Gravity - 28 kemungkinan update hari minggu lagi. Maklumi ya teman-teman.
Kalau aku ada waktu luang, aku bakal update. Tenang aja hehehe.
Maaf ga jelas, soalnya aku sama kayak Faza, baru bangun hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity
Teen Fiction"Kak, aku positif." Sekali pun kamu bertekuk lutut, sampai kapan pun aku akan menolak kehadiranmu. Ralinne benar-benar tidak menyangka bila peristiwa kelam satu malamnya berakhir seperti ini, Ralinne berusaha menguatkan diri dengan berbagai macam ca...