Gravity - 16

9.4K 543 0
                                    

Jangan lupa bintang dan komentarnya!

Ada yang nungguin Gravity update gak? Kalau ada jangan lupa tunjuk jari ya 😊

[]

Ralinne tersenyum kala Mie ayam pesanannya sudah tersaji. Gadis tersebut meraih saus cabai di depannya dan menuangkan saus cabai tersebut ke dalam mangkuk putihnya.

"Neng, kok sendiri aja? Biasanya sama Javier."

Ralinne mengangkat kepalanya dan tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan dari penjual Mie ayam itu.

"Kak Javier pulang ke rumah Nenek, Mang."

"Oalah. Kamu gak ikut? Biasanya kamu ikut Neng," ujar penjual Mie ayam lagi.

Ralinne menggeleng. "Enggak Mang. Lagi kepingin di rumah sini aja sama Mama Papa," balas Ralinne, gadis tersebut masih menyempatkan untuk tersenyum.

"Neng,"

"Apa Mang?"

"Badan kamu kok agak gendutan ya? Apa Mamang salah lihat?"

Ralinne menurunkan pandangannya ke perut yang ia lapisi dengan jaket. Ralinne merasa bahwa tubuhnya memang melebar, tapi, Ralinne kira hanya ia yang merasa.

"Ah, masa, Mang?"

"Iya Neng. Makin lebar, tapi tetep cantik kok."

Menanggapi ucapan Mamang dengan senyuman nyatanya membuat hati Ralinne berdenyut, seharusnya ia tidak menyembunyikan ini semua, kan? Tetapi apa boleh buat?

[]

"Vier, kayaknya data kemarin hilang deh. Gua belum sempat buat, gimana nih Vier?"

"Serius Gio? Lo gak bohong? 15 menit lagi seminar dan lo?"

"Astaga, Gio!" Javier mengusap wajahnya kesal.

"Maafin gue, Jan. Gua bener-bener ceroboh."

"Gak guna minta maaf sekarang. Gue mau lu buat data seringkas mungkin." Javier melirik kembali jam di tangannya, lalu pemuda tersebut berjalan meninggalkan Gio.

Javier menaiki tangga menuju gedung seminar, wajah Javier terlihat menahan amarah. Mungkin ini adalah efek dari kekesalannya terhadap Gio yang tidak bertanggung jawab.

Omong-omong soal 'tidak bertanggung jawab', Javier semakin mengingat Ralinne. Pasti gadis tersebut mengalami banyak kesulitan.

Javier pernah membaca satu artikel di mana Ibu hamil biasanya mengalami morning sickness, ngidam, dan perubahan mood. Javier semakin dilanda kegelisahan, ia benar-benar bajingan.

"Javier, tolong kirimin susunan acara dong, di hape gua hilang nih."

Javier menoleh ke belakang dan mendapati Ais, teman satu kampusnya yang menjabat sebagai sekretaris BEM, perempuan tersebut menjabat bersama Gio.

"Astaga, Ais. Susunan acara udah gua kasih ke elo kan?"

Ais mengangguk. "Udah, tapi di gua hilang."

"Coba cari lagi, acara mau mulai 10 menit lagi dan lo ...? Astaga Ais Ais!" ujar Javier sembari mengusap wajahnya.

"Ya maaf, Jav," balas Ais pelan.

[]

"Ma, kok baru pulang?"

Ralinne mengangkat mangkuk dari atas meja, setelah makan malam ia benar-benar tidak dapat melihat Zara.

"Mama sibuk, kamu gak usah ganggu."

Ralinne mengangguk pelan sembari menundukkan kepalanya. Meski pun tengah mengandung, Zara tidak pernah memberikan sedikit perhatian untuk Ralinne.

Ralinne sendiri pun mati-matian mempertahankan janinnya tanpa perhatian dari sang Mama, Papanya pun sampai saat ini belum kembali dari Jepang.

Diaz sering kali menghubungi Ralinne, Bapak satu anak itu kerap kali melontarkan berbagai pertanyaan tentang kondisi anak satu-satunya.

Terutama kondisi janin yang sedang dikandung oleh sang Anak.

Meskipun sempat dilanda rasa kecewa, namun nyatanya Diaz memberikan perhatian terbaik untuk Ralinne.

Ia mengerti posisi Ralinne yang selalu dipojokkan. Untuk saat ini biarkan Diaz memberikan seluruh perhatiannya pada Ralinne.

Ia menyayangi Ralinne. Sampai kapan pun.

[]

20 Juli

Maaf baru update, aku tuh sibuk pakai banget 😔

Semoga suka ya^^

GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang