Chapter 10 Jawaban

11.4K 848 6
                                    

Hallooo Assalamu'alaikum selamat malamm
Belibet banget ya, semuanya diborong heee... Sesuai janji nihhh UP nya cepet, btw nin bingung pas liat viewers chapter 6 kok sedikit dibanding chapter selanjutnya, harusnya kan ga gitu 🤔🤔

But, not problem. Thanks for all karena udah mau baca cerita nin hehee

Happy Reading dan tinggalkan jejak ✨✨

®

"Paperbag nya ketinggalan," ucap Daffa menyodorkan paperbag itu.

"Aku gak butuh, kasih orang aja," ucap Kia ketus.

Daffa terkekeh melihat tingkah istrinya. "Terima dulu, saya akan kasih jawaban dari permintaan kamu."

"Kamu, kan gak denger!"

"Kata siapa?"

"Aku orang tadi kamu minta repeat."

"Saya hanya memastikan saja."

"Udah ah aku malu!" Kia menutup pintu kamarnya tapi ditahan oleh tangan kekar Daffa.

"Saya, kan belum jawab kok udah ditutup aja."

Kia mengalah, ia menatap suaminya seolah menantang apa jawabannya padahal hatinya udah dugser dugser di dalem.

"Terima dulu ini," ucap Daffa menyodorkan paperbag itu dan Kia dengan terpaksa menerimanya.

Daffa menatap Kia sangat dalam membuat Kia terpaku, mata tajam Daffa menusuk mata indah Kia.

"Saya takut ngecewain kamu, Kia."

"Ngecewain? Setahun aku nunggu, Kak. Aku cape cari alasan kalau kedua orang tua kita nanya masalah momongan, kamu gak tahu, kan gimana rasanya di posisi aku? Dipandang sebelah mata oleh semua orang, dituduh gak bisa punya baby. Sakit, Kak! Aku gak masalah kalau kamu gak bisa lupa dengan alesha, selama ini aku protes? Enggak, kan?" Kia mengeluarkan semua isi hatinya, sesak di dadanya membuat dirinya terus mengeluarkan semuanya tidak lupa dengan air mata yang terus keluar dari mata itu.

"Aku hanya minta satu hal itu hiks Aku bisa nerima kalau aku belum ada di hati kamu. Itu kesalahan aku yang terlalu membebaskan kamu dan usaha aku yang –"

Daffa langsung membawa Kia ke pelukannya, tangannya mengusap kepala Kia, membuat Kia menumpahkan kekesalannya dengan air mata.

"Maaf... Jangan menangis lagi, kumohon," ucap Daffa. Suara itu seperti orang yang sedang menangis. Ya, Daffa menitikan air mata, air mata penyesalan karena telah menyia-nyiakan perempuan yang sangat sempurna.

"A-alesha sempurna, dia baik hiks dia cantik hiks dia–"

"Ssttss jangan lagi. Kamu sempurna, jauhh lebih sempurna dari alesha."

Ya memang, Daffa belum jamin jika Alesha diposisi Kia sekarang. Ia memang menyanyangi Alesha sangatt, tapi ia juga tidak menampik jika Alesha tidak sedewasa dan sebijak Kia dalam hal apapun, perempuan itu terlalu ceroboh.

"Jangan buat saya semakin menyesal, Kia. Ok, saya akan coba menuruti semua hal yang kamu inginkan. Sekali lagi Maaf, Kia maaf...."

Deruan napas Kia terdengar, Daffa mengecek istrinya, hobi Kia yang mudah tertidur apalagi sudah menangis memang tidak berkurang, Daffa membawa Kia dalam pangkuannya dan memindahkannya di kasur milik Kia, setelah menarik selimut untuk Kia, Daffa menyimpan paperbag dan tangannya menghapus jejak air mata di mata yang tertutup damai.

Pertama kali Daffa melihat Kia menangis. Ia melupakan takdir jika sekuat-kuatnya perempuan, ia tetap makhluk lemah dan rapuh, terbukti saat Kia menangis.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang