Part 23 Curahan hati

15K 822 19
                                    

"Mau makan apa hari ini?" tanya Kia kepada Daffa yang sedang merapikan kemeja yang dipakainya.

"Saya udah minta mbak buat bikin sarapan pagi ini, kamu diem aja," jawab Daffa sembari memasangkan dasi.

Kia menghampiri Daffa lalu mengambil alih dasi dan memasangkannya. "Aku juga udah sembuh kali, dokter mala aja gak papa aku ngelakuin pekerjaan rumah."

Daffa menatap Kia yang sedang fokus membenarkan dasi di lehernya. "Saat ini lebih baik banyakin istirahat, nanti kalau kecapean terus masuk rumah sakit lagi saya yang kena marah mama sama papa, Ki."

Kia meringis mendengar itu, mengenai keadaannya yang sempat drop seminggu yang lalu memang sampai ke telinga mertuanya dan alhasil Daffa mendapat ceramah panjang kali lebar terlebih dari Annisa. Awalnya mereka akan balik lagi ke Bandung, namun Kia melarang dengan alasan dj sini ada umi, abi, fawwaz dan suaminya.

Kia beruntung, Daffa tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita Kia. Tidak bisa dibayangkan jika Daffa tahu, seberapa overprotective nya Daffa nanti mengingat di dalam rahim Kia sedang tumbuh buah hati nya.

"Nah sip," ucap Kia saat dirinya sudah memasangkan dasi Daffa dengan rapi.

Daffa mengecup kening Kia. "Makasih ya."

Kia tersenyum dengan kedua pipi yang bersemu merah, sepertinya hormon serotinin Kia pagi ini naik drastis karena perlakuan Daffa barusan.

Suara ketukan pintu membuat Kia langsung membukanya, ternyata pekerja rumahnya yang mengabari bahwa sarapannya sudah siap.

Daffa dan Kia berjalan beriringan, Daffa yang ditangan kanannya memegang iPad berlogo apel karena sebelum sarapan ia diperintah Papa-nya untuk mengecek e-mail tentang perusahaan Papahnya.

Tangan Kia langsung menuangkan masakan itu ke piring Daffa, tidak banyak dan memang Daffa sangat aware terhadap kesehatan. Hanya ada beberapa sayuran yang dipasak dengan bakso, telur dadar dan sayur bening yang khusus untuk Kia.

Hening, tidak ada yang membuka suara, Kia fokus dengan makanan di hadapannya pun Daffa. Setelah sarapan, Kia hanya diam memerhatikan Daffa yang sedang sibuk mengecek file di e-mail nya, urusan cuci piring Daffa tidak mengizinkan istrinya untuk melakukannya.

Selepas Daffa pergi, Kia kembali ke dalam rumah. Cutinya dipercepat tanpa sepengetahuan dirinya, mengingat karena kejadian kemarin Daffa berprasangka jika dirinya kelelahan karena bekerja jadilah ia langsung mengajukan cuti secara langsung ke pemilik sekolah itu yang ternyata teman karib Daffa.

Suara deringan handphone terdengar, Kia yang sedang membaca buku parenting langsung menutupnya dan segera mengangkat panggilan itu, terpanggang nama 'Mama' di sana.

"Wa'alaikumsalam, Ma. Maaf tadi Kia lagi di ruangan sebelah, handphonenya Kia simpan di kamar. "

".... "

"Alhamdulillah lebih baik, Ma. Mama, papa dan nolla di sana apa kabar?"

".... "

"Enggak kok Mah, sekarang udah normal semua. Kemarin Kia checkup juga udah baik-baik aja, tapi kak daffa masih belum ngizinin Kia buat ngelakuin kerjaan rumah."

"....."

"Iya Ma insyaallah. Mama jangan khawatir ya, di sini Kia ada abi, umi, aka sama kak daffa."

"..."

"Aamiin. Jazakillah ya, Ma."

"..."

"Iya siap insyaallah. Yaudah Ma hati-hati di jalannya, salam buat semuanya."

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang