Part 19 Syukuran

11.1K 729 18
                                    

Pagi sekali, Kia sudah berkutat di dapur pastinya dengan bantuan pekerja rumah. Daffa sangat overprotective mengingat kehamilan Kia sudah mulai membesar, kehamilannya memasuki minggu ke-28 dan besok pagi akan diadakan syukuran tujuh bulanan kehamilan Kia.

Umi Kia baru akan datang siang ini karena pagi ada beberapa urusan yang harus beliau bereskan. Jika kedua orang tua Daffa baru akan take off sore ini mengingat Nolla yang masih sekolah jadilah mereka memilih keberangkatan sore ini.

"Diem aja sih, dibilangin gak pernah nurut," ucap Daffa yang baru pulang lari pagi.

Kia hanya menanggapi dengan senyuman saja, justru dengan dirinya diam tubuhnya akan mudah terserang kantuk dan pegal-pegal.

"Dibilangin malah senyum-senyum."

Kia terkekeh lalu tertawa pelan. "Kalau aku diem terus nanti badan aku cepet pegel. Lagian, kan dokter mala juga nganjurin aku buat banyak gerak, Kak... Biar nanti lahirannya bisa normal," ucap Kia sembari memberikan satu gelas air mineral.

Daffa menerima gelas itu lalu berkata, "Yaudah, jangan cape-cape." Kia mengangguk dan melanjutkan aksi memasaknya.

"Mbak, saya titip Kia dulu ya," ucap Daffa ke salah seorang pekerjanya.

Setelah mendapat anggukan dari pekerjanya, Daffa pamit untuk bersih-bersih tapi sebelum itu tangannya mengelus-elus perut Kia yang sudah besar dan akhirnya satu ciuman mendarat di kening Kia.

"Udah sana mandi, malu sama mbak," ucap Kia sembari menjauh.

"Maaf ya, Mbak," ucap Daffa lalu segera pergi ke kamarnya.

Suasana jadi kikuk, Kia benar-benar malu. Suaminya bisa-bisanya melakukan itu di depan pekerja rumahnya. Tapi pekerjanya memang sangat friendly, mbak Dian malah mengajak Kia bercanda sampai gelak tawa tercipta di sana.

Masakan sudah siap di meja makan, Kia memanggil suaminya untuk sarapan.

"Loh, hari ini kamu free?" tanya Kia saat mendapati suaminya hanya menggunakan kaos belang putih dan hitam juga celana jeans pendek.

"Iya, saya kosongin jadwal hari ini sama besok."

"Tumben, eh iya ayok sarapan."

Daffa yang tadi masih mengecek email dari mahasiswanya langsung menghampiri Kia. Tangannya mengelus kembali perut Kia.

"Kamu udah dua kali loh, terus aja elus-elus," omel Kia.

Daffa menyunggingkan tawanya. "Saya belum nerima tendangan nya pagi ini." Tangannya terus menelisik perut Kia.

Tangan Kia langsung memegang tangan Daffa, dan saat kedua tangan itu menempel di perut Kia barulah ada satu tendangan dari calon buah hati mereka.

"Giliran sama Mama aja langsung nendang, padahal dari tadi Papa nunggu tendangan kamu," ucap Daffa sembari tertawa.

"Udah, kan? Ayok ah! Aku laper," ucap Kia lalu menarik tangan Daffa.

Di meja makan, Kia langsung menuangkan makanan itu ke piring Daffa lalu memberikannya setelah itu untuknya tidak lupa mengajak semua pekerja rumahnya untuk sarapan bersama.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang