Part 18 Mencoba

12K 776 18
                                    

Assalamu'alaikum...
Ini masiih sore, kan? Maapin, dikira ninda ngaskep nya gaakan ngabisin waktu, eh ternyata hehee...
Makasihh buat yang selalu nunggu dan stay di cerita Kia dan Daffa ini, Lope-lope deh pokoknya ❤❤

Happy Reading yaa! 😘

®

Kia sudah sibuk sejak setengah jam lalu, mencoba pakaian yang cocok untuk dipakai nanti malam dan ini masih jam tiga sore, Daffa hanya geleng-geleng, padahal acara nanti malam hanya makan malam sekaligus acara khitbah Fawwaz dengan wanita pilihan kedua orang tuanya.

"Udah nemu belum?" tanya Daffa sambil menenteng gelas berisi air mineral.

Kia yang memegang dua hanger dress berwarna hitam dan merah muda itu langsung meminta pendapat suaminya.

Daffa duduk lalu mengamati dress yang sedang Kia pamerkan.

"Hitam, bagus...."

Kia kembali berkaca lalu berkata, "Kalau hitam disangkanya aku gak punya baju lagi, kamu tahu, kan? Aku paling sering pake hitam."

"Yaudah merah muda aja."

Kia tersenyum. "Oke!" Setelah itu Kia menyimpan kembali baju-bajunya di lemari.

"Ki," panggil Daffa membuat Kia yang baru saja kembali dari walk in closet langsung menoleh dan mendapat kode dari Daffa untuk duduk di sampingnya.

"Kakak kamu umur berapa?"

Kia menautkan kedua alisnya. "Hmm, adalah tiga puluh satu tahun. Kenapa?"

"Tiga puluh satu tahun? Baru sekarang khitbah?"

Kia menghela napasnya. "Ini udah ke berapa kalinya. Aka itu pernah menikah."

Daffa langsung membulatkan matanya dan mencari posisi yang enak, sepertinya topik ini sangat menarik, secara dirinya belum begitu tahu tentang keluarga istrinya.

"Terus? Kakak kamu cerai gitu?"

Tangan Kia menampar lengan atas Daffa pelan. "Bukan! Jadi tiga tahun lalu, aku kan masih ada di Kalimantan, biasalah mencari ilmu sekaligus mendalami kehidupan yang sebenernya, sore banget aku dapet kabar kalau kasya atau kak syaira istrinya aka itu mengalami kecelakaan."

Tangan Daffa mengusap bahu Kia saat melihat mata Kia yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Kamu pasti tahu tentang tabrakan bruntun di dekat RSIA Harapan Bunda tiga tahun lalu, kan?" Daffa mengangguk, ia sangat tahu, beritanya sangat gempar tahun itu.

"Salah satu korbannya adalah kasya, waktu itu kasya sedang mengandung... Kalo gak salah sih sekitar lima mau ke enam bulan, segituanlah karena aku gak terlalu tahu juga. Kasya itu perempuan yang sangat baik, aku aja sampe ngefans ke almh."

"Terus kakak kamu? Posisi saat itu dimana?"

"Jadi sebelum jadi guru seperti sekarang, aka itu berprofesi sebagai farmasis di rumah sakit tersebut. Ceritanya kasya mau checkup rutin ke dokter, nah karena aka kerja di sana jadi ketemu di RS aja. Pas mau sampe gak, taksi yang ditumpangi kasya ditabrak truk dari lawan arah dan itu merembet ke belakang karena saat itu lagi rame-ramenya, aka saat itu melihat dengan kepalanya sendiri. Bahkan kasya pernah sadar sebelum benar-benar menghembuskan napas terakhirnya." Kia sudah berlinang air mata, bagaimana tidak? Walau dirinya tidak berada di sana tapi ia bisa merasakan bagaimana sakit dan syok Kakaknya melihat semua itu dengan kepalanya sendiri.

"Saya baru tahu kalau kakak kamu ternyata tenaga medis juga."

"Semenjak kejadian itu aka resign dan menghapus gelar apoteker nya juga memilih jadi guru. Sebenernya, khitbah ini bukan yang pertama, mungkin udah ada sekitar lima kali dengan ini, aka seperti terus dibayangi oleh rasa bersalahnya ke kasya dan calon buah hati mereka."

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang