Part 17 Prioritas

13.5K 840 16
                                    

Mata indah Kia perlahan terbuka, kaget ternyata ada sepasang tangan yang memeluk perutnya, dengan perlahan Kia menjauhkan tangan itu dari perutnya berharap si empunya tangan tidak terbangun. Senyumnya terbit karena misi nya berhasil, ia kemudian bangun dan mengikat rambutnya lalu berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, jam masih menunjukkan pukul tiga pagi masih ada waktu untuk menunaikan salat tahajud.

"Jam berapa?" Suara bariton itu mengagetkan Kia yang baru saja mengucap salam.

"Setengah empat," lirih Kia. Jujur hatinya masih kesal dengan suaminya karena kejadian malam tadi.

Daffa langsung berlari ke air untuk menunaikan salat tahajud, karena Kia sedang kesal jadi dirinya memilih untuk membaca kitab suci Al-Quran di atas kasur, tapi sebelum itu ia menyediakan sajadah untuk suaminya salat.

Kia larut dalam lantunan Al-Quran dan Daffa larut dalam dzikir. Keduanya bersikap dingin sekarang, sejujurnya Daffa ingin mengajak bicara istrinya tapi ia tahu mood wanita itu sedang tidak baik.

Adzan subuh berkumandang, Kia langsung menutup mushaf Al-Quran dan menggelar sajadah di belakang Daffa.

"Salat di mesjid?" tanya Kia.

Daffa menggeleng. "Saya di sini saja, kemarin kita tidak melakukan salat berjama'ah satu waktu pun."

Kia tidak merespon suaminya. Ia langsung mengucap niat salat sunat, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya.

Selesai salat Kia langsung mencium punggung tangan Daffa lalu melipat mukena nya. Ia langsung berjalan ke kamar mereka untuk menyiapkan semuanya dan bersih-bersih.

"Saya yang bikin sarapan hari ini, mudah-mudahan kamu suka ya," ucap Daffa dengan membawa semangkok makanan sehat lalu menyimpannya di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya yang bikin sarapan hari ini, mudah-mudahan kamu suka ya," ucap Daffa dengan membawa semangkok makanan sehat lalu menyimpannya di meja makan.

"Makasihh."

Daffa tersenyum, ia melihat jam dinding yang sudah setengah tujuh, langsung ia beranjak untuk bersiap-siap pergi ke kampus tapi sebelum itu bibirnya mengecup puncak kepala Kia.

"Maaf." Kata itu terdengar saat Daffa mengecup puncak kepala Kia.

Kia hanya diam. Ia sudah tidak kuat untuk merasakan makanan itu, memang suaminya bisa mengembalikan moodnya.

Saat Daffa sudah benar-benar menghilang, Kia langsung menyantap makanan itu sampai tidak tersisa. Moodnya sudah kembali lagi, setelah makanan itu raib, Kia menyiapkan bekal untuk suaminya dan susu untuk dirinya.

"Ki, masalah semalam Sa–"

"Bekalnya sudah siap... Kamu sarapan dulu aja." Kia langsung memotong perkataan Daffa, tidak sopan tapi dirinya tidak mau tersulut emosi apalagi ini masih pagi.

Daffa menurut, ia duduk di kursi biasa lalu menyantap sarapannya. Kia dengan sabar menunggu suaminya dengan segelas susu di tangannya.

"Aku pake motor hari ini," ucap Kia memberitahu niatannya.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang