Part 25 Terbongkar

17.1K 917 35
                                    

Daffa berjalan ke dalam rumah sakit dengan langkah terburu-buru, ia mendapat kabar dari mertuanya kalau Kia masuk rumah sakit. Di pintu masuk ada sahabatnya-Haikal yang menatap Daffa dengan serius.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi lelaki yang baru saja datang ke rumah sakit. Siapa lagi jika bukan Daffa, lelaki yang memiliki 'titel' suami namun tidak terasa saat Kia sedang seperti ini.

"Kalau bukan rumah sakit, udah gue habisin lo!" desis Haikal dengan suara yang sangat dingin, menahan amarahnya yang sudah memuncak.

Tadi, Kia diantar Ica, wanita hamil itu tidak sadarkan diri dan Ica yang sudah terlanjur kalut langsung berteriak meminta tolong, untung saja Haikal, lelaki itu sedang berada di parkiran dan betapa terkejutnya saat melihat Kia tidak sadarkan diri dengan wajah yang sangat pucat. Sembari Kia mendapatkan penanganan, Haikal bertanya apa penyebab Kia seperti ini dan Ica menceritakan semuanya tanpa ada yang dilebihkan.

Daffa mengusap pipinya yang panas karena tamparan tadi, ia tidak mengelak karena memang di sini ia yang salah. Tapi bertengkar bukan saatnya, ia harus menemani istrinya sekarang.

Langkah kakinya melewati Haikal yang masih mengepalkan tangannya.

Sampai di ruang perawatan, Daffa langsung menyapa kedua orang tua Kia dan Fawwaz, ia hanya melirik Ica sekilas.

Ica yang melihat suami dari sahabatnya langsung bertanya, "anda sedang apa di sini?"

Daffa tidak menjawab, ia tidak mau salah bicara kembali, apalagi di sini ada keluarga Kia.

Dengan mata yang sembab, Ica menatap Daffa dengan penuh kebencian, bisa-bisanya lelaki di hadapannya ini mengantarkan Alesha pulang setelah tahu apa yang terjadi.

"Sudahlah, nak Ica. Bukan waktunya untuk menyalahkan." Suara itu berasal dari Abi Ghani membuat Ica kembali meredam emosinya.

"Nak Daffa, boleh langsung masuk aja, Ia belum sadarkan diri," ucap Umi Lala.

Kedua orang tua Kia terlihat tenang walau di dalam hatinya sangatlah panik dan pastinya marah saat mengetahui siapa yang membuat putri kesayangan mereka seperti ini.

Daffa langsung pamit untuk ke dalam. Perempuan yang sudah berulang kali ia sakiti itu kali ini menutup matanya, hidungnya sudah memakai oksigen dengan tipe NRM Non reabreting mask, tangannya sudah diinfus, bahkan ada dua selang di tangannya itu satu untuk pemenuhan cairannya dan satu lagi mengalir darah, apakah istrinya sedang mengalami transfusi? Tidak hanya itu, bed side monitor pun menyala di sana, semuanya normal namun SPO2 nya masih di bawah normal.

Langkah Daffa perlahan mendekati Kia, diusapnya kepala yang masih terbalut kerudung itu, wajah cantiknya terlihat tenang, tangan Daffa mengelus perut Kia dan menggumam kan kata 'maaf' di sana, ia duduk di kursi, tangannya meraih tangan Kia yang terinfus cairan.

Tangan yang selalu membantu dirinya sekarang berwarna pucat, dikecup nya berkali-kali sampai air mata diujung pelupuk mata Daffa keluar, memori tadi sore seolah terputar kembali barulah saat itu Daffa menyadari bahwa dirinya salah, jika dirinya bisa menahan emosinya mungkin saat ini perempuan yang terbaring di ranjang kesakitan ini sedang berada di kamar bersamanya.

"M-maaf, lagi-lagi saya yang menyebabkan semuanya," lirih Daffa sembari terus menciumi tangan pucat itu.

Pintu terbuka membuat Daffa langsung menghapus air matanya, Dokter Mala dan beberapa perawat juga bidan masuk.

"Aku periksa istri kamu dulu ya, Daff," ucap Dokter Mala.

Daffa langsung menyingkir, Dokter Mala dan timnya langsung memeriksa Kia menyeluruh.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang