Chapter 2

16K 1K 4
                                    

Happy Reading....
Author bikin ini dari awal dulu ya biar tahu maksud dari 'membantu' yang Bang Daffa bilang di bagian prolog. Mudah-mudahan syukaaa

✨✨

Rutinitas Kia jika weekend yang paling istiqomah adalah menghadiri kajian pra nikah, siapapun yang mengisinya, Kia selalu bersemangat apalagi pembahasannya tentang jomblo, pernikahan dan sejenisnya.

Di usianya yang sudah menginjak 27 tahun membuat Kia semakin serius memantaskan diri, Kia tidak bisa menutup mata dan telinganya terus menerus. Sudah beribu-ribu pertanyaan selalu ia dapat jika ada acara keluarga, bukan tidak mau namun selalu saja ada yang menghalangi dirinya dan pembebasan dari kedua orang tuanya membuat Kia tidak merasa tertekan dengan tuntutan sosial.

"Ia... Tadi tuh ustadz nya beuh cakep bener, kalau aku jadi istrinya sudah pasti surga dunia dan akhiratnya," ucap Ica dengan nada gemas.

Kia yang masih kesal karena kejadian seminggu yang lalu hanya memberi deheman kecil.

"Ih ni anak masih aja cemberut, ibu kia sekali lagi aku minta maaf. Aku gak sengaja sumpah," ucap Ica.

Memang, malam itu saat Ica sedang menunggu Kia kembali dari toilet tiba-tiba saja ada telepon masuk dan mengabarkan jika putrinya masuk rumah sakit kembali. Ah ya, lupa. Jadi Ica ini masih sendiri namun ia mengadopsi seorang putri yang ia temukan di tempat sampah dua tahun lalu. Ica yang berprofesi sebagai direktur disalah satu perusahaan besar membuatnya mementingkan karir dibanding dengan pasangan hidup.

Kia menghela napas. "Iya, Ca lagian salah aku juga yang selalu ceroboh. Untung aja waktu itu Allah kirimin orang baik buat anter sampe rumah."

Ica menjawil kedua pipi Kia membuat Kia mengaduh. "Siapa? Laki-laki or..."

"Kepo! Udah ah yuk pulang, udah mendung juga," ucap Kia.

Ica dan Kia berjalan beriringan keluar dari mesjid, kajiannya sudah selesai setengah jam yang lalu. Dan sekarang mereka akan ke rumah sakit, bertemu dengan putrinya Ica.

Sesampainya di rumah sakit, mereka berjalan ke ruangan anak. Ketika masuk, Salsya-Putri Ica sedang diperiksa oleh salah satu dokter.

"Yee mommy-nya udah sampe, kalau gitu aku pamit dulu ya," ucap Dokter itu.

Salsya mengangguk.

"Cepet sembuh ya sayang!" ucap Dokter itu lagi.

"Makasih ya Dok, maaf salsya merepotkan," ucap Ica.

Dokter perempuan berkerudung biru langit itu tersenyum. "Tidak merepotkan kok bu, Salsya anaknya baik, anteng lagi. Kalau gitu saya kembali ya Bu."

"Iya dok, sekali lagi makasih."

Kia bisa membaca id card dokter itu bernama Alesha Khansa A. Dokter gigi? Ah iya Salsya sakit karena gigi susunya ada yang belum tumbuh dan itu membuat Salsya demam, jadi dokter yang menanganinya pun pasti spesialis gigi.

"Haii anak cantik!" Kia menyapa Salsya.

"Halo aunty Ia." Salsya masih lemas dan terkadang rewel apalagi jika Ica sedang bersamanya.

Setelah puas Kia pamit untuk pulang, Ica menawarkan untuk mengantar tapi Kia tolak karena dirinya sudah memesan ojeg online dan sebentar lagi akan sampai.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang