Part 28

13.9K 836 28
                                    

Hamparan rumput hijau terbentang seluas mata memandang, perempuan dengan pakaian serba putih itu memutar matanya, mengitari lingkungan ini.

Sejuk.... Itulah yang dirasakan oleh perempuan yang masih bingung dengan keberadaannya saat ini. Dimana ia?

Matanya memicing saat melihat seorang wanita tengah tertawa lepas dengan seorang anak kecil, mereka sedang bermain ayunan di sana. Kakinya melangkah mendekat.

"K-kaSya....," lirihan perempuan itu saat melihat perempuan yang sedang bermain dengan anak kecil itu ternyata Syaira.

Perempuan cantik itu menoleh. "Kia... Kamu di sini?"

Ya, perempuan berbaju putih itu adalah Kia, menatap bingung kakak iparnya.

"Sayang, main di sana ya. Bunda mau bicara sebentar dengan aunty." Anak berusia dua tahun itu berlari menjauh.

Syaira menuntun Kia ke kursi putih di ujung sana.

"Kakak kok di sini?" tanya Kia, dirinya masih bingung dengan semua ini.

"Harusnya Kakak yang nanya kamu, kenapa di sini?"

Kia menggeleng. "Aku gak tahu."

Tangan putih Syaira menggelus punggung Kia. "Pulanglah, Ia. Banyak yang menunggumu."

Kia menatap Syaira, bertanya... Siapa yang menunggunya?

"Suamimu, putramu, keluargamu... Berharap kamu kembali. Sayang... Belum waktunya kamu di sini." Lembut dan menenangkan, itulah salah satu ciri khas perempuan yang sedang membelai Kia dengan penuh kasih sayang.

"Kenapa, Kak? Di sana terlalu menyakitkan untuk Ia...."

"Putra kamu menunggu di sana. Kamu tega meninggalkannya sendiri? Dia baru saja terlahir di dunia, bukannya itu yang kamu mau? Dulu, kamu selalu cerita sama kakak, kalau kamu sangat menginginkan seorang bayi lahir dari rahimmu, kan? Terus kamu mengurusnya, mengajarkan nya banyak hal. Tapi kenapa kamu di sini, sayang?"

"Tapi kenapa kakak di sini?" Kia bertanya itu dengan menatap kakak iparnya.

"Kehendak-Nya... Sudah waktunya, kalau Kakak gak di sini, siapa yang menjaga buah hati Kakak dan kakakmu, hm? Kakakmu sudah besar, ia bisa mencari peganti kakak, kalau putri kakak? Di sini dia sendiri.... Sama halnya dengamu, di sana mungkin banyak yang menyayanginya, tapi putra kamu tetap membutuhkanmu..."

Tangan Syaira meraup wajah Kia, membingkai wajah cantik Kia. "Sayang.... Semuanya sudah berubah, tidak akan ada lagi kesakitan... Percaya sama Kakak, kembali yahh?"

Kia menggeleng. "Aku-aku t-takut, Kak...."

"Apa yang kamu takutkan? Allah selalu bersamamu... Bismillah, mulai semuanya dari awal ya, sayang....."

"Tap–"

Suaranya terpotong oleh suara emas yang sedang melantunkan surat favorit Kia, suara yang sangat Kia rindukan sebenarnya....

"Kembalilah sayang... Kakak titip kak fawwaz ya, bilang kalau kakak dan putrinya baik-baik saja. Kakak selalu bahagia jika kakakmu bahagia." Ada satu tetes air mata yang keluar di sana.

Kia memeluk Syaira erat. "Ia mau di sini aja, Kak. Bareng Kasya...."

"Sayang.... Lihat ke sana," ucap Syaira menuntun penglihatan Kia untuk melihat diujung kanan.

Seorang pria yang wajahnya tidak begitu jelas sedang menggandeng seorang anak laki-laki, wajah anak kecil itu murung, dan terlihat di bibirnya berucap 'Mama'

Mata Kia berkaca-kaca, ia menatap Syaira meminta kejelasan.

"Itu putra kalian, Ia. Lihat... begitu berharapnya dia, dia berharap kamu kembali, Ia...."

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang