Part 14 Kebahagiaan

13.4K 874 17
                                    

Rumah tangga Daffa dan Kia semakin membaik, bahkan Daffa sudah sedikit berubah walau masih sedikit membuat Kia kesel sih. Tapi jauh dari itu Kia sudah sangat bersyukur karena perlahan Daffa bisa menerimanya dan banyak sekali yang Daffa lakukan untuk membahagiakan Kia selama dua bulan ini. Ya, terhitung dua bulan lamanya setelah kejadian waktu itu Daffa berkomitmen untuk mulai berubah.

"Sayang, tolong ambilin sayurnya ya." Suara melengking itu berasal dari Annisa-Mama Daffa yang sedang berkunjung bersama Nolla dan suaminya.

Kia langsung mengangguk dan membawa mangkuk berisi sayur bening kesukaan Daffa.

"Woah ini sih duet paling dabest ya, Bang...," ucap Ayah Daffa saat mendatangi ruang makan yang tertata masakan bikinan istri dan menantunya.

"Iya, Pah. Perlu Papah tahu masakan Kia gak jauh beda sama masakan Mamah," ucap Daffa membanggakan istrinya.

Ayah Daffa manggut-manggut. "Dari baunya sih emang bener, atau bahkan enakan masakan menantu Papah lagi."

Annisa yang baru datang dengan tumpukan piring langsung bergabung. "Aih masakan Mama juga enak ya, sebelas dua belas lah sama masakan Kia."

"Yadong jangan salah masakan Mamah kan paling dabest," ucap Papah Daffa membuat Annisa tersipu.

Daffa tertawa kecil melihat orang tuanya yang masih sangat harmonis ini. Tangan Daffa merangkul pinggang ramping Kia membuat mata Kia membulat.

"Lihat, Mah. Sekarang putra kita udah berani nih, tangannya mulai menjelajah," ucap Papah Daffa yang diangguki oleh Annisa.

Kia hanya tersipu malu berbeda dengan Daffa yang menanggapi celotehan orang tuanya.

"Kan Abang ngikutin mamah sama papah."

"Ah iya, Nolla kemana?" tanya Kia mengalihkan.

Annisa mengedarkan pandangannya dan sedikit berteriak memanggil putri bungsunya lalu tidak lama dari itu Nolla muncul.

"Waahh baunya enak banget, ini sih kalah masakan restoran mahal juga," ucap Nolla sembari menghirup wangi masakan.

Kia tertawa pelan, keluarga Alfareezel memang harmonis dan sangat hangat. "Yaudah ayok makan nanti keburu dingin malah kurang mantips," ucap Annisa.

Papah Daffa duduk di kursi paling depan diikuti oleh Daffa yang duduk di samping Kia dan di depan ada Mama-nya juga Nolla yang sudah tidak kuat mencicipi masakan ini.

Walau selalu humoris, di saat makan seperti ini mereka akan diam dan hanya ada dentingan sendok dan garpu saja.

✨✨

Di kamar, Kia sedang asik dengan novel yang baru saja ia beli kemarin berbeda dengan Daffa yang asik berpacaran dengan laptopnya.

Annisa dan Nolla sedang mengajak Aisya jalan-jalan, maklumlah Aisya sudah dianggap sebagai cucu mereka sendiri dan Papah Daffa sedang berkunjung ke perusahaan nya untuk evaluasi selama dirinya berada di Palembang.

Kasur sebelahnya bergerak menandakan ada seseorang yang menaikinya, Kia langsung menoleh dan suaminya sudah berpindah dari meja kerja menuju kasur.

"Sudah beres?" tanya Kia.

"Dikit lagi, tapi bisa nanti biar dia revisi dulu yang saya koreksi. Kamu lagi ngapain, fokus banget?"

"Pacaran sama buku."

Daffa mendengus, istrinya memang bisa menyindir secara halus dan Kia tertawa pelan melihat ekspresi lucu suaminya.

"Eh iya, buku ini bagus banget loh, Kak. Aku banyak belajar dari sini," ucap Kia sembari memperlihatkan cover bukunya.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang