Part 26

15.8K 944 17
                                    

Setelah menunggu sekitar sepuluh jam, Kia akhirnya dipindahkan ke ruang bersalin. Hidungnya sudah dipasang oksigen dengan type nassal canul dan tangannya masih terpasang infus, Dokter Mala pun sudah menyiapkan alat transfusi dan beberapa alat yang akan menyokong proses persalinan ini.

Ada satu kalimat yang menyebutkan, setinggi apapun ilmu yang kita punya akan lenyap saat kita merasakan sendiri... Mungkin ini berlaku untuk Daffa, lelaki itu tampak seperti bukan dokter spesialis, ia terus bertanya kepada Dokter Mala tentang apa dan bagaimana juga dampak yang mungkin Daffa juga sudah tahu.

Cucuran keringat meluncur dari dahi Kia, ia sudah tidak tahan untuk mengedan, tapi Dokter Mala masih belum menyuruhnya. Setelah perbincangan tadi subuh, Daffa terus mendampingi Kia, bahkan tadi mereka melakukan salat subuh berjamaah. Walau keadaannya sedang seperti itu, Kia tidak mau meninggalkan salat dan tetap salat dengan berdiri.

Seorang perawat masuk dan memeriksa kembali keadaan dan sudah berapa cm pembukaannya.

"Pembukaannya lengkap ya, Bu. Ketuban nya masih belum pecah, saya pecahkan dulu ya," ucap perawat itu.

Perawat itu sudah menggunakan APD lengkap untuk melahirkan, ia membuka bak instrumen dan mengambil satu alat yang ujungnya bengkok, perlahan ia memecahkan ketuban itu tepat setelah Kia kontraksi.

Tidak lama Dokter Mala masuk dengan pakaian sama, di sini ada Dokter Mala, beberapa bidan dan perawat yang membagi tugas membantu persalinan dan memeriksa kondisi Kia.

Daffa berada di ujung bed, kedua lengannya dipegang oleh Kia kuat.

"Sudah lengkap ya, Bu. Sekarang boleh ngeden ya, matanya jangan tertutup, tidak boleh ada suara dan dagunya menempel di dada. Siap, BuKia?"

Kia mengangguk, ia mengatur napasnya, Daffa merapalkan dzikir yang terdengar oleh Kia.

"Ayok, Bu!"

Kia ngeden sesuai instruksi dari Dokter Mala, setelah itu ia menarik napas sedalam-dalamnya lalu kembali mengedan.

"Ya bagus, kepalanya sudah terlihat ya. BuKia jangan ngeden dulu, tahan," ucap Dokter Mala.

Tangan Dokter Mala mengelilingi leher bayi itu, memeriksa apakah ada lilitan di sana, saat sudah dipastikan tidak ada, bayi merah itu memutar dengan putaran paksi luar.

Tidak lama dari itu terdengar suara tangis bayi, senyum Kia terbit akhirnya ia berhasil... Daffa yang mendengar itu tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar, ia mencium puncak kepala Kia yang masih tertutupi kerudung.

"Terima kasih, sayang...."

Kia yang mendengar itu hanya bisa mengangguk, kali ini tubuhnya sangat lemas.

Kia pun terus mengucapkan syukur saat bayi mereka ditidurkan di atas perut Kia, perlahan bayi itu merangkak mencari putih susu Kia. Satu tetes air mata itu keluar saat melihat ciptaan Allah yang sangat sempurna ini, perpaduan yang sangat pas, mata dan bibir milik Kia, hidung milik Daffa sedang menyusu dengan sangat gembilnya.

IMD (Inisiasi menyusu dini) ini sangat diperlukan untuk ibu dan bayi, banyak keuntungan yang didapat, selain bisa merangsang kontraksi rahim ibu, IMD juga menjadi peluang si bayi mendapatkan kolostrum yang berguna untuk saya tahan ibu.

Air matanya keluar tanpa seizin siempunya mata, dan air mata itu dihapus oleh Daffa.

"Jangan nangis lagi. Makasih telah memberi suatu harta yang sangat berharga ini," ucap Daffa sangat tulus.

"Apakah dengan ini aku sudah berhasil memasuki hati kamu?"

Daffa mengangguk lalu mencium puncak kepala Kia. "Kamu sudah mempunyai tempat khusus di hati saya, Ana Uhibbuki fillah, Kiandra...."

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang