Part 21 - Titik Terendah

14.4K 900 34
                                    

Semakin aku tahu semakin sakit yang kurasa ~Kia

®

"Pagi," sapa Daffa yang sudah siap memakai kemeja maroon dan celana hitam tidak lupa snelli di tangannya.

Kia yang sedang menata makanan langsung tersenyum. "Pagi, hari ini aku check up ya."

Tangan Daffa langsung melihat handphonenya, mengecek schedule untuk hari ini.

Satu elusan di tangan Daffa membuatnya segera menoleh, pandangan pertama Kia tersenyum sangat manis.

"Gak papa kalau gak bisa anter, aku sama dianter supir aja," ucap Kia.

Daffa memasang wajah bersalah, ia melupakan jadwal check up hari ini, hari senin memang jadwal yang paling padat untuk Daffa.

"Gak bisa kalau check up nya sore aja? Saya bilang ke mala nanti."

"Gak usah, aku gak enak kalau diundur lagian gak papa lagi." Tangan Kia langsung mengelus perutnya yang sudah besar. "Dia pasti ngerti, ya, kan sayang?"

Daffa langsung mencium perut Kia tangan kanannya ia simpan di perut Kia menunggu reaksi dari sang buah hati, senyumnya terbit saat ada satu gerakan di sana.

"Jagoan Papa emang pinter, next time Papa bakalan liat kamu di layar monitor lagi ya," ucap Daffa lalu kembali mencium perut Kia, bukan sekali tapi berkali-kali.

Tangan Kia mengelus rambut Daffa yang sudah rapih membuat si empunya rambut menengadah. "Udah jam tujuh, kamu bisa telat ke kampus," ucap Kia.

"Maaf ya, saya gak inget beneran," ucap Daffa.

Kia tertawa sebentar. "Gak papa kali, udah biasa juga, kan? Udah ah, nanti aku telepon kamu deh hasilnya gimana."

Daffa tersenyum. "Makasih ya."

Kia mengangguk lalu menyiapkan makanan untuk suaminya dan dengan pelan tapi pasti ia duduk di kursi, perutnya sudah sangat besar membuat dirinya agak sedikit kesulitan dalam bergerak terlebih duduk atau tidur.

Menjadi seorang ibu memang sangatlah mulia, Kia yang akan menjadi ibu terkadang mengeluh, memasuki minggu ke 30 membuatnya serba salah, tidur terlentang malah sesak, miring gak enak, dan akhirnya Daffa ikut mengatur posisi tidur Kia, apalagi jika di sekolah yang tidak ada kursi, perlu waktu untuknya duduk di lantai, sering kesemutan, kaki dan tangannya pun sudah mulai membengkak. Ah Masya Allah sekali ternyata, belum lagi nanti perjuangan melahirkan satu makhluk Allah SWT ke dunia yang fana ini, saat ini Kia sangat mengerti bagaimana sulitnya menjadi ibu sekaligus istri apalagi berkarir.

"Kamu hati-hati, jangan banyak yang dilakuin. Ada apa-apa bilang ke saya," ucap Daffa saat Kia sudah masuk ke dalam mobil.

Matanya beralih ke depan. "Pak kalau ada apa-apa bilang sama saya ya. Hati-hati bawa mobilnya." Pekerjanya mengangguk patuh.

"Kamu over banget sih, aku bisa jaga diri, kamu jangan lupa makan nanti, sebelum ke rumah sakit kabarin aku ya, eh kalau sempet kalau enggak gak papa kok," ucap Kia.

Daffa tersenyum. "Iya insyaAllah, yaudah saya berangkat ya. Assalamu'alaikum."

Kia mengangguk lalu mencium punggung tangan Daffa. Tangan Daffa mengelus perut Kia sebelum ka benar-benar berjalan ke mobilnya.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang