Chapter 12 Acuh

12.9K 940 16
                                    

Assalamu'alaikum, comeback nihh hihii
Mudah-mudahan sukaa yaaaa....
Happy Reading
®

Adzan subuh berkumandang, Kia sudah terjaga dari tiga jam lalu, setelah adzan selesai Kia bangkit dan menunaikan kewajibannya sebagai muslimah.

Pagi ini tidak seperti biasanya, Kia hanya seorang sendiri, Daffa? Entahlah sejak insiden kemarin Kia menghindar dari lelaki itu. Walau begitu, Kia tidak melupakan perannya sebagai seorang istri, ia membuka kulkas dan menyiapkan sarapan untuk nya.

Tidak ingin berlama-lama, setelah beres Kia kembali ke kamar untuk bersiap bekerja. Ia sudah sedikit membaik, hari ini Kia memakai dress motif berwarna hitam dan kerudung putih tulang. Tangan mungil itu sedikit berpikir untuk memakai tas pemberian Daffa, tapi jika tidak dipakai sama saja ia menumpuk dosa akhirnya ia mengambil tas yang masih dalam paperbag dan mengisi dengan barang keperluannya.

Kia memilih sarapan di sekolah saja, makanan untuk Daffa sudah siap di atas meja. Tidak peduli jika suaminya tidak memakan, yang terpenting ia sudah siapkan semuanya.

"Bu, Kia berangkat dulu ya. Nanti kalau kak daffa pulang bilang aja makanannya sudah siap di meja makan ya, makasih Bi. Assalamu'alaikum."

Keluar, Kia tidak melihat mobil Daffa, Ah mungkin dia sedang di rumah sakit. Kia kembali melanjutkan langkahnya ke parkiran tempat motornya disimpan, setelah itu ia melajukan motornya.

✨✨

Di sekolah, Kia banyak melamun. Lebih tepatnya ia memikirkan insiden kemarin.

Setengah tujuh malam Kia baru saja sampai di rumahnya, ia keluar dari mobil Ica. Bisa ia lihat mobil Daffa sudah terparkir di sana. Saat Kia melangkah masuk, tubuhnya terhenyak saat melihat Daffa di ambang pintu dengan tangan melipat di dada.

Dengan nada normal, Kia mengucapkan salam dan mencium punggung tangan Daffa. Tidak dengan Daffa yang menjawab salam dengan nada dingin. Kia langsung melewati suaminya tanpa berniat bertanya apakah lelaki itu sudah makan atau belum.

"Bagus, sudah berani keluar tanpa sepengetahuan saya." Suara bariton dari Daffa terdengar saat Kia ingin menaiki tangga.

Kia tidak ambil pusing, dirinya sedang menahan emosi yang ada di dalam dirinya untuk tidak meledak sekarang.

"Kamu kenapa sih? Saya sedang berbicara dengan kamu, Kia." Daffa sekarang sudah di samping Kia.

Kia hanya menunduk, matanya memanas. Ingin sekali dirinya meneriaki lelaki di sampingnya ini.

"Jawab saya." Nada itu membuat Kia ciut.

Kia hanya menggeleng. "Maaf. A-aku cape. A-aku mau istirahat."

Saat Kia ingin melanjutkan langkahnya, tangan Kia di cengkram membuat si empunya mengaduh.

"Dengarkan saya. Kamu sedang sakit, orang sakit diam di rumah bukan keluyuran apalagi tanpa izin suami. Sekali lagi kamu buat saya marah, saya akan–"

"Silakan jika itu yang terbaik. Aku serahkan semuanya kepada Allah dan kamu sebagai SUAMI tapi sayangnya aku sebagai istri tidak pernah merasakan bagaimana diprioritaskan." Kia lost control.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang