Part 41 Ketidaksukaan

10.6K 632 13
                                    

Hari ini Baby Putra tidak biasanya rewel bahkan merengek untuk terus digendong oleh Daffa. Kia sudah berulang kali membujuk agar putranya mau dengannya dan membiarkan suaminya pergi ke rumah sakit.

"Ayok dong sayang, nanti kita ketemu kak syalsa," ujar Kia yang terus membuntuti Daffa kemanapun.

"Mmoohh mmaahh," ucap baby Daffa dengan menggembungkan kedua pipinya.

"Papapnya kan mau ke rumah sakit, kesian pasiennya nungguin papap sayang."

Bukannya berhasil, baby Putra malah semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Papapnya.

Kia menghela napasnya. "Ayok dong, sayangnya mamah sama papap kan jagoan. Yuk bolehin papap pergi ya."

Baby Putra menggeleng dan merentangkan tangan mungilnya memeluk papapnya posesif.

"Udahlah, Mah... Lagian di rumah sakit udah ada bunda sama orang tuanya alm. Afham."

Ya, tadi subuh, Bunda Alesha menelpon Kia dan memberitahu bahwa Alesha dilarikan ke rumah sakit karena kontraksi yang terus menerus.

Kia memcebikkan bibirnya. "Tapi, kan...."

"Gak papa, terus tanyain perkembangannya aja, Mah...."

Baby Putra menengadahkan wajahnya. "Mpap! Nononono." Baby Putra berbicara seperti itu dengan menggelengkan kepala plontos nya.

Baru seminggu ini rambutnya dipotong, dan menyisakan rambut rancungnya

"Iyaa, Papap di sini iya," ucap Daffa lalu mencium gemas hidung putranya.

"Mamah ngambek sama baby Putra ah," ucap Kia pura-pura ngambek dengan melipat tangannya di dada.

Mendengar itu, Baby Putra langsung menatap Mamahnya dengan tatapan nanar menjelaskan bahwa dirinya tidak ingin Papapnya mendatangi aunty Alesha.

"Sini sama Mamah dulu," ucap Kia lalu merentangkan tangannya.

Akhirnya Baby Putra mengalah, ia menyambut tangan Kia dengan wajah cemberut kedua pipinya hampir tumpah.

Setelah di pangkuannya, Kia membisikkan sesuatu kepada baby Putra. Dan seolah mengerti, bayi berusia delapan bulan itu mengangguk kecil.

"Jadi, gak papa kan kalau Papapnya pergi, hm?" tanya Kia.

Awalnya Baby Putra tidak merespon namun akhirnya ia mengangguk pelan.

Kia tersenyum. "Nahh pinter!"

"Gih, Pap pergi," ucap Kia kepada Daffa yang masih stay di samping nya.

"Gak ah, Putra Papap juga cemberut gitu."

Baby Putra langsung tersenyum dan bertepuk tangan.

"Nah kan boleh, sana gih nanti gak keburu loh."

"Tapi, kan di sana juga ada ayah & abangnya Mah... Papap gak perlu lah ke sana," ucap Daffa.

Bukan tidak mau, namun ia menjaga perasaan istrinya. Ia tahu Kia sebenarnya tidak rela jika dirinya berangkat menemani Alesha melahirkan.

"Ih, Pap!"

"Mamahh sayang... Denger, di sana juga Papap gak akan ngapa-ngapain, jadi buat apa."

"Papapnya Putra yang keras kepala... Inget alm. Kak Afham menitipkan alesha & buah hatinya kepada kamu. Dan setidaknya dengan kehadiran kamu alesha merasa ada sosok lelaki di sampingnya."

Daffa menatap Kia dalam dan seolah keberatan, bukan apa-apa, di sana sudah ada keluarga Alesha bahkan keluarga alm. Afham pun lengkap, kalau dirinya ke sana apa tanggapan mereka?

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang