Part 36

10.7K 695 35
                                    

Assalamu'alaikum!!
Selamat siangg... Seneng ga nih cepet up nya, tadinya nunggu 30 komen dulu tapi it's oke, viewers dan votenya sudah mencukupi hehe

Makasih banyak bangettt! Maaf jika tidak sesuai ekspetasi 😁🤗

Happy Reading
®

Setelah semuanya terkendali, Kia meminta izin untuk berbicara sebentar dengan Daffa di ruangannya.

"Kenapa, Ki?"

"Kamu denger, kan apa yang kak Afham bilang tadi?" Daffa mengangguk.

"Maka kamu tahu apa maksudnya?"

Daffa terdiam. Maksud istrinya tuh apa?

"Nikahin Alesha saat masa iddahnya selesai."

Kia mengucapkan itu dengan menahan tangis, ia harus kuat, toh itu keinginan terakhir Afham, kan?

Mata Daffa membulat. "Gak kayak gitu, Ki!"

Spontan Daffa meninggikan suaranya, ia tidak percaya istrinya berbicara seperti itu.

Kia menatap mata elang suaminya. "Terus gimana?"

"Y-yaa... Bukan bearti saya harus menikahinya. Menjaga bukan bearti memiliki... Sayang, dengar..." Daffa menggenggam tangan Kia namun Kia berusaha melepas dan saat berhasil terlepas, Kia berbicara.

"Apa? Ini, kan yang kamu mau? Menikah sama alesha, menjadikan alesha milik kamu seutuhnya?"

Daffa menggelengkan kepalanya. Tapi saat Daffa ingin berbicara kembali, Kia langsung meninggalkan ruangan kerja Daffa.

Bukankah ini yang suaminya inginkan dari dulu? Kenapa saat waktunya tiba suaminya malah menolak keras?? Kalau Kia tidak menyadari ada keluarga Alesha yang menunggu mereka mungkin ia pun akan menyelesaikan nya sekarang.

✨✨

Alesha, perempuan yang sedang berbadan dua itu terus mendampingi jenazah suaminya yang sekarang sudah sampai di kediaman orang tua Afham yang berada di kawasan Buah Batu. Banyak yang datang, termasuk keluarga besar dari Alesha dan Afham. Keluarga Afham yang sebenarnya sudha mengetahui, karena penyakit ini bukan tiba-tiba pun sudah dapat memprediksi tapi tidak secepatnya ini pastinya.

Aisya, gadis cilik itu masih belum mengerti dengan semua itu, ia hanya tahu di rumah Oma dan Oppa nya banyak orang dan ia sangat suka keramaian, tidak ada isak tangis di wajah gadis cilik itu.

Daffa yang ikut mengurus semuanya baru saja masuk dengan lengan kemeja yang sudah tersingsing diatas sikut. Kia yang menyadari suaminya datang pun langsung menghampiri.

"Baby Putra sama umi?" tanya Daffa.

"Iya, mau minum?" tawar Kia yang dapat anggukan dari Daffa.

Tangan Kia langsung menyambar botol mineral dan diberikan kepada Daffa. Setelah mengucapkan terima kasih, Daffa meminum air itu.

"Sudah beres?" tanya Kia.

"Sudah, mungkin bentar lagi pemakaman nya. Kamu di sini ya tungguin Alesha aja?"

Kia mengangguk. "Tapi kalau Alesha mau ikut gimana?"

"Coba bujuk supaya gak ikut deh, saya takut nanti malah gak kuat di pertengahan jalan. Kesian juga, kan sama kesehatan nya apalagi janin nya."

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang